menjaga harmoni alam perjalanan tengku lidra dalam pendampingan komunitas lokal di sumatera barat - News | Good News From Indonesia 2025

Menjaga Harmoni Alam: Perjalanan Tengku Lidra dalam Pendampingan Komunitas Lokal di Sumatera Barat

Menjaga Harmoni Alam: Perjalanan Tengku Lidra dalam Pendampingan Komunitas Lokal di Sumatera Barat
images info

Menjaga Harmoni Alam: Perjalanan Tengku Lidra dalam Pendampingan Komunitas Lokal di Sumatera Barat


Dalam beberapa tahun terakhir, konflik manusia-satwa liar semakin sering terjadi di Indonesia. Aktivitas manusia yang semakin meluas, baik untuk pertanian, pemukiman, maupun industri, sering bertabrakan dengan habitat alami satwa. Di Sumatera Barat, khususnya di Kabupaten Agam, fenomena ini sangat terasa dengan kemunculan interaksi negatif antara manusia dan harimau Sumatera. Konflik ini tidak hanya menimbulkan risiko bagi keselamatan manusia, tetapi juga mengancam populasi satwa yang dilindungi.

Di tengah tantangan itu, hadir sosok yang memberi harapan: Tengku Lidra. Penerima SATU Indonesia Awards 2024 ini tidak hanya hadir sebagai penggiat lingkungan, tetapi juga sebagai pendamping komunitas lokal melalui Paguyuban Peduli Harimau Sumatera (PAGARI). Dengan pendekatan yang humanis dan berbasis edukasi, Tengku Lidra membawa strategi baru dalam menangani konflik manusia-harimau, sekaligus memberdayakan masyarakat agar hidup berdampingan dengan alam.

baca juga

Memahami Konflik: Antara Manusia dan Harimau Sumatera

Harimau Sumatera, satwa ikonik yang menjadi simbol kekayaan alam Pulau Sumatera, menghadapi tekanan besar akibat hilangnya habitat. Pembukaan lahan untuk pertanian, pembangunan pemukiman, dan aktivitas manusia lainnya membuat jalur migrasi harimau semakin sempit. Akibatnya, harimau kerap masuk ke desa-desa mencari makan, memicu rasa takut dan kerugian bagi masyarakat.

Bagi sebagian warga, kehadiran harimau dianggap ancaman nyata. Hewan ini bisa memangsa ternak atau bahkan menimbulkan risiko bagi keselamatan manusia. Namun, di sisi lain, keberadaan harimau adalah bagian penting dari keseimbangan ekosistem. Jika konflik ini tidak dikelola dengan baik, bukan hanya manusia yang dirugikan; satwa liar pun menghadapi risiko kepunahan.

baca juga

PAGARI: Pendampingan Komunitas yang Berbasis Solusi

Inilah peran Tengku Lidra melalui PAGARI. Organisasi ini hadir sebagai jembatan antara masyarakat dan pelestarian lingkungan. Pendekatan yang dilakukan bukan sekadar mengusir harimau, tetapi lebih menekankan pendidikan, mitigasi konflik, dan pemberdayaan ekonomi lokal.

Beberapa program unggulan PAGARI antara lain:

  • Pelatihan mitigasi konflik: Masyarakat diajarkan cara menghadapi pertemuan dengan harimau secara aman, termasuk strategi menjaga ternak, membuat pagar alami, dan mengenali tanda-tanda keberadaan satwa liar.
  • Edukasi konservasi: Tengku Lidra aktif mengadakan sosialisasi mengenai pentingnya keberadaan harimau dalam ekosistem. Warga diajak memahami bahwa menjaga satwa sama dengan menjaga kualitas lingkungan hidup mereka sendiri.
  • Pendampingan ekonomi lokal: PAGARI membantu masyarakat mengembangkan usaha berbasis lingkungan, misalnya ekowisata dan produk lokal, sehingga masyarakat tidak bergantung pada kegiatan yang merusak habitat harimau.

Dengan strategi ini, konflik yang awalnya destruktif perlahan berubah menjadi kolaboratif. Masyarakat belajar untuk hidup berdampingan dengan alam, sementara harimau tetap memiliki ruang untuk bertahan hidup.

Peran Tengku Lidra: Lebih dari Sekadar Konservasi

Apa yang membuat Tengku Lidra berbeda adalah pendekatannya yang humanis dan berbasis komunitas. Dia memahami bahwa tanpa dukungan warga lokal, konservasi hanya akan menjadi proyek semu yang tidak berkelanjutan. Oleh karena itu, setiap program yang dijalankan selalu melibatkan masyarakat secara langsung, dari tahap perencanaan hingga eksekusi.

Selain itu, Tengku Lidra juga aktif membangun jejaring dengan pemerintah daerah, LSM lingkungan, dan akademisi. Sinergi ini memastikan bahwa kebijakan konservasi tidak hanya berjalan di atas kertas, tetapi dapat diterapkan secara nyata di lapangan.

baca juga

Hasil kerja Tengku Lidra dan PAGARI mulai terlihat. Desa-desa di Kabupaten Agam yang sebelumnya mengalami konflik tinggi dengan harimau kini lebih tenang. Insiden serangan harimau terhadap ternak menurun drastis, dan warga lebih memahami perilaku satwa liar. Lebih dari itu, masyarakat mulai melihat nilai ekonomi dari konservasi melalui program ekowisata dan produk lokal yang ramah lingkungan.

Keberhasilan ini menunjukkan bahwa pendekatan berbasis komunitas adalah kunci dalam menyelesaikan konflik manusia-satwa. Ketika manusia dan alam belajar hidup berdampingan, bukan hanya satwa yang terlindungi, tetapi kualitas hidup manusia juga meningkat.

Menginspirasi Generasi Baru

Penghargaan SATU Indonesia Awards 2024 yang diterima Tengku Lidra bukan sekadar pengakuan atas kerja kerasnya, tetapi juga simbol pentingnya peran individu dalam pelestarian lingkungan. Sosoknya menginspirasi generasi muda untuk melihat isu lingkungan tidak sebagai beban, melainkan sebagai tanggung jawab bersama.

Kisah Tengku Lidra mengingatkan kita bahwa lingkungan bukanlah musuh, melainkan teman yang harus dijaga. Interaksi manusia dengan satwa liar tidak harus selalu berakhir tragis; dengan pendekatan yang tepat, harmoni bisa tercapai.

Di tengah tantangan konflik manusia dan satwa liar yang kian kompleks, Tengku Lidra hadir sebagai teladan. Lewat PAGARI, dia membuktikan bahwa pendampingan komunitas berbasis edukasi, mitigasi, dan pemberdayaan ekonomi lokal dapat menciptakan keseimbangan antara manusia dan alam. Kabupaten Agam, Sumatera Barat, kini menjadi contoh nyata bagaimana konservasi dan kehidupan manusia bisa berjalan berdampingan.

Perjalanan Tengku Lidra mengajarkan kita bahwa pelestarian alam bukanlah tugas satu pihak, tetapi kolaborasi antara pemerintah, komunitas, dan individu. Dengan keberanian, inovasi, dan empati, konflik yang awalnya destruktif bisa berubah menjadi harmoni yang indah — sebuah pelajaran penting bagi masa depan lingkungan Indonesia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.