kisah asal usul pela antara negeri latuhalat dan negeri alang cerita rakyat dari maluku - News | Good News From Indonesia 2025

Kisah Asal Usul Pela antara Negeri Latuhalat dan Negeri Alang, Cerita Rakyat dari Maluku

Kisah Asal Usul Pela antara Negeri Latuhalat dan Negeri Alang, Cerita Rakyat dari Maluku
images info

Kisah Asal Usul Pela antara Negeri Latuhalat dan Negeri Alang, Cerita Rakyat dari Maluku


Pela antara Latuhalat dan Negeri Alang merupakan perjanjian persaudaraan yang menjalin hubungan masyarakat di dua daerah tersebut. Ada sebuah cerita rakyat Maluku yang mengisahkan tentang asal usul Pela antara Negeri Latuhalat dan Negeri Alang tersebut dulunya.

Simak kisah asal usul Pela antara Negeri Latuhalat dan Negeri Alang tersebut dalam artikel berikut ini.

Kisah Asal Usul Pela antara Negeri Latuhalat dan Negeri Alang, Cerita Rakyat dari Maluku

Dinukil dari artikel Debby Latukolan, "Pela Antara Negeri Latuhalat dan Negeri Alang" dalam buku Antologi Cerita Rakyat Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease, dikisahkan pada zaman dahulu di Pulau Ambon terdapat sebuah negeri yang bernama Negeri Alang. Di sana hidup sebuah keluarga bangsawan yang memiliki marga Huwae.

Keluarga ini memiliki seorang anak laki-laki yang bernama Petrus Huwae. Petrus biasanya bertani atau berburu untuk mengisi waktu setiap harinya.

Pada suatu hari, Petrus berniat untuk pergi berburu. Dirinya kemudian meminta sang ayah untuk memberikan beberapa pengawal membersamainya ketika berburu.

Sang ayah menyetujui permintaan putranya tersebut. Akhirnya berangkatlah Petrus bersama beberapa pengawal melakukan perburuan.

Setelah berjalan cukup lama, sampailah rombongan ini di pesisir Negeri Latuhalat, yakni Pantai Malulang. Di sana, mata Petrus langsung tertuju pada seorang gadis cantik.

Petrus kemudian menanyakan nama dari gadis tersebut. Sang gadis kemudian menyebutkan bahwa dirinya bernama Costantia Lekatompessy.

Setelah berbincang cukup lama, rombongan Petrus kembali ke Negeri Alang. Tanpa sadar, Petrus ternyata jatuh cinta kepada Costantia.

Sesampainya di rumah, Petrus langsung mengungkapkan isi hatinya ini kepada kedua orang tuanya. Dia berniat untuk melamar dan menjadikan Costantia sebagai istrinya.

Niat Petrus ternyata disambut baik oleh kedua orang tuanya. Tidak menunggu lama, Petrus bersama rombongan keluarganya langsung bertolak menuju Negeri Latuhalat.

Pertemuan antara kedua keluarga akhirnya terjadi. Keluarga Costantia ternyata juga menyambut baik niat dari Petrus.

Akhirnya mereka bersepakat dan menentukan tanggal pernikahan. Setelah semua rencana tersusun dengan baik, rombongan Petrus dan keluarga kemudian kembali ke Negeri Alang.

Tidak lama kemudian, muncul moyang Sakti Tawan, leluhur dari keluarga Costantia. Sakti Tawan ternyata tidak menerima jika anak gadisnya akan menikah dengan keluarga bangsawan Negeri Alang.

Hal ini tentu mengagetkan keluarga Costantia. Apalagi mereka akan merasa malu jika menolak rencana yang sudah disepakati sebelumnya.

Moyang Sakti Tawan kemudian berkata bahwa dia akan menyelesaikan masalah tersebut. Dirinya kemudian memerintahkan pengikutnya untuk pergi mengambil isi pohon sagu.

Setelah itu, Moyang Sakti Tawan memahat patung tersebut dengan bentuk fisik selayaknya Costantia. Patung tersebut juga bisa berjalan, duduk, dan tersenyum, tetapi tidak dapat berbicara.

Beberapa saat kemudian, Petrus dan keluarganya kembali ke Negeri Latuhalat. Dia datang untuk menjemput Costantia agar bisa melangsungkan pernikahan di Negeri Alang.

Moyang Sakti Tawan kemudian memerintahkan para dayang untuk membawa patung yang mirip Costantia ke kapal. Moyang Sakti Tawan juga berkata kepada para dayang ketika kapal telah sampai di Tanjung Nama Hatu, maka mereka mesti melemparkan patung tersebut ke lautan.

Para dayang menjalankan perintah ini dengan baik. Ketika patung itu jatuh ke lautan, Petrus yang mengira itu adalah Costantia langsung melompat tanpa rasa ragu.

Namun sayang, Petus sudah tertipu dengan apa yang dia lihat. Tiba-tiba tubuh Petrus berubah menjadi seekor buaya.

Costantia yang disembunyikan keluarganya di Pantai Malulang ternyata juga berubah menjadi buaya tembaga. Niat untuk memisahkannya dengan Petrus ternyata berakhir buruk juga.

Tiga hari kemudian, patung yang mirip dengan Costantia ini terdampar di Liliboy. Melihat hal ini, masyarakat Liliboy berkata bahwa orang-orang Alang sudah tertipu dengan apa yang mereka lihat.

Sejak saat itu, orang tua bangsawan Alang kemudian datang kembali ke Negeri Latuhalat. Mereka kemudian mengangkat sebuah perjanjian persaudaraan yang disebut sebagai Pela antara Negeri Latuhalat dan Negeri Alang.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Irfan Jumadil Aslam lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Irfan Jumadil Aslam.

IJ
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.