Jamur pada tempe bukanlah sesuatu yang tidak berguna atau bahkan berbahaya. Dosen UGM justru menemukan fakta bahwa jamur tempe memiliki protein dan dapat dijadikan sebagai daging vegetarian (meat analogue).
Rachma Wikandari, S.T.P., M.Biotech., Ph.D., Dosen Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Gadjah Mada memiliki kepakaran terhadap pengembangan tempe. Sejak 2017, ia konsisten melakukan penelitian terhadap tempe untuk ketahanan pangan.
"Saya mengutak-atik jamur tempe sudah 13 tahun, tapi kalau jamur tempe yang dijadikan daging tiruan baru sejak tahun 2020," jelas Rachma, dikutip dari Tempo.
Dari penelitiannya itu, ia menemukan Mikroprotein, sebuah protein alternatif pada tempe yang berpotensi untuk dijadikan sebagai produk pengganti daging (meat analogue).
Mikroprotein terbuat dari miselium jamur tempe yang ditumbuhkan pada media cair. Mikroprotein ini nantinya akan menghasilkan bentuk seperti adonan kue (dough) sehingga mudah dibentuk menjadi bakso atau sosis.
“Hanya saja masih perlu adanya pengembangan untuk tekstur hasil panen supaya mirip seperti daging ayam,” jelas Rachma, dikutip dari UGM.
Jamur tempe yang berpotensi jadi sumber protein alternatif daging
Hasil penelitian meat analogue mikroprotein ini sukses memperoleh penghargaan dan hibah dana penelitian senilai Rp 100 juta dari L'Oreal - UNESCO For Women in Science 2024.
Ia juga mendapat penghargaan Hitachi Awards, sebuah penghargaan yang diberikan oleh Hitachi Global Foundation Asia Innovation Award kepada individu atau kelompok yang berprestasi dalam bidang sains dan teknologi.
Ia mendapat penghargaan kategori “Inovasi Luar Biasa” dari penelitiannya yang berjudul “Konversi Produk Sampingan Industri Pangan Menjadi Mikoprotein Sebagai Protein Alternatif yang Bergizi, Berkelanjutan, dan Terjangkau untuk Memperkuat Ekonomi Sirkular dan Ketahanan Pangan.”
Keunggulan Meat Analogue Mikroprotein dari Jamur Tempe
Rachma menyebutkan, kelebihan Mikroprotein ada pada kandungan yang dimiliki. Protein pada jamur tempe hampir setara dengan daging. Jamur tempe mengandung protein sebesar 19 persen, selisih 2 persen dari protein pada daging.
Bahkan, protein yang dihasilkan jamur tempe lebih tinggi dari kedelai. Asam amino esensial yang dimiliki Mikroprotein jamur tempe ini juga lebih lengkap dibanding sumber protein nabati lain, termasuk kedelai, sehingga lebih mencukupi kebutuhan nutrisi manusia.
Tidak hanya itu, kelebihan Mikroprotein selanjutnya ialah proses pembuatannya yang cukup singkat yaitu 2 hari dengan hasil panen mencapai satu kilogram. Bahkan, ukuran reaktor yang dibutuhkan hanya 1 x 1 meter sehingga tidak membutuhkan banyak tempat.
“Kalau bisa, kita menghasilkan protein yang menggunakan sumber daya alam paling minimal, menggunakan sedikit air, sedikit lahan, dan bisa tumbuh dengan cepat,” jelasnya.
Saat ini, Rachma tengah mengembangkan model sterilisasi media dan mengkaji lebih mendalam reaktor agar dapat lebih disederhanakan sehingga dapat dikomersialisasikan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News