pameran arthefact across the land river and sea - News | Good News From Indonesia 2025

Pameran Arthefact; Across the Land, River, and Sea

Pameran Arthefact; Across the Land, River, and Sea
images info

Pameran Arthefact; Across the Land, River, and Sea


Ada pepatah tua yang mengatakan bahwa laut memisahkan daratan, tapi bagi Sriwijaya, laut justru menjadi jembatan yang menyatukan dunia. Di tengah laju arus modernisasi yang seringnya membuat kita lupa akan sejarah, Museum Bahari Jakarta menghadirkan kembali ingatan tersebut melalui Pameran Arthefact 25 dengan tema “Sriwijaya: Across the Land, River and Sea”.

Arthefact merupakan program rutin tahunan yang memadukan sejarah dengan media seni. Diinisiasi pada 2023, program ini sudah menjadi salah satu cara Museum Bahari membicarakan sejarah melalui wadah kreatif.

Pameran yang berlangsung pada 11 Agustus hingga 16 November 2025 mengajak pengunjung menelusuri artefak di balik kaca, membangkitkan kembali kisah peradaban maritim yang pernah menghubungkan Asia Tenggara dengan dunia.

Sriwijaya dipilih sebagai tema pameran tahun ini, sebagai pengingat akan kekuatan dan jati diri bangsa Indonesia. Sebagai bangsa maritim, kita memiliki potensi untuk menjadi bangsa yang tangguh, berdaya juang tinggi, berani menghadapi tantangan, serta menjunjung toleransi yang tumbuh dari tradisi pelayaran.

Tradisi ini terbentuk melalui perjumpaan dengan berbagai bangsa yang memiliki latar belakang berbeda. Kerajaan Sriwijaya, bersama Kerajaan Mataram Kuno, yang bertumpu pada kekuatan pelayaran dan perdagangan, telah dikenal bangsa-bangsa Arab sejak abad ke-9 sebagai para Maharaja Kepulauan (Maharajas of the Isles).

Hal ini selaras dengan konsep NKRI sebagai negara kepulauan yang sebagian wilayahnya adalah laut dan dipersatukan oleh laut.

Pengalaman panjang masa penjajahan telah membuat bangsa Indonesia cenderung memandang rendah dirinya di hadapan bangsa lain. Untuk memulihkan rasa percaya diri, diperlukan kesadaran akan potensi yang kita miliki, yang berakar dari perjalanan sejarah.

Sriwijaya menjadi salah satu bukti kejayaan leluhur dalam mengelola sumber daya maritim dan membangun tata pemerintahan yang maju.

Memahami Sriwijaya secara lebih mendalam dapat menjadi sumber kekuatan moral dan spiritual untuk menumbuhkan kembali rasa percaya diri serta membangkitkan semangat perjuangan demi meraih kejayaan yang pernah ada.

Pameran ini menggandeng mitra kolaborator internasional yang turut memperkaya narasi. Misalnya dari Singapura, hadir kisah Sang Nila Utama, tokoh mitologis yang diyakini sebagai pendiri Temasik (Singapura) pada 1299 dan memiliki kaitan dengan Sriwijaya.

Dari Tiongkok dan Malaysia, kita mengenal I-Tsing, biksu Buddha yang meninggalkan catatan berharga tentang Sriwijaya sebagai pusat pembelajaran agama Buddha pada abad ke-7. Hingga narasi tentang Kerajaan Sriwijaya yang menjalin hubungan baik dengan Kerajaan-kerajaan di India; menunjukkan betapa luasnya jaringan diplomasi Sriwijaya di masa lalu.

baca juga

Memasuki area pameran, pengunjung akan disambut oleh 12 panel informasi yang tersusun layaknya bab-bab dalam sebuah buku epik. Panel-panel ini bukan hanya menampilkan teks, tetapi juga visualisasi, instalasi seni, dan arsip penelitian yang membangkitkan rasa ingin tahu.

Mulai dari bagaimana Sriwijaya membangun kekuasaan, jalur rempah dan sutra yang mereka kuasai, hingga hubungan politiknya dengan Sumatra-Jawa.

Terdapat pula panel yang menginformasikan Sungai Musi sebagai nadi kehidupan, serta pesan agar “tuah” Sriwijaya terus hidup di era modern.

Sebagai bagian dari kegiatan pendukung, pameran ini juga menjadi panggung peluncuran film animasi edukatif “Arung: Petualangan Bawah Laut”. Film ini adalah episode ketiga dari seri film Arung. Film dirancang untuk anak-anak dan pelajar, yang memadukan petualangan bawah laut dengan pesan edukasi maritim.

Pemutaran film dilakukan di Bioseum Malahayati, sebuah bioskop mini di dalam Museum Bahari. Dengan tampilan visualnya, film ini menjadi sarana untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap laut sejak usia dini.

Cerita ini ingin menanamkan pada generasi muda bahwa laut bukan hanya tempat bermain atau sekadar mencari ikan, tetapi sebagai sumber kehidupan, pengetahuan, dan kekuatan bangsa.

Pameran menyuguhkan fakta sejarah yang dibalut dengan menghadirkan seni sebagai medium penghubung. Patung, relief, dan karya instalasi diinterpretasikan ulang untuk menyampaikan pesan bahwa lautan bukan sekadar bentang air, melainkan penghubung sebuah peradaban.

Pameran ini ingin menyampaikan bahwa pertemuan dengan beragam kelompok masyarakat yang memiliki pengetahuan dan sudut pandang berbeda memicu lahirnya sifat kreatif dan inovatif, baik dalam menyelesaikan masalah maupun menghasilkan karya.

Sejak masa Sriwijaya, bahasa Melayu-Austronesia yang menjadi akar bahasa Indonesia telah berkembang sebagai bahasa pergaulan. Hal ini selaras dengan karakter bangsa yang gemar berinteraksi lintas budaya. Tak heran, bahasa ini mudah diterima dan digunakan oleh berbagai suku di Nusantara.

Arthefact merupakan ruang dialog antara masa lalu dan masa depan, antara fakta dan interpretasi, antara sejarah yang tertulis dan seni yang berbicara dengan rasa.

Sriwijaya, sebuah nama yang pernah menjadi poros peradaban maritim, dihidupkan kembali dalam bentuk narasi visual dan pengalaman multisensori.

Pameran menuturkan kisah bahwa laut pernah menjadi nadi kejayaan bangsa. Artefak, arsip sejarah, dan animasi yang tersaji, seolah menjadi undangan untuk merenungkan kembali relasi kita dengan lautan melalui masa lalu, menuju strategi masa depan yang berlandaskan perdagangan, ketahanan pangan, dan diplomasi global.

Kita hidup pada zaman di mana pengetahuan sangat mudah untuk didapatkan kapan saja dan di mana saja. Pameran Arthefact menjadi ruang penting untuk belajar dan mengapresiasi warisan budaya yang tak ternilai.

Mengunjungi pameran ini berarti memberi kesempatan pada diri kita untuk berinteraksi langsung dengan peninggalan yang selama ini mungkin hanya dapat kita lihat dalam buku.

Kita dapat langsung merasakan kedekatan emosional dengan masa lalu, sekaligus memahami betapa besarnya upaya para pendahulu menjaga identitas bangsa.

Mari bersama kita hadir dan menemukan cerita tentang lautan yang pernah menjadi sumber kejayaan Indonesia. Pameran masih berlangsung hingga 15 November 2025.

baca juga

Kehadiran kita adalah bentuk dukungan terhadap pelestarian sejarah dan budaya. Apresiasi yang kita berikan hari ini akan menjadi dorongan bagi generasi berikutnya untuk terus menjaga, merawat, dan membanggakan warisan sejarah bangsa.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

BL
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.