Wisata Lombok Tengah menjadi sorotan global karena daya tarik bagi pengunjung, terutama Desa Sade dikenal sebagai destinasi budaya ikonik suku Sasak. Desa ini masuk dalam daftar perjalanan para tour guide menjadi salah satu ikon pariwisata berbasis kebudayaan, adat istiadat, dan perekonomian lokal.
Kunjungan wisatawan ke desa ini tidak hanya berasal dari domestik, tetapi juga mancanegara.

Dokumentasi Pribadi: Desa Sade
Desa Sade berlokasi di Desa Rembitan, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Akses menuju lokasi ini kini semakin mudah karena adanya pembangunan infrastruktur jalan beraspal menghubungkan kawasan wisata dengan pusat kota.
Kemudahan akses jalan tentu memudahkan para tour guide memahami arah menuju desa wisata melalui bantuan pemerintah telah melakukan perbaikan terhadap akses jalanan beraspal, dan sarana prasarana desa menjadi daya tarik bagi pengunjung. Peningkatan fasilitas infrastruktur ini mendapatkan dukungan dari pemerintah untuk mengembangkan sektor pariwisata berkelanjutan.
Biasanya, sebelum datang ke Lombok, para tour guide memiliki rencana perjalanan atau tour plan yang mencakup kunjungan ke beberapa tempat populer seperti Desa Sade, Mandalika, Bukit Merese, Pantai Tanjung Aan, hingga pusat oleh-oleh khas Lombok.
Kementerian Lingkungan Hidup Bali dan Nusa Tenggara (PPLHBT) menyebutkan bahwa Desa Sade mulai dikenal sejak tahun 1975. Jarak tempuh menuju desa wisata sekitar 15-20 menit. Desa ini memiliki luas sekitar 5,5 hektar dengan masing-masing rumah berjumlah sekitar 150 unit.

Dokumentasi Pribadi: Wisata Foto Pakaian Adat
Potensi Desa Sade menjadi tolok ukur keberhasilan masyarakat dalam mempertahankan identitasnya. Terdapat keindahan arsitektur rumah adat tradisional menjadi pegangan teguh terhadap nilai-nilai tradisi.
Desa Sade dikenal karena ekonomi kreatifnya yang menjual kerajinan tangan yaitu penjualan cinderamata khas Sasak yang dibanderol dengan tarif murah yaitu 5000 per gantungan kunci dengan variasi harga berbeda-beda..
Produk yang dihasilkan pun beragam seperti: baju, topi, tas, selendang, hingga kain tenun yang dijual dengan harga antara Rp100.000 hingga Rp2.000.000. Semua hasil penjualan dikelola secara mandiri oleh masyarakat lokal melalui toko oleh-oleh khas Desa Sade.

Dokumentasi Pribadi: Menenun bersama perempuan desa Sade
Sebelum memasuki area desa, pengunjung akan melihat para perempuan penenun yang bekerja secara mandiri. Mereka adalah ibu-ibu yang menenun kain tradisional sebagai bagian dari pemberdayaan perempuan dan penguatan ekonomi lokal. Aktivitas ekonomi ini menjadi sumber penghidupan utama bagi masyarakat, sekaligus memperkuat posisi perempuan sebagai pelaku utama ekonomi kreatif. .

Dokumentasi Pribadi: Pusat Cinderamata Khas Desa Sade
Pemandu wisata berperan penting dalam memberdayakan ekonomi kreatif masyarakat. Mereka memandu wisatawan lokal maupun asing sambil memperkenalkan nilai-nilai budaya dan tradisi masyarakat Sasak yang masih lestari hingga kini.
Keberadaan desa wisata ini berdampak pada aspek ekonomi dengan tidak hanya pariwisata saja, melainkan mengenalkan budaya dan tradisi melalui seni pertunjukan budaya.
Penulis mengungkapkan desa wisata ini tidak hanya berfokus pada penghasilan masyarakat saja, melainkan memberikan aksesibilitas terhadap wisata untuk menikmati kebutuhan berwisata ke toko cinderamata, pusat rumah makan dan penginapan.
Selain itu penulis mengungkapkan, kelompok sadar wisata desa Sade menetapkan tiket masuk dengan sistem donasi terhadap pemandu wisata sebagai partisipasi pengunjung secara keikhlasan sukarela tanpa adanya paksaan.
Pemandu wisata juga memainkan peran penting dalam mendukung kegiatan ekonomi di desa. Mereka bekerja sama dengan pengelola Desa Sade untuk mendatangkan wisatawan dan memperkenalkan nilai-nilai budaya lokal.
Para pemandu wisata mendapatkan pelatihan bahasa Inggris agar mampu berinteraksi dengan wisatawan asing. Hal ini merupakan bentuk nyata implementasi SDGs poin 4 (Pendidikan Berkualitas) dan 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan). Digitalisasi produk lokal menjadi faktor utama peningkatan kunjungan wisata ke destinasi budaya (Kemenparekraf, 2024).
Pelatihan ini tidak hanya meningkatkan kemampuan berbahasa, tetapi juga menambah wawasan para pemandu agar dapat menjelaskan sejarah, budaya, dan filosofi kepada pengunjung dari berbagai negara didukung.
Penulis mengungkapkan penghasilan setiap pelatihan memiliki dampak positif mengenai rating positif untuk menghadirkan nilai tambah pemberdayaan destinasi melalui kelompok sadar wisata yang mengembangkan pelatihan kolaborasi dengan masyarakat desa Sade.
Konten promosi dari setiap penjualan dengan mengoptimalkan produk melalui media sosial maupun e- commerce melalui konten menarik yang mendatangkan wisatawan lokal dan mancanegara berkunjung.

Dokumentasi Pribadi: Kain Tenun Tradisional Desa Sade
Selain kegiatan menenun, wisatawan juga dapat berfoto di rumah adat Sasak menggunakan kain tenun hasil karya warga setempat. Aktivitas ini menjadi daya tarik tersendiri karena menawarkan pengalaman budaya.
Menurut penulis, kolaborasi antara masyarakat lokal dan pemandu wisata menjadi model pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat (community-based tourism) dengan membuka peluang baru dari segi pendapatan ekonomi, dan pelestarian tradisi kebudayaan.
Banyak pengunjung dari luar provinsi bahkan luar negeri tertarik mengunjungi desa ini untuk memahami cara hidup masyarakat Sasak yang tetap memegang teguh nilai tradisi di tengah arus modernisasi.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News