Kawan GNFI mungkin sudah familiar dengan lagu Terbuang Dalam Waktu yang dinyanyikan oleh Barasuara. Lagu ini berasal dari film Sore: Istri dari Masa Depan yang sedang tayang di bioskop. Alunan musik tersebut sedang banyak digunakan sebagai soundtrack untuk konten-konten di Media Sosial.
Trend dari Film Sore: Istri dari Masa Depan
Meski trennya sedang ramai sekarang, tahukah Kawan, jika musiknya sendiri sudah dirilis setahun yang lalu? Tapi, sebelum membahas tentang lagu dan pesan yang disampaikan lewat musik videonya, penasaran ga sih trennya seperti apa?
Makna dari tren ini adalah tentang kilas balik berupa cuplikan singkat dari beberapa kejadian penting ketika dua orang berjabat tangan. Baik yang sudah berlalu ataupun masih di masa depan, dikemas dengan nuansa rekaman video tua.
Pada filmnya sendiri, musik ini memang muncul di adegan terakhir yang banyak dibilang bagian yang cukup sedih di sepanjang filmnya.
Melalui konferensi pers film Sore, Yandy Laurens selaku sutradaranya menyampaikan, lirik lagunya menyiratkan tentang sebuah perjuangan dalam cinta. Dirinya mengambil contoh, jika dulu sebelum menikah dia berjuang demi mendapatkan istrinya. Kemudian setelah menikah dia juga kembali berjuang bersama, mengarungi waktu.
Cerita Ayah dan Anak dari Musik Videonya
Jika melihat musik videonya, pesan di antara keduanya berbeda walau masih dengan tema yang sama. Diperankan oleh 3 aktor lelaki tanah air yakni Landung Simatupang, Teuku Wisnu Wikana, dan Muhammad Nabil Altaf Alfatih, awalnya mungkin Kawan akan mengira jika cerita ini tentang ayah yang merawat anaknya yang masih kecil.
Dari membantu memakaikan jam tangan, menemaninya saat duduk di teras, hingga sigap membantunya ketika si anak hendak menuang minum dari teko.
Meski sekilas seperti adegan ayah yang membantu anak pada umumnya, tetapi sejak awal memang sudah ada clue jika anak kecil ini bukanlah anak kandungnya.
Realita di Balik Analogi
Tergambar dari kebiasaannya, memang segalanya seperti kebiasaan orang lanjut usia, pakaian yang digunakan, hingga cara si ayah merawat dan menjaga anaknya terlihat bukan seperti perlakuan memanjakan anak.
Benar saja, di pertengahan musik video Kita pun mendapat sebuah kebenaran atau fakta. Kalau ternyata anak kecil ini adalah analogi. Sebenarnya, ia adalah lelaki yang sudah berumur atau lansia.
Ini dibuktikan dengan adegan ketika anak kecil itu bercermin, yang terlihat pada refleksi cermin justru orang yang sudah tua. Selanjutnya narasi pun mengulang kejadian yang sama tetapi dengan penokohan baru. Cerita tentang pria dewasa yang merawat dan menjaga ayahnya yang sudah lanjut usia. Hingga pada akhirnya, pria dewasa tersebut harus menerima kenyataan pahit dan perih.
Lebih dari tentang Waktu
Jika dari liriknya, pesan besar pada lagu ini menyimpan pesan tentang cinta yang tidak kenal dan tak terbatas oleh waktu. Namun, jika dimaknai lebih mendalam, lagu ini layaknya pesan dari seseorang tentang rasa penyesalan dari seseorang ke orang tersayang yang sudah mulai kehabisan waktu. Namun, di waktu yang sama, waktu juga memberi harapan.
Bagian awal lagu terasa banyak menyampaikan tentang perasaan perih, sakit, luka, dan tangis. Yang kemudian rasa ini berubah di pertengahan musiknya.
Selanjutnya, pesan yang awalnya tentang penyesalan, berubah menjadi bait-bait yang memberikan harapan. Walau memang realitanya masih menyakitkan dan sedih karena waktu yang sudah terbuang.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News