Sedari turun temurun, kelurahan Ntobo akrab dengan aktivitas menenun bagi warganya. Benang dan motif khas Bima yang otentik menjadikan setiap kehidupan warga Ntobo bergantung pada karya kreatif warisan turun-temurun tersebut.
Zaman semakin berkembang hingga aktivitas menenun yang telah lama dilakukan kian memudar dan ditinggalkan generasi baru yang hampir tak mengenali warisan tenun khas Bima. Melihat hal ini, muncul inisiatif dari sentuhan tangan perempuan asli kelurahan Ntobo bernama Yuyun Ahdiyanti.
Mayoritas warga yang sedari lama sebagai penenun hingga sejak remaja pun Yuyun aktif mengikuti aktivitas menenun dan akrab dengan benang maupun motif khas Bima warisan leluhur, pada tahun 2015, menjadikan moment awal bagi Yuyun Ahdiyanti membuka usaha penjualan kain tenun khas Bima yang dinamakan UKM Dina.
Nama “Dina” bukan sekadar label usaha, tapi diambil dari bahasa lokal “Dina” berarti “terang” atau “cahaya pagi” yang menjadi sebuah simbol harapan baru bagi perempuan pengrajin di Ntobo, dirinya memiliki keprihatinan akan warisan leluhur ini supaya tidak pudar ditelan zaman.
Ubah Tantangan Menjadi Kesejahteraan

Talkshow Good Movement powered by GNFI x Astra | Foto: Dokumentasi Pribadi
Pada Jumat (24/10/2025), Yuyun Ahdiyanti selaku penggerakUKM Dina sekaligus penerima apresiasi SATU Indonesia Award dari PT. Astra International., Tbk, di bidang kewirausahaan pada 2024, menjadi narasumber dalam acara Talkshow Good Movement powered by GNFI x Astra, “Membangun Narasi Tulisan dengan Gaya Storytelling – Mengangkat Cerita Srikandi Penenun Asa Kampung Ntobo, sebagai Penerima Apresiasi SATU Indonesia Award.”
Dalam sesi talkshow GNFI x Astra tersebut Yuyun membagikan cerita inspiratifnya membangun UKM Dina dengan mengangkat tenun khas Bima yang kian memudar keberadaan di telan zaman. Namanya merintis usaha, pasti dihadapkan dengan berbagai tantangan dan Yuyun pun benar-benar bertemu dengan tantangan itu.
Meski mayoritas di Ntobo, Nusa Tenggara Barat ini sebagai penenun, tapi warga Ntobo justru memiliki kendala seperti hasil karya penenun asli Ntobo yang didistribusikan kepada pengepul yang menjadikan warga disana terjerat dalam lingkaran harga monopoli ditambah warga Ntobo terbatas akan adanya modal dan akses pasar yang menjadikan usaha kain khas Bima ini sulit untuk berkembang.
Dari sinilah Yuyun Ahdiyanti terusik melihat ironi yang dihadapi apalagi di kampung halamannya asli dan menyadarkan dirinya untuk menciptakan UKM Dina sebagai usaha atau rumah bagi para penenun mahir yang ingin meningkatkan usaha tenunnya bersama-sama sekaligus melestarikan warisan budaya.
“Saya mencoba gimana sih caranya kelurahan Ntobo itu bisa dikenal sebagai kampung tenun dan gimana merubah Ntobo jadi pusat penjualan kain tenun yang ada di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat,” ujar Yuyun dalam zoom meeting sesi talkshow GNFI x Astra, Jumat (24/10/2025).
Tantangan lain dalam merintis usaha UKM Dina ini berhubungan dengan kondisi geografis. Ntobo yang berada di ujung utara Kota Bima, Nusa Tenggara Barat membuat Yuyun dilema untuk benar-benar membuka rumah produksi, jauh dari pusat kota, jauh dari jalan provinsi utama dan hal inilah yang tidak memungkinkan untuk kegiatan usaha.
“Minim akses kendaraan apalagi adanya toko fisik, itu adalah hal mustahil untuk dikembangkan disini,” tambah Yuyun dengan perasaan dilema waktu itu.
Hal ini ternyata tidak menyurutkan semangat Yuyun Ahdiyanti dalam melakukan pengembangan usaha kain tenun khas Kota Bima, Nusa Tenggara Barat meski di tempat yang terisolir. Dirinya, memanfaatkan sosial media untuk strategi sebagai solusi untuk memperkenalkan kain khas Bima yang asli dari kelurahan Ntobo, Nusa Tenggara Barat.
“Alhamdulillah di tengah gemuruh dan semangat kebangkitan tenun di kelurahan ntobo, gallery Yuyun Ukm Dina kini hadir, walaupun dihadapkan dengan suatu tembok besar yaitu kondisi geografis, dan alhamdulillah, saya mendapatkan solusi strategis dengan alih-alih jauh dari keterbatasan geografis, saya coba mengubah keterbatasan itu menjadi strategi dengan penjualan online yang awalnya foto produk bersama keluarga, tetangga, dan dipasarkan via online facebook,” ungkap Yuyun dengan bangga.
Perlahan tapi pasti, Yuyun Ahdiyanti terus mengembangkan UKM Dina hingga sukses dipasaran dan ditangan Yuyun dengan menggerakkan para pengrajin, tenun Ntobo kini menghadirkan transformasi yang luar biasa, di mana yang awalnya kain tenun tradisional dengan desain seadanya, diubah menjadi desain kontemporer (busana etnik, syal, outer, ikat pinggang, dekorasi rumah) yang menarik konsumen khusus anak muda, dan pasar internasional.
Kain tenun tradisional ini kian dikenal dengan beragam model kekinian yang tak hanya mengikuti tren, tapi memancarkan kesan eksklusif dan bernilai jual tinggi apalagi langsung buatan tangan lokal warga kelurahan Ntobo, Nusa Tenggara Barat sebagai wujud seni tenun warisan leluhur.
Optimis Adalah Kunci
Media sosial ini benar-benar membantu dalam meningkatkan penjualan tenun khas Bima, usaha ini kian memotivasi dan membawa semangat pantang menyerah dengan berpegang pada tujuan awal yakni membangkitkan pesona tenun khas Bima yang tak sekadar melestarikan warisan budaya saja, tapi menjadi sumber kekuatan ekonomi nyata yang sejalan dengan semangat “Satu Gerak, Terus Berdampak” ala Astra hingga membawa harapan bagi masyarakat di lingkungan Yuyun yakni kelurahan Ntobo.

Yuyun Ahdiyanti UKM Dina | Foto: Instagram/@ukm_dina
Atas inisiatif dan inovasinya dalam membentuk UKM Dina, Yuyun Ahdiyanti mendapatkan apresiasi SATU Indonesia Awards pada 2024 kategori kewirausahaan dalam mengembangkan inovasi dan kreativitasnya.
“Tidak ada yang menyangka, sih, sebenarnya, saya bisa berada di titik ini karena saat merintis tidak sampai menghayal akan, oh, saya bisa ya jadi pemenangnya karena saya niatnya hanya mencoba dan ingin memperkenalkan kelurahan saya kepada masyarakat luas yang ada di Indonesia maupun di NTB,“ kata Yuyun dengan bangga dan tak menyangka telah benar-benar mendapatkan SATU Indonesia Award.
Harapannya, dengan apresiasi ini Yuyun akan terus mengembangkan inovasi dan kreativitasnya dalam menciptakan motif-motif baru dan mencari warna yang tidak monoton untuk kain tenun bima sehingga terus diminati oleh para konsumen hingga ikut meningkatkan identitas pada konsumen sebagai UKM yang berkarakter dan inovatif khas Ntobo, Nusa Tenggara Barat.
Dari Benang Jadi Asa

Kain tenun khas Bima by UKM Dina | Foto: Instagram/@ukm_dina
Kini, tenun khas Bima ini tenun bukan sekedar produk kerajinan tangan saja, tapi ada simbol peradaban dan kebanggan lokal. Melalui UKM Dina garapan Yuyun Ahdiyanti, tenun Bima ini turut serta memberdayakan puluhan perempuan lokal dengan diberikan kesempatan kerja yang layak, pelatihan, dan pemberian modal usaha sebagai cara cerdas dalam menambah pendapatan, meningkatkan kemandirian, dan pengakuan atas keterampilan yang telah ada secara turun temurun.
Berdasar pada tekad dan kegigihan Yuyun Ahdiyanti dengan cara inovatifnya, kini, kain tenun Bima dibawah gallery Yuyun UKM Dina tidak hanya sukses di pasaran, tapi menjadi kebanggaan masyarakat luas dari Kabupaten Bima, Ntobo dan seluruh wilayah Indonesia pun turut mulai mengenal dengan mengakui kelurahan Ntobo sebagai salah satu kampung penghasil tenun tradisional bima.
“Sebagai warisan nenek moyang yang hampir punah, bagi saya tenun adalah bahasa kami di setiap motifnya ada cerita, doa, dan sejarah hingga saya memiliki tekad tidak ingin tenun jadi pajangan museum saya ingin ia tetap hidup dan dipakai untuk menjadi kebanggaan serta bentuk warisan kita,” ungkapnya.
UKM Dina dan Yuyun Ahdiyanti menjadi contoh nyata yang mengubah benang menjadi asa, dari tradisi menjadi tren, hingga memperkenalkan kampung kecil menjadi pusat inspirasi untuk kebangkitan ekonomi kreatif Indonesia.
Kisah ini menjadi pengingat inspiratif dari satu orang yang berani dan mampu mengubah nasib bagi semua komunitas, menghidupkan kembali sebuah budaya dan menjadikan ketidakadilan masa lalu sebagai kekuatan untuk masa depan yang lebih sejahtera
Dalam closing statement acara talkshow Good Movement powered by GNFI x Astra, Jum’at (24/10/2025), Yuyun juga berpesan dan mengajak Kawan GNFI untuk optimis dalam bermimpi dan tidak pernah putus asa meski menghadapi tantangan di depan mata.
“Tetap semangat, jangan takut bermimpi, karena apa yang kita ikhtiarkan kalau kita tulus, insyaallah akan berhasil,” tuturnya.
#kabarbaiksatuindonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News