tahok makanan tradisional khas solo yang dulunya dikonsumsi masyarakat tionghoa di jawa - News | Good News From Indonesia 2025

Tahok, Makanan Tradisional Khas Solo yang Dulunya Dikonsumsi Masyarakat Tionghoa di Jawa

Tahok, Makanan Tradisional Khas Solo yang Dulunya Dikonsumsi Masyarakat Tionghoa di Jawa
images info

Tahok, Makanan Tradisional Khas Solo yang Dulunya Dikonsumsi Masyarakat Tionghoa di Jawa


Apakah Kawan pernah mendengar nama salah satu makanan tradisional yang ada di Indonesia, yakni tahok sebelumnya? Kuliner yang satu ini merupakan salah satu makanan tradisional khas yang berasal dari daerah Solo, Jawa Tengah.

Makanan ini sebenarnya tidak murni berasal dari kalangan masyarakat Jawa. Sebab tahok dulunya dibawa oleh masyarakat Tionghoa yang mendiami daerah tersebut.

Seiring berjalannya waktu, keberadaan makanan tradisional khas Solo ini mulai langka dan sukar untuk dijumpai. Padahal tahok dikenal sebagai salah satu makanan tradisional yang bermanfaat untuk kesehatan.

Lantas bagaimana pembahasan lebih lanjut seputar makanan tradisional khas Solo tersebut? Simak pembahasan seputar tahok khas Solo dalam artikel berikut ini.

Asal Usul Tahok, Makanan Tradisional Khas Solo

Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya, tahok menjadi salah satu makanan yang lekat dengan masyarakat Tionghoa. Artinya makanan ini juga dikonsumsi oleh masyarakat Tionghoa yang ada di beberapa daerah lain di Indonesia.

Namun ada satu alasan khusus mengapa kuliner ini dikenal sebagai makanan tradisional khas Solo. Dikutip dari buku Dawud Achroni yang berjudul Kuliner Tradisional Solo yang Mulai Langka, ternyata Solo dulunya merupakan daerah yang menjadi tempat pertama masuknya makanan tradisional ini di Indonesia.

Penamaan tahok sendiri berasal dari serapan bahasa Cina, yakni "Tahoa". Nama dalam bahasa Cina ini terbagi dalam suku kata berbeda, yakni "Tao" yang berarti kacang kedelai dan "Hoa" yang bermakna lumat.

Dari definisi tersebut, maka tahok bisa diartikan sebagai makanan yang terbuat dari kacang kedelai yang dilumatkan atau dihaluskan. Hal ini sesuai dengan bahan utama yang digunakan serta proses pembuatan tahok khas Solo tersebut.

Sekilas tahok memiliki bentuk yang mirip dengan tahu. Namun tekstur yang ada di tahok biasanya jauh lebih lembut jika dibandingkan dengan tahu.

Selain itu, tahok juga memiliki kemiripan dengan kuliner lain yang ada di Indonesia, yakni bubur sumsum atau puding sutra.

Pembuatan dan Penyajian

Sesuai dengan namanya, tahok menggunakan bahan dasar kacang kedelai yang sudah dihaluskan dalam proses pembuatannya. Sebelum digunakan, kacang kedelai yang menjadi bahan dasar pembuatan tahok ini akan direndam terlebih dahulu sebelumnya.

Setelah itu, kacang kedelai ini akan dipisahkan dari kulitnya. Lalu kacang tersebut akan digiling dengan menggunakan alat tradisional yang terbuat dari batu.

Kacang kedelai yang sudah dihaluskan kemudian akan disaring dan diambil sarinya. Sari kacang kedelai ini kemudian akan direbus hingga matang.

Setelah matang, sari kacang kedelai ini akan didiamkan hingga dingin. Nantinya sari kacang kedelai ini akan menggumpal dan menjadi tahok.

Dalam penyajiannya, tahok akan dihidangkan bersama kuah jahe. Kuah jahe ini dibuat dari bahan dasar gula merah, jahe bakar, daun pandan, dan sereh.

Cita Rasa dan Manfaat untuk Kesehatan

Tahok memiliki cita rasa yang cenderung manis dan menyegarkan. Kuah jahe yang digunakan dalam makanan tradisional ini akan menyamarkan bau kedelai yang menjadi bahan dasar pembuatannya.

Pembuatan tahok yang tidak menggunakan bahan kimia dan pengawet membuat kuliner ini menyehatkan untuk dikonsumsi. Selain itu, tahok juga memiliki banyak manfaat untuk kesehatan bagi setiap orang yang mengonsumsinya.

Penggunaan kacang kedelai sebagai bahan dasar pembuatan tahok bisa menjadi sumber protein nabati yang bermanfaat bagi tubuh. Selain itu, penggunaan kuah jahe juga akan membantu menghangatkan badan ketika mengonsumsi tahok khas Solo dalam kondisi cuaca yang dingin.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Irfan Jumadil Aslam lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Irfan Jumadil Aslam.

IJ
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.