Nusa Tenggara Barat (NTB) adalah provinsi dengan jumlah bendungan terbanyak di Indonesia. Salah satu bendungan yang ada di NTB sekaligus bendungan terbesar di provinsi itu adalah Bendungan Bintang Bano.
Terletak di Desa Bangka Monte, Kecamatan Brang Rea, Kabupaten Sumbawa Barat, Bendungan Bintang Bano menjadi bendungan terbesar di NTB dari sisi kapasitas tampungnya. Bendungan ini dapat menampung volume air hingga 76,19 juta m3 dengan luas genangan kurang lebih 256,41 hektare.
Menghabiskan anggaran hingga Rp1,44 triliun, Bendungan Bintang Bano menyediakan air baku sebesar 550 liter per detik. Secara fisik, bendungannya memiliki tinggi 72 meter dan panjang 471 meter. Bendungan ini membendung aliran air dari Sungai Brang Tea.
Membendung Air untuk Irigasi dan Mencegah Banjir

Bendungan Bintang Bano adalah bendungan terbesar di NTB | Hutama Karya (Persero)
Bendungan ini digunakan untuk mengairi irigasi pertanian seluas 6.700 hektare. Dulunya, kawasan di sekitar bendungan hanya menggunakan sistem tadah hujan untuk mengairi sawah. Sebanyak 4.200 hektare lahan belum betul-betul diolah dengan baik karena mengandalkan air hujan sebagai sumber utama irigasi.
Selain untuk irigasi, Bendungan Bintang Bano juga berfungsi untuk mengurangi banjir di Kabupaten Sumbawa Barat, utamanya di Taliwang yang merupakan daerah hilir sungai. Menyadur dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Nusa Tenggara I Mataram, bendungan ini mampu mereduksi banjir sebesar 647 m3 per detik.
Kawan GNFI, beberapa wilayah di NTB merupakan daerah yang rentan terhadap bencana hidrometeorologi, yaitu kekeringan dan banjir. Bahkan, saat musim kemarau, kekeringan menjadi ancaman nyata yang serius, di mana banyak daerah yang mengalami krisis air. Selain itu, banjir juga menjadi momok yang menghantui masyarakat di musim penghujan.
Pembangunannya digarap dalam dua tahap. Tahap I dilaksanakan pada tahun 2015 hingga 2019. Sementara itu, tahap II dilanjutkan pada 2020 sampai 2021, sehingga jika ditotal, pembangunan Bendungan Bintang Bano memakan waktu selama enam tahun.
Peresmian bendungan dilakukan pada 2022 oleh Presiden Joko Widodo. Menariknya, bendungan ini merupakan bendungan ke-3 di NTB yang diresmikan oleh Presidek ke-7 RI itu.
Wujudkan Ketahanan Pangan
Melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PU, fungsi bendungan untuk pengairan tidak akan maksimal jika tidak dilengkapi oleh jaringan pendukung, yakni saluran irigasi. Demi mendukung fungsi bendungan, Kementerian Pekerjaan Umum (PU) juga membangun jaringan Daerah Irigasi (DI) Bintang Bano.
Jaringan irigasi ini mendistribusikan air ke beberapa area DI, seperti DI Kalimantong, DI Rempek, dan DI Senteluk. Namun, sebenarnya pemanfaatan air dari DI Bintang Bano tidak hanya berasal dari Bendungan Bintang Bano saja, tetapi juga dari Bendungan Tiu Suntuk.
Kawan, salah satu kunci untuk mewujudkan pembangunan di NTB adalah dengan memastikan ketersediaan air yang cukup. Dengan suplai air yang memadai, jumlah tanam petani di area persawahan sekitar bendungan bisa bertambah menjadi tiga kali tanam dalam setahun—sebelumnya hanya sekali setahun.
Tak hanya itu, Bendungan Bintang Bano dapat memberi manfaat besar untuk menggerakkan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) sebesar 8,8 watt. Kawasan sekitar bendungan juga bisa meningkatkan ekonomi warga sekitar lewat potensi pariwisatanya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News