Banjir yang melanda sejumlah wilayah di Sumatra beberapa waktu terakhir tidak hanya meninggalkan genangan air dan kerusakan. Ia juga menampilkan sisi kemanusiaan yang menjadi ciri khas dari orang di negeri ini, yakni warga saling membantu tanpa menunggu siapa pun.
Gerakan masyarakat saling peduli dan membantu sebenarnya telah menjadi bagian dari karakter masyarakat Indonesia. World Giving Index (WGI) 2024 bahkan pernah menyebut Indonesia adalah negara paling dermawan di dunia.
Sejak pandemi Covid-19 yang melanda 2019 lalu, slogan “Warga Bantu Warga” meluas dan menjadi pendorong gerakan sosial. Campaign itu telah melibatkan ribuan orang untuk saling membantu sesama, termasuk saat bencana alam yang melanda Sumatra.
Bantuan muncul dari berbagai arah, mulai dari masyarakat biasa, pelaku usaha kecil, komunitas, hingga figur publik. Gerakan-gerakan ini lahir begitu saja, tanpa struktur formal. Ada yang mengirim makanan, membuka dapur umum kecil di kampungnya, menggratiskan layanan, atau sekadar menjadi penghubung informasi di media sosial.
Gerakannya yang meluas dari Sumatra, Jawa, Kalimantan, hingga Australia, menjadi bukti solidaritas warga Indonesia.
Inilah rangkuman 7 gerakan warga bantu warga paling menonjol dan tersebar luas untuk membantu korban banjir Sumatra 2025.
1. Ferry Irwandi, Galang Dana Rp10 Miliar dalam 24 Jam
Ferry Irwandi menjadi salah satu warga yang paling menonjol dalam dokumentasi publik. Tanpa afiliasi lembaga, ia mengorganisir pengiriman makanan siap santap, sembako, dan perlengkapan mendesak ke berbagai titik banjir.
Gerakan ini bersifat grassroot, yakni menggalang donasi atau urunan warga. Hanya dalam kurun waktu 24 jam, ia telah menggalang dana sebesar Rp10 miliar.
Hasil penggalangan dana itu disalurkan ke berbagai wilayah, seperti Tamiang, Aceh; Agam, Sumatra Barat; Langsa dan Aceh Tamiang; Tapanuli Selatan; Deli Serdang; Sibolga, Medan; dan masih banyak lagi. Ia pun menyebut bantuan tersebut atas nama masyarakat Indonesia.
2. Natasha Rizky
Natasha Rizky adalah salah satu public figure yang kerap bergerak dalam aksi kemanusiaan. Saat bencana Sumatra, ia juga turut terjun ke lokasi bencana untuk menyalurkan bantuan. Ia memfasilitasi distribusi kebutuhan pokok, perlengkapan bayi, hingga obat-obatan.
Ia pun mengunjungi lokasi bencana alam di Kecamatan Malalak, Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Tak sendirian, Natasha Rizky juga bergerak bersama Dian Ayu dan Ratna Galih.
3. UMKM yang Menggratiskan Makanan bagi Perantau dari Sumatra
Banyak UMKM, terutama di Pulau Jawa dan kota-kota besar, membuka layanan free meal bagi mahasiswa asal Sumatra yang keluarganya terdampak.
Gudeg Yu Djum, misalnya. Makanan legendaris khas Jogja ini memberikan 150 porsi makan gratis bagi para pelajar, mahasiswa, hingga perantau asal Sumatra. Gerakan ini spontan, diumumkan lewat poster sederhana di Instagram, dan sepenuhnya berbasis empati.
“Memang spontanitas dari kita. Kasihan juga mahasiswa, pelajar, yang tinggal di Yogya khususnya ya. Terus kita kebetulan punya usaha makan, saya juga seorang ibu, jadi ya itulah spontanitas saja,” kata owner Gudeg Yu Djum Pusat, Anistria Febriani, Jumat (5/12/2025), dikutip dari Kompas.com.
Tak hanya Gudeg Yu Djum, sejumlah warung di Yogyakarta, seperti Warung Makan Nusantara, Bubur Kopi Roti, dan Warkop Perdjuanganmembuka akses makanan tanpa biaya bagi pemegang KTP Aceh, Sumut, dan Sumbar.
4. Bantuan dari Komunitas Motor
Komunitas motor, Ducati Official Club Indonesia (DOCI) juga memberikan bantuan untuk para korban. Mereka berhasil mengumpulkan lebih dari 1 ton logistik yang terdiri dari makanan instan, sarden kaleng, biskuit, pakaian hangat, hingga selimut darurat.
Sebelum banjir bandang melanda berbagai wilayah di Sumatra, komunitas ini telah menyelesaikan Touring Sumatera. Beberapa wilayah yang sempat mereka lintasi, kini porak-poranda. Hal ini lah yang menyebabkan adanya kedekatan emosional sehingga mereka tergerak untuk membantu sesama.
5. Mahasiswa yang Menggalang Bantuan
Mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi turut andil menggalang dana untuk membantu para korban. Tercatat, mahasiswa di Palopo, UIN Ambon, Universitas Teuku Umar, Universitas Palangka Raya, Universitas Muria Kudus, Institut Pahlawan, Organisasi Mahasiswa Daerah (Ormanda) Sumatra Utara, Universitas Muhammadiyah Tegal, dan masih banyak lagi, menyalurkan bantuan dari hasil penggalangan dana.
6. Gerakan para Seniman
Sejumlah sastrawan dan pegiat literasi menginisiasi gerakan “Puisi bagi Korban Bencana Sumatera”. Gerakan ini mengajak masyarakat untuk mengirim puisi dan ilustrasi yang nantinya diterbitkan dalam buku digital dan cetakan terbatas. Seluruh hasil penjualan dan donasi disalurkan untuk membantu korban bencana, termasuk seniman di wilayah terdampak.
Gerakan sukarela ini diprakarsai Ahmadun Y. Herfanda, Mustafa Ismail, Iwan Kurniawan, Dedy Tri Riyadi, dan Rintis Mulya, serta melibatkan komunitas literasi seperti Info Sastra dan Ruang Merdeka Inspira. Partisipasi dapat berupa karya atau donasi langsung, sementara seluruh proses pengelolaan dan penyaluran dana dilakukan secara transparan.
Melalui puisi dan ilustrasi, para penggagas berharap dapat menghadirkan solidaritas nyata dan meringankan beban para penyintas bencana di Sumatera.
Tak hanya secara kolektif, seniman juga menyalurkan bantuan secara individiu. Misalnya, Muhammad Miftahur Rizaq, seorang seniman lukis sekaligus aktivis yang tinggal di kawasan Jalan Mangga, Kelurahan Nogotirto, Kapanewon Gamping, Sleman. Pria yang akrab disapa Miftah ini membuka dapur umum dan menyediakan sembako gratis bagi mahasiswa asal Sumatera yang terdampak secara ekonomi.
7. Kepedulian Para Diaspora
Kabar bencana di Sumatra telah sampai di luar negeri. Para diaspora asal Indonesia, turut tergerak untuk membantu Tanah Air. Diaspora Aceh di Australia pun menggalang donasi untuk para koban banjir.
Dr Teungku Chalidin Yacop, salah satu tokoh masyarakat Aceh-Australia, mengungkapkan bahwa mereka memfokuskan bantuan untuk Kabupaten Aceh Tamiang. Hal ini karena wilayah tersebut menjadi salah satu wilayah dengan dampak banjir yang terparah.
Solidaritas Tanpa Bendera yang Selalu Muncul Saat Indonesia Membutuhkannya
Banjir besar di Sumatra sekali lagi membuktikan bahwa kekuatan terbesar Indonesia ada pada gerakan warga. Mulai dari figur publik, UMKM, hingga seniman, semuanya bergerak karena alasan yang sama, yakni empati. Gerakan warga bantu warga menunjukkan bahwa solidaritas bukan wacana, tapi kerja nyata.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News