Berbekal Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tanjung Jati B yang berada di Jepara, Muhammad Is'ad Rozan dan rekan-rekannya terbang ke Malaysia. Di sana, tim asal Universitas Diponegoro (Undip) ini mendapat medali emas dan penghargaan khusus dari Korea.
“Limbah fly ash kami dapatkan dari industri pembakaran PLTU, dari PLTU Tanjung Jati B,” papar Muhammad Is'ad Rozan.
Fly ash adalah abu sisa pembakaran batu bara di PLTU. Material ini—sama seperti barang sisa atau barang bekas—kerapkali dianggap sebagai sampah. Keberadaannya dinilai tidak begitu berguna sehingga pada akhirnya hanya dibuang secara percuma.
Akan tetapi, mahasiswa Teknik Lingkungan ini melihat potensi lain dari fly ash. Ia memanfaatkan fly ash sebagai material pembuatan paving yang akan diaplikasikan di trotoar untuk para pejalan kaki.
Tidak hanya itu, ia juga berkolaborasi dengan mahasiwa lainnya untuk menggabungkan ide lain. Trotoar yang memanfaatkan paving dari limbah PLTU itu akan dikombinasikan dengan piezoelektrik.
Hasilnya, trotoar yang disusun dengan berbagai kombinasi apik ini akan menghasilkan listrik saat dilintasi pejalan kaki.
PiEVO, Paving Block Trotoar Hasil Pemanfaatan Limbah
Tim yang terdiri tujuh orang ini menamakan inovasi produknya sebagai PiEVO. Inti dari inovasinya adalah menghadirkan paving (Permeable Concrete Pavement atau PCP) yang terintegrasi dengan piezoelektrik sehingga dapat menghasilkan listrik lewat tekanan para pejalan kaki.
Sebagai mahasiswa Teknik Lingkungan, inovasi mereka didasarkan pada dua hal. Pertama, pembangunan trotoar kerapkali menutupi daerah resapan air. Bahan pembuatan paving kerapkali hanya memiliki sedikit kemampuan untuk menyerap air. Sedangkan, dengan substitusi fly ash, kemampuan penyerapan paving block akan lebih maksimal.
“Paving PCP tadi, dapat meresapkan air dari daya air hujan,” jelas Rozan.
Kedua, selain kemampuan penyerapan air, paving block yang digunakan dalam trotoar mayoritas terbuat dari semen. Padahal, proses pembuatan semen kerap kali merusak lingkungan, mulai dari penambangan hingga pelepasan emisi karbon dioksida saat pemprosesan bahan baku di lokasi industri.
Berbeda dengan inovasi para mahasiswa ini yang justru memanfaatkan limbah dan sisa pembakaran batu bara sebagai pembuatan paving.
“Bahan substitusi dari paving ini kami tidak menggunakan sepenuhnya dari semen,” jelas Rozan.
PiEVO, Trotoar Penghasil Listrik dari Pejalan Kaki
Pemanfaatan teknologi untuk pembuatan trotoar tidak sampai di sana. Tim ini juga melibatkan mahasiswa Teknik Elektro untuk mendesain trotoar agar dapat menghasilkan listrik. Mereka memanfaatkan teknologi piezoelektrik.
Skemanya mirip dengan peralatan-peralatan elektrik, seperti stetoskop dan drum elektrik. Di kawasan pedestrian, dengan banyaknya tekanan dari langkah para pejalan kaki, energi listrik yang dihasilkan akan semakin besar.
“Kami menginovasikan supaya penggunaan lahan dari trotoar pejalan kaki itu efisien gitu dan juga menghasilkan manfaat yang lebih. Menghasilkan listrik yang menggunakan langkah energi dari langkah pejalan kaki tersebut,” terang Farhan Nugraha Yogatrisna, mahasiswa Teknik Elektro.
Raih Penghargaan di WYIE
Gabungan dua ide inovatif ini mendapat Gold Medal saat di acara World Young Inventors Exhibition (WYIE) yang digelar di Kuala Lumpur Convention Centre (KLCC), Malaysia pada 29–31 Mei 2025.
Seperti yang diketahui, dalam sebuah pameran, biasanya semua peserta mendapatkan medali. Meski demikian, medali tersebut diberikan disesuaikan dengan masing-masing kategori. Beberapa tim asal Indonesia mendapatkan Gold Medal, termasuk tim PiEVO.
Menariknya, selain mendapat medali dari WYIE, tim yang diketuai Citra Puspita Rahmawati (Teknik Lingkungan) ini juga mendapatkan Special Prize oleh Korea Invention Promotion Association (KIPA).
Kolaborasi antarmahasiswa dari lintas jurusan di Fakultas Teknik Undip berbuah apik. Tim yang terdiri Adibta Taufik Ramadhan (Teknik Sipil), Wan Lubnayya Nabigha (Arsitektur), Kurnia Fajarrani Syafa’ati (Teknik Lingkungan), Muhammad Is’ad Rozan (Teknik Lingkungan), Lu'lu'a Fauzia Nurdin (Teknik Lingkungan), dan Farhan Nugraha Yogatrisna (Teknik Elektro) yang terbentuk melalui perkenalan mereka di sebuah forum studi kampus ini menghasilkan inovasi yang mendapat banyak dukungan.
Inovasi ini bahkan mendapat sponsor dari PT Bukit Asam, PT PLN Indonesia Power PGU Priok, PT Pakar IPAL Indonesia, dan PT PLN (Persero) UIK TJB.
Tidak hanya itu, mereka juga mendapat dukungan dari Pertamina agar ide segar itu dapat dilanjutkan dan direalisasikan.
“Kami juga mendapatkan saran dari pihak Pertamina, itu agak rugi kalau misalnya kita hanya berhenti di event ini,” ujar Rozan.
Sebagaimana motto mereka, "green tech is’nt the future — It’s the present." Mereka tidak menutup kemungkinan akan mengembangkan dan menyempurnakan konsep yang telah dirancang.
“Karena permasalahan energi ini. Transisi energi, lalu kemudian bagaimana cara kita menghasilkan energi itu dari sumber yang bersih, yang minim mencemaran, dan juga minim emisi karbon, itu kan sedang digagas,” tandas Rozan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News