kampung mrican kampung bantaran sungai yang menang penghargaan arsitektur dunia - News | Good News From Indonesia 2025

Kampung Mrican: Kampung Bantaran Sungai yang Menang Penghargaan Arsitektur Dunia

Kampung Mrican: Kampung Bantaran Sungai yang Menang Penghargaan Arsitektur Dunia
images info

Kampung Mrican: Kampung Bantaran Sungai yang Menang Penghargaan Arsitektur Dunia


Nama Indonesia kembali muncul di panggung internasional. Proyek Kampung Mrican Tahap 1 garapan firma arsitektur SHAU meraih penghargaan dalam Ammodo Architecture Awards 2025. 

Ammodo Architecture Awards 2025 adalah sebuah ajang global untuk karya arsitektur yang mengutamakan nilai sosial dan ekologis. Ajang ini digagas oleh Ammodo Foundation, sebuah organisasi yang mendukung seni, ilmu pengetahuan, dan inovasi ruang hidup.

Pada edisi kedua Ammodo Architecture Awards, tercatat 168 karya dari 60 negara ikut serta. Dari jumlah itu, hanya 26 karya yang dipilih sebagai pemenang. 

baca juga

Kampung Mrican terpilih menjadi salah satupeserta yang unggul dengan meraih kategori tertinggi, Social Architecture Award. Atas raihantersebut, Kampung Mrican mendapatkan hadiah sebesar €150 atau setara dengan Rp 2,9 miliar (kurs Rp 19.408).

SHAU menyampaikan bahwa hadiah tersebut akan digunakan untuk kembali membangun Kampung Mrican. Mereka akan membangun micro library untuk difabel serta meningkatkan microlibrary Pringwulung.

Sebagai informasi, SHAU adalah firma arsitektur yang didirikan pada 2009 oleh Daliana Suryawinata dan Florian Heinzelmann. Firma ini beroperasi di Rotterdam dan Bandung. SHAU dikenal dengan proyek-proyek arsitektur sosial, seperti jaringan mikro perpustakaan yang tersebar di Indonesia.

Kampung Mrican Tahap 1 adalah salah satu proyek yang memperkuat reputasi mereka di ranah arsitektur internasional.

baca juga

Mengubah Kampung Padat Melalui Urban Acupuncture

Kampung Mrican berada di perbatasan Desa Mrican dan Pringwulung, Yogyakarta. Kawasan ini dulunya dikenal sebagai permukiman padat di tepi sungai. Banjir menjadi fenomena rutin saat musim hujan tiba.

Untuk itu, SHAU hadir dan mengubah tatanan kota. Dalam keterangan resmi Ammodo, proyek penataan kota di kawasan ini menggunakan pendekatan urban acupuncture.

Urban acupuncture merupakan strategi mikro-intervensi yang bertujuan mengaktifkan ruang-ruang kota yang terbengkalai atau tidak produktif. Prinsip dalam gagasan urban acupuncture adalah bahwa intervensi di ruang publik tidak perlu banyak dan mahal untuk memberikan dampak.

Proyek SHAU ini membenahi hal-hal kecil, mulai dari perpustakaan mikro, taman bermain, posko pengendalian banjir, pusat pengelolaan sampah, sistem jembatan, hingga trotoar yang nyaman dilalui.

baca juga

Dari Banjir 2 Meter ke Sistem Drainase yang Tertata 

Kawasan Mrican pernah mengalami banjir hingga 2 meter. Peristiwa itu menjadi pengalaman pahit yang tercatat dalam ingatan warga dan pemerintah setempat. Pengalaman itu pula yang akhirnya menjadi evaluasi bagi SHAU untuk mencari solusi.

Bersama Kementerian Pekerjaan Umum (PU), pemerintah daerah, dan konsultan teknis, SHAU mulai membersihkan sungai dari sampah. Rumah-rumah yang berada di bantaran sungai direlokasi.

Di tepi sungai, SHAU memasang turap, semacam dinding penahan tanah yang berfungsi mencegah longsor. SHAU juga membangun jalan baru dengan lebar 3 meter. Di bawahnya, terdapat sistem drainase dan pembuangan limbah. Jalan ini terhubung langsung dengan pos pengendali banjir.

Strategi ini memungkinkan warga memiliki akses aman saat musim hujan dan mengelola air limpasan dengan baik.

baca juga

Perpustakaan Mikro yang Menjadi Ruang Sosial Warga

Salah satu elemen paling menarik dalam proyek ini adalah Perpustakaan Mikro Pringwulung. Perpustakaan mikro berbentuk rumah panggung dengan fasad terakota, material berbasis tanah liat yang dibakar.

Perpustakaan Mikro Pringwulung
info gambar

Perpustakaan Mikro Pringwulung


 

Material tanah liat ini dibentuk dari cangkang setengah silinder yang diikat ke tikar tulangan. SHAU memadukan terakota ini dengan motif batik Yogyakarta, sehingga tampilannya tidak hanya estetis, tetapi juga menghadirkan identitas lokal.

Menurut penjelasan Ammodo, fasad ini multifungsi. Terakota mampu menyaring panas dan cahaya matahari, menjaga sirkulasi udara, sekaligus memperindah bangunan. Pola lubang-lubang kecil pada terakota membuat cahaya yang masuk lebih lembut dan panas tertahan sebelum menyentuh interior. Sistem ini sekaligus memungkinkan ventilasi silang, yakni sirkulasi udara dari dua sisi yang membuat ruangan terasa lebih sejuk tanpa bantuan pendingin udara.

Bangunan panggung itu pun multifungsi. SHAU sengaja mendesain rumah panggung agar ruang di bawahnya bisa dipakai untuk berbagai kegiatan warga. 

Area di bawah bangunan sering dimanfaatkan untuk pernikahan, acara warga, hingga parkir sepeda motor ketika kegiatan kampung sedang ramai. Konsep ini membuat bangunan tersebut memiliki fungsi ganda, yakni sebagai ruang edukasi dan ruang publik serbaguna.

baca juga

Taman Bermain di Tempat Bekas Instalasi Limbah

Di bagian lain dari kampung, area taman bermain juga disediakan. Taman ini menggabungkan ruang bermain dengan elemen budaya. Lokasinya berada di tempat bekas instalasi pengolahan air limbah yang kini telah ditutup d. Di tempat ini terdapat berbagai wahana seperti kursi ayun, komidi putar, dan perosotan. 

Salah satu elemen yang menarik adalah layar yang menampilkan figur Wayang Gatotkaca dari terakota. Gatotkaca adalah pahlawan yang sangat dikenal dalam cerita tradisional dan juga berkaitan dengan nama jalan di kawasan tersebut.

Dengan cara ini, taman bermain bukan hanya tempat rekreasi, tetapi juga ruang yang memperkenalkan kembali budaya Jawa dalam bentuk yang lebih ramah anak. 

Pengelolaan Sampah dan Keberlanjutan Lingkungan

Selain dari edukasi dan estetetika, Kampung Mrican kini memiliki sistem pengumpulan dan pengolahan sampah yang lebih rapi. Langkah ini penting untuk kampung-kampung tepi sungai agar tidak kembali mengalami sedimentasi dan banjir akibat sampah.

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

AR
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.