Pernahkah Kawan menyeduh teh biru dari bunga telang, lalu meneteskan sedikit air lemon ke dalamnya? Seketika, warna biru jernih itu berubah menjadi ungu lembut. Apa sebenarnya yang terjadi di balik perubahan warna yang menawan ini?
Fenomena sederhana itu ternyata bukan sekadar keindahan visual. Di baliknya, ada kisah kimia yang rumit tentang pigmen alami, keseimbangan pH, dan bahkan bagaimana manusia merasakan “rasa” lewat warna.
Bunga Clitoria ternatea—sering disebut sebagai bunga telang, bluebellvine, atau butterflypea—telah lama dikenal di Asia Tenggara. Selain dijadikan tanaman hias, kelopaknya juga digunakan sebagai bahan pewarna makanan, minuman, bahkan obat tradisional.
Warna biru bunga telang berasal dari senyawa unik bernama antosianin. Yang menariknya lagi, pigmen ini bisa berubah warna hanya karena sedikit perubahan tingkat keasaman.
Rahasia Warna: Antosianin dan Keajaiban pH
Jadi, apa yang membuat bunga telang bisa begitu ajaib warnanya? Jawabannya terletak pada pigmen alami yang disebut antosianin, sejenis senyawa flavonoid yang juga memberi warna merah pada stroberi atau ungu pada anggur.
Di bunga telang, antosianin utamanya bernama ternatin, senyawa yang sangat peka terhadap perubahan lingkungan, terutama pH (tingkat keasaman).
Ketika pH berubah, struktur kimia antosianin ikut berubah, menghasilkan warna yang berbeda-beda, yaitu
- pada pH asam, warnanya menjadi merah-keunguan;
- pada pH netral, muncul warna biru tenang khas bunga telang; dan
- pada pH basa, warnanya berubah menjadi kehijauan atau kekuningan.
Dari Warna ke Rasa: Saat Kimia Mengubah Persepsi
Apakah perubahan warna tersebut hanya soal estetika? Tidak juga. Ternyata, perubahan warna akibat pH juga bisa mengubah cara kita merasakan rasa.
Ketika Kawan meneteskan perasan lemon ke dalam teh biru, asam sitrat dari lemon membuat pH minuman turun. Akibatnya, struktur antosianin berubah dari biru menjadi merah-ungu. Namun, perubahan ini tidak hanya terjadi di mata.
Asam juga memengaruhi aroma: senyawa ester dalam minuman menjadi lebih mudah menguap, menghasilkan wangi yang segar dan “cerah”. Otak manusia secara alami mengaitkan aroma segar itu dengan rasa yang asam dan menyegarkan.
Jadi sebenarnya, mata, hidung, dan lidah bekerja sama menciptakan pengalaman minum teh telang. Fenomena ini dikenal sebagai cross-modal perception, ketika satu indra memengaruhi cara kerja indra lainnya. Warna yang berubah, aroma yang berbeda, dan rasa yang ikut beralih adalah bagian dari satu cerita yang sama.
Bunga Telang: Laboratorium Kecil dari Alam
Bayangkan Kawan memiliki laboratorium mini di dapur. Hanya dengan kelopak bunga telang, kamu dapat bereksperimen dengan warna dan rasa, dan semuanya aman dikonsumsi!
Bahkan, warna biru, ungu, dan merah dari antosianin telang bisa bertahan hingga 1 tahun apabila disimpan pada suhu rendah (sekitar 7°C).
Karena kestabilannya, bunga ini kini dilirik industri pangan sebagai indikator pintar dalam kemasan makanan, contohnya plastik pelapis yang bisa berubah warna ketika makanan mulai rusak atau terlalu asam.
Asam, Manis, dan Ilmu di Balik Cita Rasa Teh Telang
Secara ilmiah, perubahan warna pada teh telang terjadi karena penurunan pH dari sekitar 7 (netral) menjadi 4–5 (asam). Pada rentang ini, antosianin berubah menjadi bentuk kimia yang disebut flavylium cation, yang memantulkan warna ungu-kemerahan.
Selain itu, penurunan pH juga memengaruhi jumlah ion hidrogen yang menentukan mouthfeel atau sensasi di lidah. Maka tidak heran, teh biru yang dicampur lemon terasa lebih seimbang antara manis dan asam.
Antosianin: Lebih dari Sekadar Pewarna
Pigmen biru dari bunga telang bukan hanya cantik di mata, tapi juga baik untuk tubuh.
Antosianin dikenal memiliki aktivitas antioksidan tinggi, membantu tubuh melawan radikal bebas dan mencegah kerusakan sel. Aktivitas antioksidan ini paling kuat pada kondisi asam (pH sekitar 3). Jadi, teh telang dengan tambahan lemon bukan cuma lebih indah, tetapi juga bisa lebih menyehatkan.
Ekstrak bunga telang berpotensi membantu meningkatkan daya ingat, menurunkan kadar gula darah, dan melawan infeksi bakteri ringan. Keindahan warna biru teh satu ini menyimpan manfaat biologis yang nyata.
Saat Warna dan Rasa Bertemu
Bunga telang mengajarkan satu hal penting: sains bisa indah dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Setiap kali warna teh biru berubah menjadi ungu, sebenarnya Kawan sedang menyaksikan kimia bekerja bukan di laboratorium, tapi di dapur rumah sendiri.
Warna yang berganti, aroma yang berubah, dan rasa yang ikut menyesuaikan, semua adalah bagian dari tarian halus antara molekul dan indra manusia. Antosianin menjadi jembatan antara dunia alam dan pengalaman manusia, antara struktur molekul dan cerita yang bisa kita rasakan lewat secangkir teh biru yang berubah warna.
Mungkin lain kali, saat Kawan menyeduh teh telang dan meneteskan lemon, kamu akan bertanya: Apakah ini hanya perubahan warna atau sebenarnya cerita kecil tentang bagaimana alam berkomunikasi dengan lidah kita?
Referensi:
- Handayani, L., Aprilia, S., Arahman, N., dan Bilad, M. R. 2024. Anthocyanin Extraction and pH-Modulated Color Alterations in Butterfly Pea Flower (Clitoria ternatea L.). In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science. Vol. 1359(1): 012087.
- Kungsuwan, K., Singh, K., Phetkao, S., dan Utama-ang, N. 2014. Effects of pH And Anthocyanin Concentration on Color and Antioxidant Activity of Clitoria ternatea Extract. Food and Applied Bioscience Journal. Vol. 2(1): 31-46.
- Marlina, L., dan Pujiastuti, S. D. 2024. Optimasi Penggunaan Pemanis Stevia dan Pengaruh pH terhadap Warna dan Rasa Teh Bunga Telang. Jurnal TEDC. Vol. 18(3): 185-192.
- Zahara, M. 2022. Ulasan singkat: deskripsi kembang telang (Clitoria ternatea L.) dan manfaatnya. Jurnal Jeumpa. Vol. 9(2): 719-728.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News