Kepik Emas secara ilmiah tergolong dalam kingdom Animalia, filum Arthropoda, kelas Insecta, ordo Coleoptera, dan famili Chrysomelidae. Famili ini sering disebut sebagai kumbang daun, yang mencakup berbagai spesies pemakan daun.
Nama spesiesnya, Charidotellasexpunctata, mengacu pada karakteristik morfologisnya. Meskipun namanya berarti "enam titik," jumlah titik pada spesies ini dapat bervariasi dan tidak selalu menjadi ciri yang paling mencolok.
Di berbagai daerah di Indonesia, serangga ini dikenal dengan nama yang mencerminkan penampilannya, seperti "Kumbang Emas" atau "Kepik Emas," yang secara langsung menggambarkan warna dominan pada tubuhnya.
Rahasia Ilmiah di Balik Warna Emas Kepik
Ciri paling mencolok dari Kepik Emas adalah penampilan metaliknya yang berkilau. Warna emas yang ini sebenarnya bukan berasal dari pigmen, melainkan merupakan warna struktural.
Menurut kajian dalam jurnal Journal of the Royal Society Interface, warna ini dihasilkan oleh fenomena optik yang disebut interferensi. Cangkang atau sayap depan (elytra) kepik ini memiliki struktur mikroskopis yang memantulkan dan membiaskan cahaya secara spesifik.
Kondisi tersebut membuat kepik emas bisa menghasilkan warna metalik keemasan yang dapat berubah tergantung pada sudut pandang dan kondisi cahaya. Mekanisme ini mirip dengan cara gelembung sabun memantulkan warna pelangi.
Kepik emas memiliki bentuk tubuh yang membulat dan cembung, khas kumbang koksinelid, meskipun ia termasuk dalam famili yang berbeda. Ukurannya relatif kecil, biasanya hanya sekitar 5 hingga 7 milimeter.
Dari segi perilaku, Kepik Emas adalah herbivora spesialis. Makanan utamanya adalah daun dari tanaman dari keluarga Convolvulaceae, seperti morning glory (Ipomoea), dan juga tanaman merambat lainnya. Larva dan kumbang dewasa sama-sama memakan jaringan daun, yang dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman inangnya.
Salah satu perilaku yang paling unik adalah kemampuannya untuk mengubah warna. Dalam situasi tertentu, seperti ketika merasa terganggu atau mati, warna emasnya dapat memudar menjadi warna coklat kemerahan yang kusam.
Perubahan ini diduga terkait dengan perubahan kadar air di dalam rongga mikroskopis pada cangkangnya, yang memengaruhi cara cahaya dipantulkan.
Apakah Kepik Emas Beracun?
Pertanyaan penting yang sering muncul adalah mengenai potensi racun dari Kepik Emas. Berbeda dengan beberapa kumbang lain yang menghasilkan senyawa kimia beracun kuat, Kepik Emas (Charidotellasexpunctata) tidak dikenal sebagai serangga yang beracun atau berbahaya bagi manusia.
Serangga ini tidak menggigit, menyengat, atau mengeluarkan zat yang dapat menyebabkan iritasi kulit yang signifikan. Warna emasnya yang mencolok dapat dianggap sebagai warna peringatan (aposematik) dalam dunia hewan, tetapi dalam kasus ini, tampaknya lebih berfungsi sebagai kamuflase cemerlang (crypsis) atau sekadar hasil dari adaptasi struktural, bukan sebagai penanda racun.
Namun, seperti halnya dengan banyak serangga, penanganan secara kasar tetap tidak dianjurkan untuk menghindari reaksi alergi individu yang jarang terjadi.
Apakah kepik emas dilindungi?
Kepik Emas merupakan spesies asli yang tersebar luas di Amerika Utara dan Amerika Selatan. Mereka menghuni area di mana tanaman inangnya, yaitu berbagai jenis morning glory dan tanaman merambat sejenis, tumbuh subur.
Habitatnya dapat berupa taman, tepi hutan, lahan pertanian, dan daerah terbuka lainnya yang banyak ditumbuhi vegetasi rendah. Serangga ini aktif terutama pada musim panas, di mana mereka dapat ditemukan beraktivitas di daun untuk makan dan kawin.
Mengenai status kelangkaannya, Kepik Emas (Charidotella sexpunctata) tidak dikategorikan sebagai serangga langka. Populasinya dianggap stabil dan tidak menghadapi ancaman besar yang signifikan.
Organisasi konservasi internasional seperti International Union for Conservation of Nature (IUCN) tidak memasukkan spesies ini dalam daftar merah (Red List) spesies terancam. Demikian pula, di Indonesia, meskipun serangga ini mungkin ditemui, ia bukan merupakan satwa yang dilindungi oleh peraturan perundang-undangan, seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.
Statusnya sebagai spesies introduksi atau asli di beberapa wilayah Indonesia mungkin masih perlu kajian lebih lanjut, tetapi secara global, populasinya tidak mengkhawatirkan.
Meskipun tidak beracun dan tidak terancam punah, keberadaan kepik emas (Charidotellasexpunctata) menunjukkan kompleksitas dan keindahan alam yang seringkali terdapat pada makhluk-makhluk terkecil sekalipun.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News