Kawan GNFI, di tengah kemajuan teknologi saat ini, ada satu pertanyaan sederhana yang mulai menggema di dunia peternakan Indonesia. "Apakah hewan-hewan ternak tersebut sudah benar-benar hidup dengan nyaman dan layak?" Banyak orang tidak menyadari bahwa kualitas di balik segelas susu, sepotong daging, dan sebutir telur yang kita konsumsi setiap hari, ditentukan oleh tingkat kesejahteraan hewan.
Kesadaran inilah yang mendorong munculnya konsep animal welfare. Animal welfare atau kesejahteraan hewan merupakan sebuah pendekatan yang tidak hanya peduli pada produksi, tetapi juga menghargai hak-hak dasar setiap hewan.
Menurut UU No.18 tahun 2009 kesejahteraan hewan atau animal welfare merupakan segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan berdasarkan perilaku alami yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi dari perlakuan yang tidak layak.
Prinsip ini dikenal sebagai Five Animal Freedoms, yaitu lima hak kebebasan dasar yang seharusnya dimiliki oleh setiap hewan. World Organization of Animal Health (WOAH) menyatakan bahwa kelima prinsip tersebut meliputi kebebasan dari rasa lapar dan haus, kebebasan dari ketidaknyamanan, kebebasan dari rasa sakit dan penyakit, kebebasan untuk mengekspresikan perilaku alami, serta kebebasan dari rasa takut dan stres. Prinsip ini terdengar sederhana, tetapi penerapannya bisa membawa perubahan besar dalam dunia peternakan.
Untuk mewujudkan prinsip tersebut, hal pertama yang harus diperhatikan adalah lingkungan tempat hewan tersebut dipelihara, seperti sirkulasi udara, pencahayaan, dan kebersihan kandang. Nasution (2024) menyatakan bahwa sirkulasi udara yang baik membantu menjaga suhu tetap stabil dan mencegah penumpukan gas yang membuat hewan tidak nyaman, sementara pencahayaan yang cukup dapat mendukung aktivitas harian ternak.
Pengaturan kepadatan kandang juga harus diperhatikan agar hewan memiliki ruang gerak yang memadai dan tidak mudah mengalami stres. Selain itu, tempat pakan dan sumber air harus dipastikan selalu bersih setiap harinya untuk menekan risiko penularan penyakit.
Nutrisi pakan juga menjadi penentu utama dari kesejahteraan hewan. Memberi pakan yang sesuai kebutuhan fisiologis hewan, serta memastikan air tersedia sepanjang hari dapat membuat hewan terhindar dari stres dan gangguan metabolik. Pada ruminansia seperti sapi dan kambing, penyediaan serat kasar sangat penting agar sistem pencernaannya bekerja dengan optimal. Armayanti et al. (2024) menyatakan bahwa ketika kebutuhan nutrisi terpenuhi, maka performa produksi akan meningkat dengan sendirinya.
Selain itu, cara peternak memperlakukan hewan juga sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan mereka. Hewan mudah merespons tekanan dan perlakuan kasar. Hal ini juga dapat memengaruhi kesehatan jangka panjang hewan tersebut. Perlakuan kasar bukan hanya mengganggu kesehatan hewan, tetapi juga dapat menurunkan kualitas produk. Hal ini sejalan dengan pennelitian Rodli et al. (2023) yang menyatakan bahwa hewan ternak yang mengalami stres sebelum dilakukan penyembelihan dapat mengakibatkan penurunan kualitas daging.
Ternak sapi yang mengalami stress sebelum pemotongan akan menghasilkan daging DFD (dark, firm, dry) karena kadar glikogen pada otot menurun sehingga warna daging menjadi lebih gelap dan teksturnya lebih keras. Sementara itu, pada unggas kondisi serupa akan menghasilkan daging PSE (pale, soft, exudative) yang membuat daging terlihat pucat dan berair. Kondisi ini bukan hanya memengaruhi tampilan, tetapi juga menurunkan daya simpan serta nilai ekonominya.
Hal ini juga terjadi pada sapi perah. Penurunan hormon oksitosin akibat stres dapat menghambat proses milk ejection reflex sehingga produksi susu akan menurun dan ternak akan berisiko terkena mastitis. Sebaliknya, ketika hewan diperlakukan dengan tenang, memiliki ruang gerak yang cukup, dan tinggal di lingkungan yang nyaman, produksi susu akan lebih optimal, kadar lemak lebih stabil, dan angka sel somatik (SCC) tetap rendah.
Selanjutnya, aspek lain yang tidak kalah penting adalah kesehatan. Pemeriksaan rutin, vaksinasi, dan pencatatan kondisi kesehatan (recording) dapat membantu peternak mendeteksi gejala lebih awal dan menekan angka kematian, karena dengan menerapkan manajemen kesehatan ternak, masalah kesehatan ternak akan lebih cepat ditangani terutama pada kasus-kasus seperti mastitis, penyakit pernapasan, atau gangguan pencernaan.
Kawan GNFI, kesejahteraan hewan bukan hanya sekadar persyaratan teknis yang harus dipenuhi, tetapi gambaran tentang seberapa matang sebuah sistem peternakan dijalankan. Jika ingin menghasilkan produk hewani yang berkualitas, maka konsep animal welfare harus menjadi fondasi awal dari peternakan tersebut.
Hewan yang diperlakukan dengan baik akan tumbuh lebih sehat dan manfaatnya akan dirasakan oleh seluruh pihak, mulai dari peternak hingga konsumen. Dengan demikian, Indonesia akan memiliki peluang besar untuk membangun sektor peternakan yang lebih maju dan mampu bersaing dengan standar global tanpa mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News