suasana pasar tradisional di padang pada akhir abad ke 19 semua hiruk pikuk ada di dalamnya - News | Good News From Indonesia 2025

Suasana Pasar Tradisional di Padang pada Akhir Abad ke-19, Semua Hiruk Pikuk Ada di Dalamnya

Suasana Pasar Tradisional di Padang pada Akhir Abad ke-19, Semua Hiruk Pikuk Ada di Dalamnya
images info

Suasana Pasar Tradisional di Padang pada Akhir Abad ke-19, Semua Hiruk Pikuk Ada di Dalamnya


Pernahkah Kawan membayangkan bagaimana situasi pasar tradisional di masa lampau? Pasar memang menjadi salah satu tempat penting di tengah masyarakat sejak dulunya.

Pasar menjadi pusat perputaran ekonomi di suatu daerah. Tidak hanya itu, segala keperluan dan kebutuhan sehari-hari bisa didapatkan ketika berbelanja di pasar tradisional di sebuah daerah.

Sebuah laporan yang terbit di Sumatra Courant pada 1899 pernah mewartakan bagaimana situasi pasar tradisional yang ada di Padang saat itu. Hal apa saja yang bisa ditemukan di pasar tradisional pada waktu itu? Berikut pembahasannya.

Interaksi Antarmanusia yang Hangat

Suasana pasar tradisional di Padang pada akhir abad ke-19 ini diwartakan oleh Carrier dalam artikel, "Een Bezoek Aan de Pasar" yang terbit di surat kabar Sumatra-Courant edisi 25 Maret 1899. Pada waktu itu, Carrier berkunjung ke Pasar Baroe yang ada di Padang.

Kunjungan ini dilakukan oleh Carrier di Minggu pagi pada Maret 1899. Dirinya melihat dan mewartakan bagaimana situasi pasar tradisional di Padang saat itu.

Carrier menjelaskan bahwa dia melihat interaksi antarmanusia yang beragam di pasar. Orang-orang yang berbelanja di pasar ini tidak hanya berasal dari satu kalangan saja.

Misalnya, Carrier melihat banyak wanita Tionghoa yang berlalu lalang untuk berbelanja di pasar tersebut. Tidak hanya itu, para penjual yang menggelar lapak di pasar ini juga beragam.

Banyak masyarakat lokal yang menjajakan berbagai kebutuhan, seperti ikan, daging, hingga bunga. Di sisi lain, ada juga toko kelontong milik orang Tionghoa yang menjual berbagai kebutuhan sembako, seperti gula, bawang, lada, cuka dan lainnya.

Ada juga seorang wanita Jawa yang menjual nasi ramas di tengah kerumunan pasar. Interaksi yang tercipta dari orang-orang yang memiliki latar belakang berbeda memberikan kesan tersendiri terhadap suasana pasar pada waktu itu.

Aneka Jajanan dan Makanan di Pasar Tradisional

Bicara soal pasar tradisional, belum afdal rasanya jika belum membahas kuliner yang ada di dalamnya. Apalagi banyak sekali pilihan kuliner yang bisa dijumpai di pasar tradisional.

Situasi serupa juga dilaporkan oleh Carrier dalam kunjungannya tersebut. Dia melihat banyak sekali lapau, sebutan untuk warung makan di Padang yang menjual berbagai macam jajanan serta makanan di dalam pasar tradisional.

Jajanan dan makanan yang dijual juga beragam. Carrier melihat ada beberapa penjual yang menjajakan jajanan tradisional khas daerah tersebut, seperti lamang, lapek, hingga dadiah.

Selain itu ada juga penjual yang menjajakan makanan yang juga umum dijumpai di daerah lainnya, seperti rujak, pecel, gado-gado, dan soto.

Sisi Gelap Pasar Tradisional

Sekilas situasi pasar tradisional di Padang pada 1899 terlihat tidak jauh berbeda dengan situasi yang bisa dijumpai pada saat ini. Namun ada sisi gelap yang ikut terpotret dalam laporan Carrier ketika berkunjung ke Pasar Baroe pada waktu itu.

Di salah satu sudut pasar, Carrier melihat banyak sekali orang-orang berbadan kurus duduk bersandar maupun berjalan dengan tertatih-tatih. Ternyata tempat yang dilalui oleh Carrier merupakan lokasi perputaran opium yang ada di sana.

Pada waktu itu peredaran opium memang cukup masif. Banyak orang-orang dari berbagai kalangan yang kecanduan untuk mengonsumsi opium tersebut.

Bagi orang-orang yang ada di pasar, opium yang mereka nikmati bukanlah murni sepenuhnya. Opium yang beredar di pasar tradisional pada waktu itu banyak sudah dicampur dengan daun tembakau yang sudah dikeringkan.

Di sudut lainnya, Carrier juga melihat orang-orang berkumpul dengan riuhnya di sebuah ruangan tertutup. Ternyata di sana merupakan arena adu balam, di mana akan ada dua burung merpati yang dilatih bertarung dan diadu antara satu sama lain.

Laporan Carrier dalam artikelnya yang terbit di Sumatra-Courant tersebut menggambarkan bagaimana situasi pasar tradisional di Padang pada 1899.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Irfan Jumadil Aslam lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Irfan Jumadil Aslam.

IJ
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.