Indonesia, dengan kekayaan rempah-rempah yang melimpah, tak hanya dikenal akan kulinernya yang lezat, tetapi juga ragam minuman tradisionalnya yang khas.
Dari Sabang sampai Merauke, jahe menjadi bintang utama dalam banyak minuman Indonesia, menawarkan kehangatan dan manfaat kesehatan yang telah diwariskan turun-temurun. Kawan GNFI, mari mengenal lebih jauh beberapa minuman jahe khas Nusantara.
Bandrek, Minuman Jahe dari Tanah Pasundan
Bandrek adalah minuman tradisional khas Jawa Barat yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Sunda. Sejarahnya dipercaya sudah ada sejak zaman kolonial Belanda, sebagai minuman penghangat bagi para pekerja perkebunan di dataran tinggi yang dingin.
Dalam buku Rahasia Membuat Minuman karya Dian dkk., dijelaskan bahwa bandrek dibuat dengan merebus air, gula merah, dan gula pasir, kemudian ditambahkan jahe, merica, dan cabai areuy yang telah dihaluskan, lalu disajikan hangat dengan tambahan kelapa muda.
Perpaduan rempah-rempah ini menghasilkan aroma yang khas dan rasa manis pedas yang memberikan sensasi hangat di tubuh, sangat cocok dinikmati saat cuaca dingin atau sebagai penambah stamina.
Wedang Ronde, Manis Kenyal dalam Kuah Jahe
Meskipun sering diasosiasikan dengan minuman Tang Yuan dari Tiongkok, Wedang Ronde telah lama menjadi bagian dari khazanah kuliner Indonesia, khususnya di Jawa, dikutip dari buku Ragam Minuman Khas Indonesia oleh Murdijati dkk.
Dinamakan “wedang” karena disajikan hangat dan “ronde” karena bentuk bola-bola tepung ketannya. Minuman ini berisi bola ketan yang diisi gula kelapa dan kacang sangrai, disajikan dalam kuah jahe yang manis dan hangat. Kuahnya sendiri umumnya dibuat dari jahe, gula merah atau gula pasir, serai, dan cengkih.
Kehadiran kacang tanah dan taburan irisan roti tawar atau kolang-kaling menambah tekstur dan cita rasa yang kaya, menjadikan wedang ronde tak hanya minuman penghangat, tetapi juga kudapan yang mengenyangkan.
Bajigur: Manis Gurihnya Santan dan Jahe
Satu lagi minuman khas Jawa Barat yang mirip dengan bandrek namun memiliki keunikan tersendiri adalah Bajigur. Perbedaan utama bajigur terletak pada penggunaan santan kelapa sebagai salah satu bahan dasarnya, yang memberikan tekstur lebih kental dan rasa gurih yang khas.
Bajigur terbuat dari jahe, gula aren, santan, dan kadang ditambahkan garam secukupnya untuk menyeimbangkan rasa, dikutip dari buku Minuman Tradisional Penguat Kekebalan Tubuh oleh Endang. Aroma wangi dari daun pandan atau vanili seringkali juga disisipkan. Minuman ini sangat nikmat disajikan hangat, seringkali ditemani dengan ubi rebus atau pisang rebus.
Kembang Tahu, Tahu Sutra dalam Siraman Kuah Jahe
Kembang tahu, atau dikenal juga dengan nama tahwa di beberapa daerah, adalah hidangan penutup yang unik dengan sentuhan jahe. Minuman ini dipercaya berasal dari pengaruh Tionghoa, tapi telah diadaptasi dan menjadi populer di Indonesia.
Bahan utamanya adalah tahu sutra yang sangat lembut, seperti pudding, yang terbuat dari sari kedelai. Tahu sutra ini disajikan dengan siraman kuah jahe manis yang hangat. Kuah jahe untuk kembang tahu biasanya dibuat dari rebusan jahe, gula merah atau gula pasir, dan daun pandan.
Sensasi tahu sutra yang meleleh di mulut berpadu dengan hangatnya kuah jahe menciptakan pengalaman rasa yang menenangkan.
Bir Pletok Jahe dan Rempah Tanpa Alkohol
Meski bernama “bir”, minuman tradisional ini bebas alkohol. Bir Pletok adalah minuman tradisional khas Betawi yang kaya akan rempah.
Lahir dari aspirasi masyarakat Betawi untuk menciptakan “bir” mereka sendiri, Bir Pletok disebut-sebut sebagai simbol kemewahan dan kesuksesan dalam berbagai perayaan penting, mulai dari sunatan, pernikahan, hingga kematian, merujuk pada Sastra Rempah karya Aprinus.
Bahan-bahan Bir Pletok sangat beragam, meliputi jahe, serai, kayu manis, dan bahkan kayu secang yang memberikan warna merah alami yang cantik. Perpaduan rempah-rempah ini menghasilkan rasa yang kompleks, manis, pedas, dan sedikit hangat, serta aroma yang sangat harum.
Dari kehangatan bandrek hingga keunikan bir pletok, ragam minuman jahe khas Indonesia ini bukan hanya sekadar pelepas dahaga, tetapi juga cerminan kekayaan budaya dan kearifan lokal. Sudah mencobanya, Kawan?
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News