AIESEC in BINUS menyelenggarakan kunjungan edukatif ke kawasan Kota Tua Jakarta sebagai bagian dari cultural immersion untuk para Exchange Participant (EP) dalam program pertukaran budaya. Didampingi oleh Local Volunteer (LV), para peserta internasional menjelajahi kekayaan seni dan sejarah Indonesia secara langsung melalui kegiatan interaktif di museum, sesi pembuatan tembikar (pottery), serta aktivitas kolaboratif lainnya.
Lebih dari sekadar kunjungan budaya, kegiatan ini dirancang sebagai sarana pertukaran nilai dan pembelajaran lintas budaya, yang mempertemukan peserta dari latar belakang berbeda dalam ruang kolaboratif yang edukatif dan menyenangkan.
Pengalaman Pertama yang Berkesan
Kegiatan dimulai di Museum Seni Rupa dan Keramik, yang menampilkan koleksi seni dari berbagai daerah di Indonesia. Para peserta mengamati langsung karya seni tradisional dan kontemporer, serta mendapatkan penjelasan sejarah dari tiap koleksi yang dipamerkan.
Bagi Bettina Granda, salah satu peserta EP, kegiatan ini menjadi pengalaman yang sangat menyenangkan. Ia menyampaikan kesan positifnya terhadap keseluruhan rangkaian kunjungan.
“Mengunjungi Kota Tua di Jakarta memberikan banyak kenangan. Museum lukisan dan keramik menyimpan karya seni yang begitu indah dan menceritakan sejarah Indonesia dengan cara yang menarik. Ruang interaktif yang menampilkan film pendek tentang budaya Indonesia sangat membantu memperdalam pemahaman. Namun, yang paling istimewa adalah sesi membuat tembikar. Itu pertama kalinya mencoba membuat sesuatu dari tanah liat, dan senang sekali bisa membawa pulang hasil karya sendiri,” ucap Bettina.
Kegiatan Kolaboratif yang Membangun Kedekatan
Tidak hanya peserta internasional yang memperoleh pengalaman baru, bagi beberapa LV, kegiatan ini juga menjadi kunjungan pertama ke museum. Grace Michelle, salah satu relawan lokal, menyebut kegiatan ini sebagai pengalaman yang membuka mata terhadap kekayaan budaya Indonesia.
“Kegiatan ini benar-benar menyenangkan sekaligus membuka wawasan. Ini merupakan kunjungan pertama ke museum, dan banyak hal menarik yang baru diketahui. Yang paling berkesan adalah bagaimana cerita sejarah dan benda-benda yang dipamerkan membuat masa lalu terasa hidup. Di luar itu, suasana selama kunjungan pun sangat menyenangkan. Kami tertawa bersama, mengeksplorasi hal baru, dan saling belajar,” ungkap Grace.
Ia juga menambahkan bahwa momen tersebut menjadi salah satu kegiatan pertama yang dilakukan secara langsung bersama para EP setelah masa persiapan. Peran sebagai penerjemah pun dijalani dengan senang hati, karena menjadi sarana untuk membantu dan sekaligus melatih kemampuan berbahasa Inggris.
Belajar Melalui Tantangan dan Kolaborasi
Selain menambah pengetahuan budaya, kegiatan ini juga menjadi ruang pengembangan diri bagi para LV. Dalila Zaky Alida, relawan lainnya, mengungkapkan bahwa kunjungan ini memberinya tantangan sekaligus pembelajaran baru.
“Ini adalah perjalanan pertama ke Kota Tua sekaligus kunjungan museum pertama bersama para EP setelah IPS, Tantangan utama saat itu adalah menjadi penerjemah di tengah sesi, tapi justru dari situ bisa belajar cara berkomunikasi yang lebih baik. Secara keseluruhan, kegiatan ini benar-benar menyenangkan,” ungkapnya.
Peserta juga mendapat waktu bebas untuk menikmati suasana Kota Tua, seperti mencoba sepeda klasik, menonton pertunjukan jalanan, dan menikmati jajanan lokal. Semua elemen ini menyatu dalam suasana santai namun bermakna, yang membuat kegiatan semakin berkesan.
Menumbuhkan Nilai Kolaborasi dan Pemahaman Budaya
Kegiatan kunjungan ini merupakan bagian dari komitmen AIESEC in BINUS untuk menciptakan pengalaman kepemimpinan melalui pertukaran lintas budaya. Dengan menjadikan museum sebagai ruang pembelajaran, peserta diajak untuk memahami sejarah dan nilai budaya secara langsung, bukan sekadar dari materi formal.
Menurut perwakilan panitia, kegiatan ini bertujuan mendekatkan peserta internasional dengan budaya lokal serta memberi ruang refleksi bagi seluruh peserta.
“Melalui aktivitas seperti ini, peserta tidak hanya mengenal budaya, tapi juga belajar untuk saling memahami, menghargai perbedaan, dan menjalin koneksi yang bermakna,” jelasnya.
Nilai-nilai seperti empati, kerja sama, dan keberagaman dijalankan dalam konteks nyata. Itulah semangat dari cross-cultural understanding yang selalu dijunjung oleh AIESEC.
Harapan untuk Keberlanjutan Program
Kunjungan ke Kota Tua Jakarta membuktikan bahwa pembelajaran tidak selalu harus terjadi di ruang kelas. Interaksi langsung, diskusi lintas budaya, dan kegiatan kreatif dapat menjadi metode yang efektif dalam membentuk karakter, menumbuhkan kepedulian sosial, serta mengasah kepemimpinan.
AIESEC in BINUS berharap kegiatan semacam ini dapat terus berlanjut dan menjadi bagian dari perjalanan pertumbuhan pemuda Indonesia agar mereka tidak hanya menjadi cerdas secara intelektual, tetapi juga kaya secara nilai, empatik, dan siap mengambil peran aktif dalam masyarakat global.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News