Desa Ngadirojo, yang terletak di Kecamatan Sooko, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, dikenal dengan udara sejuk, lingkungan asri, dan suasana pedesaan yang damai. Jauh dari hiruk-pikuk kota dan polusi asap kendaraan, desa ini seolah menjadi tempat ideal untuk menikmati hidup yang tenang.
Namun, di balik keindahan tersebut, tersimpan masalah lingkungan yang cukup serius. Sampah rumah tangga yang tidak dikelola dengan baik sering kali berakhir di sungai, mencemari air dan merusak pemandangan.
Kondisi ini tidak hanya mengganggu estetika desa, tetapi juga menimbulkan risiko kesehatan bagi masyarakat sekitar.
Melihat permasalahan tersebut, Tim KKN-T IPB University berkolaborasi dengan Ibu-Ibu PKK Desa Ngadirojo untuk menggagas program SRIKANDI — Sampah Rumah Ibu Kelola Agar Desa Ngadirojo Indah.
Program ini dirancang sebagai upaya pemberdayaan perempuan, khususnya ibu rumah tangga, agar mampu mengelola sampah dapur maupun limbah rumah tangga secara mandiri. Harapannya, permasalahan sampah dapat diselesaikan langsung di sumbernya, sebelum menumpuk dan mencemari lingkungan desa.
Salah satu fokus utama program SRIKANDI adalah penanganan limbah diapers dan pembalut, yang sering menjadi masalah besar karena sulit terurai. Untuk mengatasi hal ini, Tim KKN-T menghadirkan narasumber sekaligus aktivis lingkungan, Irwan Budiyanto, S.P., M.Sc, asal Madiun.
Beliau merupakan alumni Universitas Gadjah Mada yang telah banyak berinovasi dalam bidang pengolahan limbah, termasuk mengubah diapers bekas menjadi media tanam yang bermanfaat. Selain itu, Irwan juga dikenal dengan kreasinya mengolah limbah lain seperti urin kelinci dan kulit bawang menjadi produk bernilai guna.
Pelatihan bersama Irwan mendapat sambutan hangat dari ibu-ibu PKK. Mereka dengan antusias mengikuti setiap tahapan pembuatan media tanam dari limbah diapers. Hal menarik adalah bagaimana rasa jijik dan enggan yang biasanya muncul saat berhadapan dengan limbah justru berubah menjadi rasa ingin tahu dan semangat berkreasi.
“Ternyata bau dan kotor itu bisa diubah jadi sesuatu yang berguna,” ujar salah satu anggota PKK dengan bangga sambil menunjukkan hasil media tanam yang berhasil mereka buat. Momentum ini menjadi bukti nyata bahwa edukasi praktis mampu mengubah pola pikir masyarakat terhadap sampah.
Tidak berhenti sampai di situ, Tim KKN-T IPB juga menyasar generasi muda melalui kegiatan Eco School yang dilaksanakan di SDN 1 Ngadirojo, SDN 5 Ngadirojo, dan SMPN 2 Sooko. Kegiatan ini menjadi wadah edukasi lingkungan yang menyenangkan bagi anak-anak.
Mereka diajak untuk membuat kerajinan tangan dari sampah plastik serta memanfaatkan biocomposter sederhana untuk menghasilkan pupuk kompos.
Suasana belajar penuh tawa, kreativitas, dan rasa penasaran. Banyak siswa yang mengajukan pertanyaan kritis mengenai dampak sampah terhadap sungai dan lingkungan sekitarnya.
Salah seorang siswa SD bahkan berkata polos, “Kalau semua anak peduli sampah mulai dari sekarang, nanti sungai kita bakal jernih lagi.” Ucapan sederhana ini sontak memicu tepuk tangan teman-temannya, menandakan tumbuhnya kesadaran lingkungan sejak usia dini. Inisiatif ini membuktikan bahwa perubahan besar dapat dimulai dari hal kecil yang konsisten, terutama jika melibatkan generasi penerus.
Lebih jauh lagi, kegiatan SRIKANDI dan Eco School juga menumbuhkan semangat kebersamaan antarwarga desa. Ibu-ibu PKK merasa dihargai karena dilibatkan secara aktif, sementara anak-anak desa mendapat pengalaman berharga yang akan membekas hingga dewasa nanti.
Tim KKN-T pun mendapat banyak pelajaran penting mengenai pentingnya komunikasi yang baik, pendekatan partisipatif, serta kearifan lokal dalam menjalankan program pemberdayaan masyarakat.
Harapannya, semangat yang tumbuh dari program ini tidak berhenti pada hari pelatihan saja. Desa Ngadirojo dapat menjadi contoh nyata sebuah desa yang bersih, mandiri, dan berdaya, di mana sampah tidak lagi dipandang sebagai masalah, melainkan peluang untuk berinovasi.
Jika kolaborasi ini terus berlanjut, bukan mustahil Desa Ngadirojo kelak dikenal sebagai desa percontohan pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Dengan demikian, cita-cita untuk menjadikan desa ini indah, sehat, dan berkelanjutan dapat benar-benar terwujud.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News