perempuan sebagai liyan perlawanan tokoh utama midah dalam novel midah simanis bergigi emas - News | Good News From Indonesia 2025

Perempuan sebagai Liyan: Perlawanan Tokoh Utama Midah dalam Novel Midah Simanis Bergigi Emas

Perempuan sebagai Liyan: Perlawanan Tokoh Utama Midah dalam Novel Midah Simanis Bergigi Emas
images info

Perempuan sebagai Liyan: Perlawanan Tokoh Utama Midah dalam Novel Midah Simanis Bergigi Emas


NovelMidah Si Manis Bergigi Emas karya Pramoedya Ananta Toer mengisahkan pergolakan hidup yang dialami tokoh utama bernama Midah, seorang perempuan muda yang lari dari rumah setelah dipaksa menikah dengan seorang laki-laki yang jauh lebih tua.

Dalam pengembaraannya, Midah bergabung dengan kelompok pengamen keliling, hamil di luar nikah, dan harus berjuang untuk bertahan hidup serta membesarkan anaknya seorang diri. Perjuangan Midah sebagai perempuan dalam menghadapi berbagai bentuk penindasan sangat menarik untuk dikaji, terutama mengenai bagaimana ia berusaha merebut kembali subjektivitasnya dalam masyarakat yang cenderung memposisikannya sebagai "liyan" atau "the Other".

Midah memilih untuk tidak bergantung pada laki-laki meskipun harus menghadapi berbagai stigma sosial dan kesulitan ekonomi, hal ini menunjukkan kesadarannya akan nilai diri sebagai subjek yang otonom dan menolak untuk diobjektifikasi.

Analisis novelMidah Si Manis Bergigi Emas menggunakan perspektif feminisme eksistensialis Simone de Beauvoir akan berfokus pada bagaimana Midah melawan konsep ke-liyan-an yang ditimpakan padanya, kemudian ada empat transedensi atau strategi perlawanan yang terdapat dalam teori Beauvoir, bertujuan untuk mengungkap bagaimana Pramoedya Ananta Toer berhasil menggambarkan perjuangan eksistensial seorang perempuan dalam meraih kebebasan dan mengaktualisasikan dirinya di tengah masyarakat patriarki Indonesia pada masa itu.

Strategi perempuan menurut Simone de Beauvoir dapat tercapai jika perempuan memiliki keberanian untuk mengambil keputusan agar tidak terjebak dalam keadaan yang membatasi kebebasan tersebut.

1. Midah: Potret Perempuan Mandiri dan Penolak Ke-liyan-an

Midah dalam Midah Simanis Bergigi Emas karya Pramoedya Ananta Toer merupakan representasi perempuan yang tangguh, pekerja keras, dan mandiri. Ia tidak hanya bekerja di ranah domestik, tetapi juga tampil di ranah publik dengan keteguhan hati. Keputusan untuk hidup mandiri, meskipun dalam kondisi hamil, menjadi titik tolak perjuangannya melawan stigma sosial.

Aku bisa kerja sambil menggendong anak ini.” (hlm 58)

Biarlah aku bawa hidupku sendiri.” (hlm 33)

Kedua kutipan ini memperlihatkan tekad Midah dalam mencari nafkah tanpa menjadi beban orang lain. Ia bergabung dengan kelompok keroncong dan tetap bernyanyi meski kondisi kehamilannya menyulitkan. Bahkan setelah melahirkan, ia tetap menunjukkan kualitas dan keberanian menghadapi penolakan.

Ada terbit suasana hati yang baru, kebebasan tanpa ikatan apa pun dalam pengabdian pada keroncong.” (hlm 36)

Kemandiriannya tidak hanya terwujud dalam tindakan ekonomi, tetapi juga dalam ketegasan psikologis dan emosional untuk mengambil alih hidupnya sendiri.

2. Midah sebagai Intelektual Perempuan

Menjadi seorang intelektual dapat mengubah pandangan masyarakat yang masih menganggap bahwa perempuan tidak perlu menempuh pendidikan tinggi. Seorang intelektual adalah individu yang menggunakan kecerdasan dan pengetahuan untuk melihat dan menilai sesuatu secara jernih dan rasional.

Intelektualitas seorang perempuan tidak hanya tercermin dari kecerdasannya dalam berpikir, tetapi juga dari perannya sebagai sosok yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan ketuhanan. Terdapat kutipan yang memperlihatkan bahwa tokoh utama perempuan digambarkan sebagai sosok intelektual:

“Kehidupan bebas selama ini menyebabkan wanita ini berubah menjadi seorang yang bebas dalam percakapan, sekalipun berpegangan pada norma-norma kesusilaan yang dibawanya dari rumah.” (hlm 80)

Midah menolak segala bentuk penghinaan dengan menunjukkan sikap dan perilaku yang membantah tuduhan tersebut. Saat menjalani hidup jauh dari orang tua dan suaminya, ia selalu mengingat mereka dengan penuh rasa hormat terutama ayahnya, Hadji Abdul, yang selalu berserah diri sambil bersumpah dan berzikir memohon ampun kepada Tuhan, serta ibunya yang akan menangis tak henti-henti jika Midah melakukan sesuatu yang memalukan.

Meski hidup dengan kebebasan, Midah tidak pernah lepas dari komitmennya untuk tetap menjadi sosok yang cerdas dan beradab.

3. Transformasi Sosial Midah

Transformasi merupakan perubahan yang diterima seseorang terhadap pandangan masyarakat mengenai dirinya. Perubahan ini membawa dampak positif bagi individu yang mengalaminya. Jika seorang perempuan berhasil mengalami transformasi di tengah masyarakat, maka hal itu akan memberikan keuntungan baginya. Midah berhasil mengubah persepsi masyarakat yang awalnya mencemoohnya menjadi kekaguman atas keberhasilannya di dunia hiburan.

Kemanisannya membangkitkan kekaguman ratusan ribu orang... Dan namanya dibisikkan sebagai ucapan cita...” (hlm 132)

Popularitas yang ia raih bukan hasil kompromi, melainkan dari perjuangan mempertahankan harga diri dan identitasnya sendiri.

4. Penolakan terhadap Posisi sebagai “Liyan”

Untuk mencapai kesetaraan, perempuan tidak cukup hanya bekerja di ranah publik atau bergabung dengan masyarakat dominan. Mereka juga perlu menolak label sebagai “yang lain” atau liyan yang sering dilekatkan pada dirinya.

Dalam pandangan filosofis Simone de Beauvoir, laki-laki diposisikan sebagai 'subjek' atau 'sang diri', sementara perempuan dianggap sebagai 'yang lain', sosok yang berada di luar pusat dan bahkan sering dipandang negatif.

Oleh karena itu, perempuan perlu keluar dari posisi ke-liyan-an ini agar bisa menjadi subjek yang utuh dalam masyarakat dan tidak terus-menerus diposisikan sebagai objek oleh laki-laki.

Midah adalah contoh perempuan yang berhasil menolak posisi sebagai liyan dan objek bagi orang lain. Keberhasilannya memberikan kekuatan dan inspirasi bagi perempuan lain untuk melakukan hal yang sama.

Penolakan Midah terhadap ke-liyan-an ini didukung oleh sejumlah aspek penting dalam dirinya, yang menjadi dasar keberhasilannya. Terdapat tiga aspek di antaranya: 

Sebagai anak, ia menolak tekanan keluarga dengan mengambil jalan hidup sendiri.

Sebagai istri, ia menolak dominasi Hadji Terbus dan trauma dari pernikahan tersebut membuatnya enggan kembali tunduk pada lelaki.

Kegagalan perkawinannya merupakan sebab utama mengapa ia menjijiki jenis lelaki...” (hlm 61)

Sebagai perempuan, ia menolak objektifikasi, menjawab hinaan dengan martabat:

Sayang aku bukan perempuan jalang, cuma nasibku seperti ini.” (hlm 80)

Sikap Midah mencerminkan keberanian perempuan untuk menjadi subjek atas hidupnya sendiri, bukan sekadar pelengkap atau bayang-bayang laki-laki. Ia membuktikan bahwa perempuan mampu mengubah nasib dan menginspirasi perubahan sosial.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

IN
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.