keberanian membangun peradaban mengembalikan kampung tenun yang terlupakan - News | Good News From Indonesia 2025

Keberanian Membangun Peradaban, Mengembalikan Kampung Tenun yang Terlupakan

Keberanian Membangun Peradaban, Mengembalikan Kampung Tenun yang Terlupakan
images info

Keberanian Membangun Peradaban, Mengembalikan Kampung Tenun yang Terlupakan


Kain tenun khas Bima, warisan leluhur yang lahir dari tangan-tangan mahir para penenun di Ntobo. Sebuah kelurahan di Ujung Utara Kota Bima. Tidak hanya menghasilkan lembaran kain yang cantik, setiap helaian benangnya adalah lukisan dari tangan-tangan penuh kesabaran.

Di masa lalu, menenun menjadi urat nadi kehidupan perempuan di Ntobo, dari pemudinya hingga para tetua. Seiring bergantinya generasi, tradisi ini mulai memudar tertinggal oleh zaman.

Bersamaan dengan itu, kartelisasi tenun Bima telah menjerat penenun dengan rendahnya harga yang didapatkan. Belum lagi keterbatasan modal dan akses pasar telah membungkam potensi luar biasa ini.

Terusik oleh ironi yang terjadi, Yuyun Ahdiyanti seorang wanita kelahiran Ntobo menggagas berdirinya UKM Dina. Untuk menghidupkan kembali Kampung Tenun yang telah lama dilupakan.

baca juga

Kegigihan Berbuah Manis

Jalanan di Ntobo tidaklah ramai. Damai dan sunyi. Jauh dari hiruk pikuknya sebuah kota. Mendirikan toko apalagi pusat perbelanjaan seperti mustahil dilakukan.

Kondisi ini tak mematahkan semangat Yuyun. Penjualan melalui online menjadi pilihan strategis. Semua platform digital dijajakinya. Etalase pertamanya dipenuhi dengan galeri foto keluarga dan tetangganya menggunakan kain tenun Bima.

Yuyun sadar bisnisnya merupakan bisnis kepercayaan. Kepuasan pelanggan menjadi fokus utamanya. Pembeli yang puas akan dengan sukarela menjadi duta merk bagi produknya dan menyebarkan informasi tokonya ke orang lain.

Perjalanan tak selamanya mulus. Di awal mula ia membuka toko, hasilnya belumlah maksimal. Tak jarang orang-orang yang melihat etalasenya berkomentar, “Ooo…cantik ya…”. Namun, tak ada satupun produk yang dibeli. Begitu ia mengisahkan.

Yuyun juga tak malu, mengenalkan kainnya ke instansi-instansi. Beberapa contoh kain ia susun ke dalam tas besar. Lalu menyandangnya dipundak kirinya. Jika lelah mendatanginya, ia akan memindahkan ke pundak kanannya. Keluar masuk kantor, tanpa jemu.

Suatu waktu ia juga mengadakan arisan kain yang diikuti para pegawai. Yuyun paham tidak semua pegawai memiliki gaji tinggi. Dan harga sebuah kreativitas, tidaklah murah. Strategi ini disambut hangat pembeli. Namun, penjuangan berikutnya menanti.

Ada kalanya dia akan berteman dengan sepinya jalanan di Ntobo. Teriknya matahari menyengat kulit, meninggalkan jejak-jejak peluh didahinya. Menyusuri kantor demi kantor, menagih janji pembayaran. Namun, hasilnya tak seindah senyuman pembeli saat memuji kain yang dibawanya.

Terbatasnya modal dari para penenun, menjadi hambatan lain. Sebagian besar dari mereka tak memiliki modal sendiri. Akhirnya mereka takluk pada permainan kartel yang merugikan. Kartel-kartel ini membeli tenun dengan harga rendah, dan menjual dengan harga tinggi.

baca juga

Demi mengendalikan praktik ini, Yuyun berinisiatif memberikan modal awal kepada para penenun. “Nekad mengambil pinjaman dana KUR.”, ungkapnya. Diawal perjalanan, Yuyun membina sekitar 20 penenun. Ia memberi modal masing-masing 1 juta rupiah. Strategi ini tak berjalan dengan mudah, ia sempat kesulitan membayar angsuran. Namun berkat kegigihannya, kini penjualan kain tenunnya telah melesat. Hingga saat ini, binaannya telah mencapai 200 penenun.

Perjuangannya membuahkan hasil. Kini kain tenun Bima semakin dikenal, dan Ntobo menjadi penghasil kain tenun terbesar di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat. Hingga di tahun 2024 Yuyun mendapatkan apresiasi SATU Indonesia Awards dibidang kewirausahaan dari Astra International.

 

Kembalinya Kampung Para Penenun

Yuyun tak pernah sekalipun bermimpi menjadi pemenang. Niatnya tulus ingin memperkenalkan kelurahannya ke masyarakat luas. Ke seluruh Indonesia hingga mancanegara. Itulah mimpi yang sesungguhnya.

Dengan kegigihan yang luar biasa dan semangat yang tak pernah padam. Yuyun berhasil membangkitkan kembali pesona tenun tradisional itu. Tidak hanya melestarikan warisan budaya, tetapi juga menjadikannya sumber kekuatan ekonomi Ntobo. “Sejalan dengan semangat, Satu Gerak, Terus Berdampak.”, ujar Yuyun.

Apresiasi dari Astra bukanlah akhir, namun awal perjuangan. Yuyun dituntut lebih inovatif dan kreatif menciptakan motif-motif baru yang kontemporer dan modern.

Kreativitas Yuyun dan tim telah membangun identitas UKM Dina menjadi UKM yang berkarakter dan inovatif. Bagi Yuyun, tenun bukan hanya sekedar anyaman sekumpulan benang namun dia adalah simbol peradaban dan kebanggaan Ntobo.

Kini tenun Bima semakin dikenal. Tidak hanya di Bima, sebagian besar masyarakat Nusa Tenggara Barat mengakui bahwa Ntobo adalah kampung para penenun.

baca juga

Keberanian Yuyun telah Menyelamatkan Komunitasnya

Harapan besar Yuyun untuk semakin mengenalkan Ntobo, dengan menciptakan peluang baru bermitra dengan berbagai pihak. Salah satunya dengan menbangun wisata edukasi. Konsep ini akan menarik perhatian para wisatawan, dengan melihat langsung proses pembuatan kain tenun Bima.

Yuyun juga memperluas cakupan pemasaran. Ia membina kolaborasi dengan akademisi, pemerintah dan organisasi pengusaha lainnya.

Keberanian Yuyun telah menorehkan kisah inspiratif yang mampu mengubah nasib dikomunitasnya. ”keberanian mengambil tindakan dapat mengubah nasib sebuah komunitas, menghidupkan kembali warisan budaya, dan menjadikan ketidakadilan masa lalu sebagai kekuatan untuk masa depan yang lebih sejahtera.”, begitu tuturnya.

Jejak tangan disetiap helaian tenun menyimpan cerita dan bisikan doa. Ia ingin warisan ini tetap hidup dan menyatu dengan kita. Seraya membulatkan tekad Yuyun menuturkan, “Saya punya tekad dalam keyakinan tidak ingin tenun hanya menjadi pajangan museum.”

#kabarbaiksatuindonesia 

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

LF
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.