perbandingan kinerja ekonomi syariah indonesia dan malaysia siapa yang lebih maju - News | Good News From Indonesia 2024

Kinerja Ekonomi Syariah Indonesia, Makin Berkembang!

Kinerja Ekonomi Syariah Indonesia, Makin Berkembang!
images info

Kinerja Ekonomi Syariah Indonesia, Makin Berkembang!


Islam datang membawa konsep tentang bagaimana seyogyanya umat muslim bermuamalah. Sebuah konsep ekonomi syariah bukan hanya dibangun berlandaskan nilai-nilai materi belaka.

Namun, terdapat harmonisasi nilai ajaran Islam dengan mengusung konsep pemerataan distribusi yang menitikberatkan pada implementasi nilai-nilai keadilan. Hal inilah yang menjadi pondasi utama pentingnya pengembangan ekonomi syariah.

Berdasarkan data dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendari), Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim mencapai 87,08% dari total populasi dengan jumlah 245,93 juta jiwa. Hal ini menjadikan Indonesia memiliki potensi tinggi untuk mengembangkan sektor ekonomi syariah.

Namun, berdasarkan Islamic Finance Development Indicator (IFDI), pangsa pasar industri keuangan syariah Indonesia ternyata masih tertinggal jika dibandingkan dengan negara tetangga, terutama Malaysia.

Padahal jumlah penduduk Muslim yang berada di Malaysia pada tahun 2020 tercatat sekitar 21,9 juta, data tersebut merupakan 63,5% dari total populasi negara Malaysia.

baca juga

Hal tersebut diperkuat dengan nilai IFDI pada sektor perbankan syariah Indonesia selalu berada di bawah Malaysia sejak 2016 hingga 2019.

Namun, selisih antara indikator IFDI untuk sektor perbankan syariah Indonesia dan Malaysia menunjukkan penurunan, terutama pada tahun 2019.

Jadi dapat disimpulkan berdasarkan informasi pada grafik bahwa sektor perbankan syariah di Indonesia mulai mengalami perkembangan dan mempunyai peluang akan mengungguli Malaysia ke depannya.

Terdapat beberapa faktor yang menjadi latar belakang unggulnya perekonomian syariah Malaysia dibandingkan dengan Indonesia. Mengutip dari Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo, mengungkapkan bahwa titik penanda perkembangan ekonomi syariah di Indonesia baru dimulai sejak 1992 silam dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia.

Namun Malaysia memulai pengembangan ekonomi syariah lebih dulu pada 1963 dengan berdirinya Bank Islam Malaysia Berhad. Keterlambatan tersebut menimbulkan pengaruh yang signifikan terhadap kemajuan perekonomian syariah masing-masing negara.

Terlebih lagi, dari beberapa studi mengatakan, ternyata salah satu tantangan yang dialami adalah indeks literasi bank syariah di Indonesia yang masih sangat rendah, termasuk inklusi keuangan syariah Indonesia.

Hal tersebut menunjukkan bahwa salah satu tantangan yang dihadapi adalah rendahnya indeks literasi bank syariah di Indonesia.

baca juga

Inklusi keuangan syariah di Indonesia masih berada di bawah 10%, sementara untuk keuangan konvensional sudah mencapai 40% dengan tingkat inklusi keuangan sebesar 75,3%. Dengan demikian, diperlukan peningkatan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terkait industri perekonomian syariah.

Selain itu, meskipun pembiayaan syariah secara tahunan atau year-on-year (YoY) atau mencapai Rp598 triliun dengan pertumbuhan sebesar 11,92%. Namun, pertumbuhan tersebut masih jauh dibawah dibandingkan dengan Malaysia yang memiliki sistem yang lebih unggul terintegrasi dan mendapat dukungan dari pemerintah.

Tidak dapat dipungkiri kenaikan pertumbuhan tersebut juga merupakan langkah yang membawa Indonesia berhasil masuk tiga besar pada the Global Islamic Economy Indicator (GIEI) dalam State of the Global Islamic Economy (SGIE) Report 2023.

Meskipun guna menunjang cita-cita Indonesia sebagai pusat perekonomian syariah, masih diperlukannya inovasi terkait instrumen keuangan syariah.

Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti meminta Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama dengan Bank Indonesia untuk terus menciptakan produk-produk baru syariah.

Beliau berpandangan melalui digitalisasi saat ini, dapat mendorong akselerasi pengembangan ekonomi syariah ke depan. Mulai dari layanan perbankan, infak, sedekah, investasi, e-commerce, hingga kegiatan ZISWAF atau zakat.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia bukan tidak mungkin dapat menjadi pusat perekonomian syariah di dunia. Meskipun saat ini Indonesia masih menempati urutan ketiga di bawah Malaysia dan Arab Saudi.

Namun hal tersebut terjadi salah satunya dikarenakan dari segi tahun mulainya perekonomian syariah, Indonesia masih terbilang baru.

Dari segi keberlanjutan, pemerintahan Indonesia terus mendorong peningkatan industri perekonomian syariah untuk terciptanya Indonesia sebagai pusat perekonomian syariah.

 

 

Referensi:

Kamalina, A. R., & Rini, A. S. (2024, September 13). Kontribusi Ekonomi Syariah ke Perbankan RI Masih Rendah, BI Ungkap Sebabnya. Bisnis.com.

https://finansial.bisnis.com/read/20240913/231/1799381/kontribusi-ekonomi-syariah-ke-perbankan-ri-masih-rendah-bi-ungkap-sebabnya Ulum, B. (2016). Kontribusi Ibnu Khaldun Terhadap Perkembangan Ekonomi Islam. Iqtishodia: Jurnal Ekonomi Syariah, 1(2), 17-32.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

HV
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.