Pendidikan bukan sekedar mencari ilmu, melainkan juga wadah membentuk jati diri bangsa. Namun, faktanya masih banyak generasi muda yang lebih akrab dengan budaya luar dibandingkan bangsanya sendiri.
Kejadian seperti menurunnya rasa hormat kepada guru, berkurangnya semangat gotong royong, hingga maraknya kasus intoleransi menunjukan adanya krisis karakter yang cukup serius. Situasi ini menandai bahwa pendidikan di Indonesia tidak boleh hanya menekankan aspek akademis, tetapi juga harus menanamkan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar moral.
Jadi, peserta didik itu diharapkan tidak hanya unggul dalam pengetahuan, akan tetapi juga menumbuhkan pribadi yang berkarakter dan berjiwa kebangsaan.
Banyak orang menganggap pelajaran Pancasila hanya sekedar teori yang dihafalkan, sebenarnya ia bisa menjadi kunci pembentukan karakter jika diajarkan dengan cara yang tepat. Sebaiknya kurikulum tidak hanya berhenti pada definisi, melainkan juga melakukan praktik secara langsung.
Misalnya, lewat bekerja kelompok siswa bisa belajar arti gotong royong, atau lewat diskusi kelas, yang dimana mereka bisa memahami pentingnya menghargai pendapat orang lain. Dengan begitu, Pancasila tidak hanya sebatas pelajaran melainkan terasa nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Selain kurikulum, peran guru dan lingkungan sekolah itu sangat penting. Guru bukan hanya sebatas pengajar, tetapi juga sebagai teladan. Sikap adil, jujur, tegas yang ditunjukan guru akan membekas dihati siswa di banding sekedar bicara. Di lingkungan sekolahpun harus mendukung, mulai dari aturan, saling menghargai, melakukan kegiatan sosial bersama. Dengan ini, nilai Pancasila tidak berhenti sebagai slogan, tetapi benar-benar hidup di sekolah.
Tantangan akan datang dari arus globalisasi dan pengaruh media sosial. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, kebanyakan generasi muda Indonesia lebih banyak menghabiskan waktu menggunakan media sosial daripada membaca buku atau mempelajari sejarah bangsanya sendiri. Mereka harus dibekali fondasi seperti Pancasila, mereka bisa mudah kehilangan arah, terbawa gaya hidup instan, bahkan individualis. Jadi peran pendidikan karakter menjadi penting, bisa dengan memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan nilai-nilai bangsa agar lebih maju bagi generasi sekarang.
Laporan UNESCO tahun 2019 juga menegaskan bahwa pendidikan karakter berbasis nilai Pancasila mampu untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi siswa dalam kegiatan sosial dan kemasyarakatan. Harapan kita adalah sekolah mampu melahirkan generasi yang bukan hanya cerdas secara akademis, tetapi mereka juga terbiasa bersikap adil, jujur, dapat menghargai perbedaan, mau bekerja sama dan tentunya siap menghadapi masa depan.
Dengan menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan, kita hanya membentuk generasi muda yang unggul dalam pengetahuan, tetapi juga berkarakter dan memiliki jiwa kebangsaan yang kuat. Jika ini bisa diwujudkan, Indonesia tidak hanya dikenal sebagai negara kaya budaya, tetapi juga sebagai generasi muda yang berkarakter.
Kesimpulannya, pendidikan berbasis nilai Pancasila merupakan fondasi utama untuk membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berkarakter dan berjiwa kebangsaan. Melalui kurikulum, keteladanan guru, serta lingkungan sekolah dan masyarakat, nilai-nilai Pancasila dapat dihidupkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan begitu, pendidikan menjadi sarana strategis untuk melahirkan generasi yang tangguh menghadapi tantangan global tanpa kehilangan identitas sebagai bangsa Indonesia. Pertanyaannya sekarang, Apakah kita reka jika generasi muda kehilangan arah di tengah derasnya pengaruh global? Jawabannya tentu tidak.
Karena pendidikan berbasis Pancasila harus menjadi prioritas agar anak bangsa tunbuh dengan jiwa kebangsaan, berkarakter, dan siap membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih baik dan lebih berkembang.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News
