Pernahkah terbayangkan bagi Kawan, bagaimana jika kita hidup di era yang serba maju seperti saat sekarang, tapi berada dalam kondisi buta huruf dan tidak membaca? Tentu kita tidak akan bisa menikmati kemajuan teknologi yang terjadi pada saat ini.
Tidak hanya itu, informasi yang harusnya bisa dengan mudah kita dapatkan akan jadi sangat terbatas. Sebab tanpa bisa membaca, tentu kita akan kesulitan untuk memahami apa saja informasi terbaru yang terjadi pada saat ini.
Meskipun akses teknologi dan informasi sudah berkembang pesat saat ini, ternyata masih ada penduduk Indonesia yang mengalami kondisi ini. Data Badan Pusat Statistik pada 2024 menunjukkan bahwa masih ada sekitar 3 persen masyarakat Indonesia yang berusia 10 tahun ke atas yang masih buta huruf dan tidak bisa membaca.
Angka ini sebenarnya sudah mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya. Namun tentu besar harapan bagi kita semua agar semua masyarakat Indonesia bisa terbebas dari buta huruf, sehingga bisa merasakan berbagai macam manfaat dari hal tersebut.
Banyak upaya yang sudah dilakukan untuk mengentaskan angka buta huruf di Indonesia. Tidak hanya pemerintah, banyak juga tokoh-tokoh inspiratif yang membaktikan dirinya untuk berfokus pada permasalahan tersebut.
Eko Cahyono merupakan salah satu tokoh inspiratif yang berusaha mengentaskan angka buta huruf bagi masyarakat Indonesia, khususnya di daerah Kabupaten Malang, Jawa Timur. Bahkan usaha yang dilakukan oleh Eko Cahyono ini sudah berjalan sejak puluhan tahun silam.
Bagaimana kontribusi Eko Cahyono untuk mengentaskan angka buta huruf di daerah Kabupaten Malang tersebut?
Eko Cahyono dan Perpustakaan Anak Bangsa
Dilansir dari E-booklet 14th SATU Indonesia Awards 2023, usaha Eko Cahyono dalam mengentaskan buta huruf di Malang sudah dia lakukan sejak lama. Usaha ini dia salurkan dalam bentuk Perpustakaan Anak Bangsa.
Lewat perpustakaan ini, Eko Cahyono memberikan ribuan bahan bacaan bagi setiap orang. Perpustakaannya tersebut juga berkeliling dan menjangkau semua kecamatan yang ada di Kabupaten Malang.
Anak-anak yang tidak sekolah menjadi salah satu target utama bagi perpustakaan Eko Cahyono. Anak-anak yang tidak mengenyam pendidikan di lembaga sekolah ini dia ajarkan untuk membaca dan menulis.
Seiring berjalannya waktu, ada puluhan perpustakaan yang menjadi perpanjangan tangan dari Perpustakaan Anak Bangsa. Setiap orang bisa berkunjung ke perpustakaan tersebut kapan saja.
Sebab Perpustakaan Anak Bangsa yang diinisiasi oleh Eko Cahyono buka selama 24 jam penuh setiap harinya.
Aktivitas Lainnya
Banyak aktivitas lain yang diberikan oleh Eko Cahyono lewat Perpustakaan Anak Bangsa. Anak-anak yang datang ke perpustakaan tersebut juga diajarkan berbagai ilmu lain selain membaca buku saja.
Misalnya, anak-anak yang ada di Perpustakaan Anak Bangsa juga diajarkan komputer. Selain itu, ada juga beberapa aktivitas lain yang rutin mereka lakukan, seperti melukis di kanvas, menonton film bersama, belajar memasak, hingga menjahit.
Perpustakaan Anak Bangsa juga memberikan bimbingan belajar bagi anak-anak yang berada di tingkat SD atau MI. Bimbingan belajar ini bisa diakses oleh anak-anak tersebut secara gratis dan cuma-cuma.
Apresiasi SATU Indonesia Awards 2012
Kontribusi Eko Cahyono lewat Perpustakaan Anak Bangsa tentu berdampak banyak bagi masyarakat, khususnya yang ada di daerah Kabupaten Malang. Apalagi ilmu menulis dan membaca yang diajarkan kepada anak-anak yang tidak sekolah bisa menjadi sarana untuk mereka terlepas dari buta huruf.
Berkat jasanya tersebut, Eko Cahyono berhasil menjadi salah satu penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards pada 2012 lalu.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News