ragam tradisi perayaan maulid nabi muhammad saw di jawa barat - News | Good News From Indonesia 2025

Ragam Tradisi Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Jawa Barat

Ragam Tradisi Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Jawa Barat
images info

Ragam Tradisi Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Jawa Barat


Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya dan tradisi dari setiap daerahnya. Salah satu tradisi keagamaan yang menyatu antara nilai lokal dengan ajaran agama terdapat di wilayah Jawa Barat.

Perayaan Maulid Nabi Muhammad saw. di Jawa Barat bukan sekadar acara biasa, tetapi melibatkan kombinasi antara ajaran agama dan budaya lokal. Hal ini juga menunjukkan kekayaan budaya yang diwariskan turun-temurun oleh masyarakat Jawa Barat.

Lalu, apa saja acara atau tradisi yang dilakukan? Simak penjelasannya, ya, Kawan GNFI!

Muludan

Tradisi Muludan adalah salah satu acara khas yang dilakukan di Cirebon untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw.

Tradisi ini merupakan gabungan antara ajaran Islam dan budaya lokal Jawa sehingga menyajikan sensasi rohani yang kuat serta penuh warna.

Perayaan Muludan berlangsung sepanjang Rabiul Awal dalam kalender hijriah, yang dikenal sebagai bulan Mulud.

Peringatan Maulid Nabi sendiri jatuh pada 12 Rabiul Awal, tetapi di Cirebon, perayaan ini tidak hanya dilakukan sehari saja. Berbagai acara Muludan sudah dimulai sejak awal Rabiul Awal, misalnya sebagai berikut:

  • Ziarah ke makam para wali atau tokoh besar di wilayah Cirebon sebagai bentuk penghormatan dan doa. Aktivitas ziarah ini dilakukan secara bersamaan dalam rombongan pengajian yang bertujuan ke Astana Gunung Jati, tempat istirahat terakhir Sunan Gunung Jati, salah satu dari Wali Songo yang pernah membawa agama Islam ke wilayah Jawa.
  • Pembacaan kitab Al-Barzanji. Kegiatan ini menjadi bagian utama dalam tradisi Muludan sebagai bentuk ungkapan cinta dan harapan umat Islam untuk menerima berkah dari Nabi Muhammad saw. Kitab Al-Barzanji berisi selawat yang menceritakan kisah hidup Nabi Muhammad saw., termasuk silsilah keluarga dan teladan beliau.
  • Pencucian jimat dan benda pusaka Keraton. Tujuannya adalah untuk membersihkan energi negatif dari benda tersebut dan mengubahnya menjadi energi positif. Benda pusaka ini dicuci secara ritual yang dikenal dengan istilah "panjang jimat". Benda pusaka yang dicuci berbentuk keramik, piringan, keris, dan alat musik. Proses ini dilakukan oleh abdi dalem Keraton, dipimpin oleh penghulu, biasanya di Keraton Kasepuhan, Kanoman, atau Kacirebonan.
  • Puncaknya, acara perayaan Muludan dilanjutkan dengan pertunjukan seni budaya lokal hingga akhir bulan. Selain aktivitas keagamaan, perayaan ini lengkap dengan pertunjukan wayang kulit, tarian tradisional, hingga musik gamelan.
baca juga

Upacara Adat Nyangku

Upacara adat Nyangku sudah ada sejak zaman kerajaan Panjalu. Istilah nyangku berasal dari kata yanko yang dalam bahasa Arab berarti ‘membersihkan.’ Kata ini kemudian diubah pelafalannya menjadi nyangku dalam bahasa Sunda, yang juga berarti 'menerangi perilaku'.

Upacara adat Nyangku biasanya dilakukan pada hari Senin atau hari Kamis terakhir bulan Mulud (Rabiul Awal) oleh masyarakat Panjalu sebagai bentuk peringatan hari lahir Nabi Muhammad saw.

Upacara ini juga memiliki rangkaian prosesi adat yang panjang, yang melibatkan benda-benda pusaka dari peninggalan Prabu Sanghyang Bojongsora dan para raja serta bupati Panjalu beserta keturunannya.

Benda-benda pusaka ini disimpan di Pasucian "Bumi Alit". Benda-benda pusaka tersebut meliputi pedang Zulfikar, keris komando, keris, pancaworo, bangreng, gong kecil, kujang, trisula, dan lain-lain.

Penyelenggaraan upacara adat Nyangku dimulai dengan pengambilan air keramat (tirta kahuripan) dari tujuh mata air yang terletak di dalam Desa Panjalu atau di luar Desa. Air tersebut disimpan dalam wadah, lalu diberi doa (tawasul) oleh para santri selama 40 hari hingga hari pelaksanaan upacara adat.

Pada malam sebelum upacara adat, diadakan pengajian dan pembacaan selawat di "Bumi Alit", diikuti dengan penampilan seni tradisi Gembyung dan Debus.

Prosesi upacara adat Nyangku dimulai dengan pengambilan benda-benda pusaka dari Pasucian "Bumi Alit", yang kemudian dikirab menuju Pulau Nusa Gede di tengah Danau Situ Lengkong Panjalu.

Benda-benda pusaka ini dibawa layaknya bayi oleh keturunan raja Panjalu, diiringi para sesepuh dan tokoh masyarakat serta iringan kesenian Gembyung dan lantunan selawat nabi.

Setelah sampai di Pulau Nusa Gede, dilakukan ritual tawasul (pembacaan doa) untuk arwah leluhur Panjalu di hadapan pusara Prabu Hariang Kancana. Setelah itu, benda pusaka dibawa ke Taman Bojongsora untuk dilakukan ritual pembersihan.

Puncak acara adalah benda-benda pusaka dimandikan dengan tirta kahuripan dan jeruk nipis, kemudian dikeringkan dengan menggunaan tungku yang berisi kemenyan yang dibakar dan diolesi minyak kelapa murni. Benda-benda tersebut dibungkus dengan daun kelapa dan dililit kain putih.

Setelah semua rangkaian upacara adat Nyangku selesai, benda-benda pusaka diarak kembali dan disimpan di Pasucian "Bumi Alit".

Ngalungsur Pusaka

Tradisi Ngalungsur Pusaka sangat terkenal di kalangan masyarakat Karangpawitan, Garut. Ngalungsur artinya 'menurunkan'; benda-benda pusaka yang merupakan peninggalan Sunan Godog dikeluarkan dari Kandaga (peti) yang disimpan di dalam bangun makan setiap tanggal 14 Maulid.

Tradisi Ngalungsur Pusaka ini berupa kegiatan memandikan benda-benda pusaka yang merupakan peninggalan para pejuang Islam terdahulu dengan air khusus dan minyak wangi khusus, yaitu minyak keletik dan jeruk nipis, serta berbagai bunga.

Benda-benda pusaka yang dimandikan meliputi keris, pecut, babango (gunting kecil yang digunakan untuk khitanan), dan miniatur alat menanak nasi serta alat pertanian.

Tujuan dari tradisi Ngalungsur Pusaka ini adalah sebagai salah satu cara untuk menunjukkan rasa hormat dan rasa syukur terhadap para pejuang Islam yang pernah menyebarakan agama di wilayahnya.

Sunan Godog, yang dikenal juga sebagai Syekh Sunan Rockhmat Suci atau Prabu Keyan Santang, dimakamkan di Kampung Godog.

Beliau adalah salah satu tokoh islam yang berpengaruh hingga masyarakat menunjukkan rasa hormat dengan menjaga dan merawat peninggalannya sebagai bentuk penghormatan dalam berjuang memperkuat agama Islam.

Masyarakat percaya bahwa tradisi Ngalungsur Pusaka setiap 14 Maulid akan membawa keberkahannya berupa rezeki melalui perkebunan dan usaha ternak sebagai anugerah dari Tuhan serta hasil perjuangan para tokoh agama terdahulu.

Tradisi ini bukan hanya sekadar peringatan semata, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap leluhur yang telah memperjuangkan agama islam di wilayahnya.

Benda-benda pusaka tersebut tidak dianggap sebagai prosesi penyembahan, melainkan bentuk penghormatan terhadap para leluhur Islam yang telah menyebarkan agama Islam, terutama di wilayah Jawa Barat.

baca juga

Perayaan Maulid Nabi Muhammad saw. di Jawa Barat ini menjadi contoh nyata tentang harmonisasi antara agama dan budaya yang membuat perayaan ini semakin istimewa.

Unik dan menarik, ya, Kawan GNFI!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RS
FS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.