bedol desa ala mahasiswa keperawatan gerakan pengabdian yang membawa dampak nyata bagi kesehatan holistik bagi masyarakat - News | Good News From Indonesia 2025

Bedol Desa Ala Mahasiswa Keperawatan: Gerakan Pengabdian yang Membawa Dampak Nyata

Bedol Desa Ala Mahasiswa Keperawatan: Gerakan Pengabdian yang Membawa Dampak Nyata
images info

Bedol Desa Ala Mahasiswa Keperawatan: Gerakan Pengabdian yang Membawa Dampak Nyata


Program HIMIKA Character Camp (HCC) yang digagas Himpunan Mahasiswa Ilmu Keperawatan (HIMIKA) STIKES Widyagama Husada Malang kembali menghadirkan pengalaman pengabdian yang berdampak nyata bagi masyarakat. Selama 1–16 November 2025, mahasiswa baru keperawatan menjalankan kegiatan bertajuk “Bedol Desa”, sebuah konsep yang memindahkan aktivitas belajar dari ruang kelas ke tengah-tengah masyarakat Desa Bantur, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang.

Tahukah Kawan? Konsep ini sejalan dengan gagasan Diktisaintek Berdampak dari Kemendikbudristek yang mendorong perguruan tinggi untuk menghadirkan kerja nyata, menerjemahkan tridharma, serta menghasilkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.

Melalui kegiatan ini, mahasiswa tidak hanya diperkenalkan pada profesi keperawatan, tetapi juga dilatih untuk memahami karakter penting seorang perawat: caring dan kepekaan budaya.

Sebelum turun ke desa, mahasiswa baru mengikuti rangkaian pembelajaran di kampus. Para peserta mendapatkan pengenalan mengenai profesi keperawatan dan peran perawat, prinsip asuhan keperawatan yang bersifat holistik, nilai dan karakter “Caring” sebagai dasar pelayanan, inovasi sains dan teknologi keperawatan berbasis penelitian, serta implementasi pendekatan keperawatan sesuai Visi–Misi Prodi Pendidikan Ners STIKES Widyagama Husada Malang.

Mahasiswa juga mempelajari standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang mencakup tindakan observasi, terapeutik, dan edukasi. Materi ini menjadi bekal utama sebelum mereka berbaur langsung dengan masyarakat.

Sesi pembelajaran turut memperkenalkan teknologi promosi kesehatan hasil riset dosen, seperti film edukasi kesehatan mental dan reproduksi remaja serta media permainan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Sebanyak 60 mahasiswa kemudian tinggal di rumah warga selama program berlangsung. Pendekatan ini menghadirkan interaksi yang lebih dekat, sehingga mahasiswa dapat memahami pola hidup, kebutuhan, serta masalah kesehatan masyarakat setempat.

Selama kegiatan, mahasiswa melakukan:

Observasi kesehatan

Mahasiswa melaksanakan pemeriksaan tanda-tanda vital seperti tekanan darah, nadi, suhu, gula darah, laju pernapasan, hingga kondisi umum warga. Banyak warga merasa terbantu karena dapat memperoleh pemeriksaan kesehatan secara gratis dan informatif.

Terapi komplementer berbasis pangan lokal

Inovasi menjadi aspek utama dalam kegiatan terapeutik. Mahasiswa mengolah berbagai bahan alami seperti jahe, daun kelor, bunga telang, dan rempah Nusantara menjadi produk komplementer, di antaranya:

  • Cookies daun kelor untuk pencegahan stunting
  • Ramuan jamu jahe dan rempah sebagai upaya pencegahan kanker
  • Puding daun kelor untuk membantu mencegah hipertensi

Produk tersebut kemudian dipamerkan kepada masyarakat melalui kegiatan inovasi dan kewirausahaan, lengkap dengan modul pembelajaran dan resep.

Edukasi kesehatan di sekolah desa

Mahasiswa juga menyelenggarakan pendidikan kesehatan di dua sekolah:

  • MI Nurul Huda, dengan materi cara menyikat gigi yang benar (45 peserta),
  • MTs Nurul Huda, dengan materi kesehatan mental dan reproduksi remaja melalui pemutaran film edukatif hasil riset dosen (56 peserta).

Para siswa mengaku mendapatkan wawasan baru, terutama terkait pentingnya menjaga kesehatan mental dan reproduksi selama masa remaja.

Warga Desa Bantur menyambut program ini dengan penuh antusiasme. Salah satu warga menuturkan bahwa HCC terasa seperti “paket lengkap”, karena tidak hanya menawarkan pemeriksaan kesehatan gratis, tetapi juga edukasi yang jelas dan mudah dipahami. Warga juga merasakan manfaat langsung ketika mencoba produk pangan lokal seperti puding bunga telang yang diberi informasi lengkap mengenai manfaatnya untuk tekanan darah.

Seorang siswa MTs Nurul Huda yang mengikuti edukasi kesehatan mental mengatakan bahwa materi yang ia terima membuka pemahaman baru.

“Selama ini saya merasa aman tinggal di desa. Tapi setelah menonton film edukasi itu, saya sadar bahwa kesehatan mental dan reproduksi juga sangat penting dijaga agar remaja bisa tumbuh lebih tenang dan sejahtera.”

Di penghujung kegiatan, mahasiswa bersama warga menyelenggarakan pertunjukan seni yang menampilkan tarian kreasi Nusa Tenggara Timur, kesenian Jawa Timur, serta lagu daerah dari berbagai asal mahasiswa.

Kegiatan ini menjadi momen kebersamaan yang mempererat hubungan emosional antara mahasiswa dan masyarakat. Warga merasa terhibur sekaligus bangga karena kehadiran mahasiswa membawa warna positif, mulai dari pelayanan kesehatan, inovasi pangan lokal, hingga hiburan budaya.

Kawan GNFI, Program Bedol Desa membuktikan bahwa pembelajaran keperawatan tidak cukup dilakukan di ruang kelas saja. Pengetahuan harus dibawa ke tengah masyarakat agar mahasiswa benar-benar memahami konteks pelayanan kesehatan yang sesungguhnya.

Melalui pendekatan holistik, inovatif, dan berlandaskan nilai budaya, mahasiswa STIKES Widyagama Husada Malang menunjukkan bahwa karakter “Caring” bukan hanya teori, tetapi sikap dan tindakan yang dapat memberi dampak nyata. Program ini juga menegaskan bahwa calon perawat adalah agen perubahan yang dapat memperbaiki kualitas hidup masyarakat melalui sains, teknologi, empati, dan ketulusan pelayanan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KH
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.