Haji Mohamed Taib bin Haji Abdul Samad, namanya mungkin masih asing di telinga orang Indonesia. Namun, namanya justru diabadikan sebagai nama jalan di Malaysia. Siapakah dia gerangan?
Haji Mohamed Taib atau disebut Mohamed Taib adalah seorang perantau asal Sumatra Barat. Dikatakan bahwa ia berhijrah ke Malaysia di umur yang masih muda—18 tahun.
Merangkum dari sahih.com.my, sebuah media daring asal Malaysia, Haji Mohamed Taib lahir di Batusangkar, Tanah Datar, Sumatra Barat tahun 1858. Kemudian, ia mulai merantau ke Malaya dan menginjakkan kaki di Kuala Lumpur pada tahun 1876.
Awalnya, ia memulai bisnis kecil-kecilan sebagai pedagang perhiasan. Lama kelamaan, bisnisnya berkembang sampai Haji Taib menjelma sebagai saudagar kaya raya di Negeri Jiran di awal abad ke-20.
Haji Mohamed Taib, Saudagar Kaya di Kuala Lumpur
Kesuksesan Mohamed Taib di tanah rantau tak main-main. Melalui sebuah tulisan hasil dari konferensi internasional PAHMI 9 milik Shapiza binti Sharif dan Dr. Arba’iyah Binti Mohd Noor asal Universiti of Malaya, ia merupakan perantau Minang terkaya di Kuala Lumpur di zaman kolonialisme Inggris.
Haji Taib punya aset-aset besar seperti rumah dan toko di Jalan Melayu dan sekitar kota Kuala Lumpur. Luas area tambang yang dimilikinya sekitar 25 hektare di Semenyih.
Selain mengelola pertambangan bijih timah, Haji Taib juga memiliki area perkebunan. Bahkan, dikatakan bahwa lelaki asli Minang ini merupakan tokoh penting di balik pembangunan Kampung Baru (Kampung Bharu dalam bahasa Melayu), Kuala Lumpur. Kawasan itu dibuka untuk menampung pedagang Minang yang merantau di Kuala Lumpur.
Lebih lanjut, melalui The Patriot, saudara laki-laki Haji Taib, Haji Abbas bin Haji Abdul Samad juga menjadi salah satu pedagang terkemuka dari bumi Minang di Kuala Lumpur dan sekitarnya. Haji Taib sendiri dianggap sebagai sosok yang membantu pembangunan dan perekonomian di Kuala Lumpur.
Haji Taib wafat di tahun 1925. Ia memiliki 10 anak yang juga terampil berbisnis. Bisnis miliknya diwariskan pada anak-anaknya hingga berhasil membuka beberapa cabang di tanah leluhur mereka, Sumatra.
Haji Taib sejatinya hanya satu dari sekian banyak orang Minang yang merantau ke negeri seberang. Mayoritas dari mereka berdagang dan ikut membantu menggerakkan ekonomi daerah setempat.
Di abad ke-19, banyak masyarakat Nusantara yang berhijrah ke Malaysia. Bahkan, banyak di antara mereka yang ikut bekerja di sektor pertambangan timah hingga membuka usaha pertanian.
Konon, Malaysia dipilih karena letak geografisnya yang hanya dipisahkan oleh Selat Malaka saja. Kuala Lumpur menjadi pilihan banyak masyarakat Melayu Sumatra untuk berhijrah. Perantau itu mayoritas berasal dari suku Minangkabau, Kerinci, Mandailing, Aceh, sampai Jambi.
Dicatut sebagai Nama Jalan di Kuala Lumpur

Salah satu sudut Jalan Haji Taib di Kuala Lumpur Malaysia | Flickr/Mohd Fazlin Mohd Effendy Ooi
Nama Haji Mohamed Taib kemudian digunakan sebagai nama sebuah jalan di Kuala Lumpur, Lorong Haji Taib. Lorong Haji Taib terletak di dekat jalan Tuanku Abdul Rahman.
Kawasan jalan itu dulunya sempat menjadi red light district atau daerah lampu merah yang ‘terlalu bebas’. Banyak aktivitas terlarang di era 1990-an, sehingga membuat kawasan itu menjadi kurang aman dan nyaman untuk dikunjungi.
Kini, Lorong Haji Taib sudah lebih ‘bersih’ dan tertata. Banyak pertokoan dan restoran yang dibuka di sana.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News