menjadi pemimpin lewat cerita mengapa storytelling jadi kunci masa depan - News | Good News From Indonesia 2025

Menjadi Pemimpin Lewat Cerita: Mengapa Storytelling Jadi Kunci Masa Depan?

Menjadi Pemimpin Lewat Cerita: Mengapa Storytelling Jadi Kunci Masa Depan?
images info

Menjadi Pemimpin Lewat Cerita: Mengapa Storytelling Jadi Kunci Masa Depan?


“Kita jago storytelling itu bisa menghipnotis,” kata Imam Santoso, dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) yang kerap membagikan konten inspiratif, terutama tentang pendidikan dan beasiswa di Instagramnya.

Dunia yang kian menjadikan manusia sebagai data membuat manusia perlu disentuh perasaannya. Perasaan empati maupun simpati bisa dimunculkan lewat cerita. Oleh karena itu, kemampuan bercerita kini bukan lagi pelengkap, tetapi menjadi keterampilan inti.

Imam menyampaikannya bahwa cerita mampu membuat pesan lebih menempel dibanding data yang mentah. Dalam berbagai forum, baik kelas maupun kerja, format penyampaian sering kali lebih penting dari isi.

baca juga

Cerita yang Membentuk Pemahaman

Storytelling dalam konteks komunikasi profesional adalah seni mengubah pesan menjadi alur yang punya emosi, konteks, dan tujuan. Ketika pesan disampaikan dalam bentuk cerita, pendengar lebih mudah mengikuti alurnya. Istilah ini dalam studi komunikasi disebut sebagai teknik penyampaian.

Imam mencontohkan Steve Jobs, salah satu pendiri, ketua, dan CEO Apple Inc yang lebih menjual merek dibandingkan produknya.

“Yang dijual Apple adalah emosi kita. ‘Oh ini Apple brand high class’, gitu kan misalnya. Dia enggak berbicara secara hardware tapi lebih ke value dari iPhone itu apa untuk kehidupan. Jadi mereka memainkan emosi,” jelasnya.

Emosi lebih menggerakkan keputusan. Ini yang sering disebut emotional value, nilai emosional yang dirasakan orang dari produk, bukan fungsinya saja. Emotional value berkaitan dengan manfaat emosional, kepuasan, atau perasaan positif yang diperoleh konsumen dari suatu produk, merek, atau layanan, seperti rasa senang, nyaman, atau bangga.

baca juga

Pemimpin Masa Depan Tidak Hanya Logis, tapi juga Bisa Bercerita

Di banyak organisasi, kemampuan strategis memang penting. Akan tetapi, Imam mengingatkan bahwa pemimpin juga harus punya kemampuan menyampaikan visi yang memantik rasa ingin bergerak bersama.

“Dengan storytelling, kalian bisa membuat rukun, adem masyarakat yang Indonesia itu sangat majemuk.”

Cerita, dalam konteks ini, menjadi alat meredakan gesekan. Apalagi Indonesia penuh keberagaman budaya, cara pandang, dan pengalaman hidup. Pemimpin yang mampu merangkai cerita dapat menjembatani perbedaan itu.

“Orang yang storytelling-nya bagus bisa diterima di mana-mana, kalau ada konflik antarperbedaan budaya kamu bisa menjembatani.” lanjut Imam.

baca juga

Storytelling Mengubah Strategi Berorientasi pada Manusia

Dalam jurnal Lex Localis, Hardik Beniwal, Rajeev Kaur, dan Pooja Khanna, membuat riset berjudul “Do Narrative-Driven Managers Inspire Stronger Teams?” 

Sebuah penelitian kualitatif dalam kajian ini menggunakan pendekatan studi kasus untuk melihat bagaimana storytelling bekerja dalam praktik sehari-hari para pemimpi. Penelitian tersebut didesain dengan metode wawancara semi-terstruktur kepada para manajer dari berbagai perusahaan dengan latar industri yang berbeda. 

Ada perusahaan teknologi yang sedang memperluas bisnisnya, organisasi nirlaba yang tengah melakukan perubahan kultur, hingga perusahaan manufaktur dengan struktur kerja yang lebih tradisional.

Observasi sistematis pun berlangsung selama masa penelitian untuk melihat bagaimana cerita digunakan dalam rapat, sesi pengarahan, maupun percakapan informal. Peneliti juga menganalisis email internal, pidato pendek atasan, hingga materi presentasi yang memuat cerita kecil, baik pengalaman pribadi pemimpin, sejarah perusahaan, maupun kisah keberhasilan tim. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa storytelling memiliki daya tarik. 

“Temuan penelitian menunjukkan bahwa cerita yang disampaikan tepat waktu, autentik, dan memiliki daya tarik emosional dapat membangun kepercayaan dalam tim, membantu mereka memahami misi, dan mendorong mereka untuk menyelaraskan diri. Selain itu, penceritaan dapat membantu manajer mengatasi perbedaan generasi, meningkatkan kapasitas kepemimpinan mereka, dan menciptakan strategi tim yang berorientasi pada manusia,” katanya.

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

AR
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.