Di Jawa Timur ada seorang pemuda bernama Eko Cahyono. Ia menaruh mimpi besar dengan menjadikan literasi sebagai kekuatan transformatif di masyarakat rural Kota Malang. Dirinya menginisiasi Pustaka Anak Bangsa Dari sana, Eko menggerakkan warga, terutama mereka yang tidak sempat sekolah, untuk mendapatkan akses baca-tulis dan pengetahuan secara gratis.
Dedikasi ini mengantarkannya meraih SATU Indonesia Awards dari PT Astra International di tahun 2012, dengan predikat “Pembebas Buta Huruf”.
Dalam Tempo, disebutkan bahwa memang sejak muda, Eko menyukai kegiatan membaca. Bahkan, koleksi bacaannya saat itu diletakkan di teras atau di tali rafia bagaikan jemuran. Baru ketika ia mulai mengenal buku, Eko rajin membaca di toko buku hingga mendapatkan banyak kiriman buku dari orang-orang.
Beberapa tahun kemudian, ia merintis Pustaka Anak Bangsa, sebuah perpustakaan nonformal yang fleksibel dan inklusif. Unit-unitnya tak hanya berlokasi di bangunan khas perpustakaan. Eko menempatkan rak bacaan pada titik publik strategis seperti bengkel, pos ojek, rental komputer, dan bahkan salon. Cara ini memastikan buku dan ruang belajar bisa diakses siapa saja tanpa hambatan besar.
Salah satu aspek paling unik dari Pustaka Anak Bangsa adalah aksesnya yang 24 jam, artinya perpustakaan ini benar-benar melayani warga kapanpun mereka punya waktu luang.
Koleksi pun berkembang pesat. Dari awal yang hanya ratusan buku, kini telah menumpuk ribuan judul, mencakup bacaan anak, literatur praktis, buku nonfiksi, hingga bacaan yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Tak hanya membaca, Eko membuka ruang bagi komunitas untuk kegiatan belajar dan berkegiatan sosial. Di perpustakaan ini, anak-anak bisa belajar komputer, mengikuti bimbingan belajar, menonton film bersama, menjahit, hingga melukis.
Upaya Eko untuk membasmi buta huruf bukanlah sekadar simbolik. Banyak orang dewasa di desa merasa terbantu dengan hadirnya Pustaka Anak Bangsa. Mereka mendapatkan keterampilan baca-tulis yang nyata, mampu berinteraksi lebih percaya diri, bahkan mengubah kebiasaan sehari-hari, misalnya menulis daftar belanja, surat, atau catatan penting.
Seorang pengunjung perpustakaan menuturkan bahwa selepas bekerja sebagai kuli bangunan, membaca lewat pustaka milik Eko memberinya ruang untuk belajar dan memperoleh wawasan baru.
Pada tahun 2012, PT Astra International menganugerahkan Eko Cahyono penghargaan SATU Indonesia Awards di bidang Pendidikan. Astra memberi apresiasi atas konsistensi dan dampak nyata dari gerakan literasi yang dibangunnya.
Tidak hanya itu, setelah penghargaan, Astra terus mendukung karya Eko. Pada tahun 2015, Astra menyalurkan bantuan berupa rak buku, perlengkapan tulis, dan buku-buku tambahan untuk memperkuat infrastruktur Perpustakaan Anak Bangsa.
Bantuan tersebut sangat berarti mengingat pertumbuhan jaringan perpustakaan, hingga laporan terakhir, Pustaka Anak Bangsa menjangkau puluhan unit dan ribuan anggota di sejumlah Kabupaten Malang, bahkan hingga ke Madura.
Bagi Eko, literasi bukan sekadar membaca buku, melainkan sarana membebaskan potensi manusia. Ia percaya bahwa buta huruf bukan hanya masalah formal sekolah, tetapi juga hambatan sosial dan ekonomi. Dengan memberikan akses baca-tulis, Eko membantu warga dari semua latar untuk memperoleh daya literasi dan kemampuan berpikir kritis.
Semangatnya pun luhur, meski kini pustaka miliknya telah berkembang, Eko tetap menjaga akar perjuangannya menyediakan ruang belajar "untuk siapa saja", tanpa diskriminasi, dan tanpa beban biaya. Visi itu ia pegang teguh sejak awal, bahkan sebelum mendapat penghargaan dari Astra.
Perjalanan Eko tidak selalu mulus. Membangun perpustakaan nonformal di desa dan titik publik menuntut komitmen tinggi, dari sisi logistik, relawan, serta pendanaan operasional. Menjaga koleksi buku, memelihara unit-unit pustaka, dan mengorganisir kegiatan komunitas adalah tugas berat yang harus ditanggung hari demi hari.
Meski demikian, pengalaman ini mengajarkan pentingnya kolaborasi. Eko belajar bahwa agar gerakan literasi bisa bertahan dan tumbuh, dukungan dari korporasi, lembaga publik, dan komunitas lokal sangat diperlukan.
Bantuan Astra setelah penghargaan menjadi contoh nyata bahwa apresiasi bisa dilanjutkan ke dukungan jangka panjang yang berkelanjutan.
#kabarbaiksatuIndonesia
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News