tren ekspor impor indonesia juli 2024juli 2025 faktor penggerak dan tantangan di tengah ketidakpastian global - News | Good News From Indonesia 2025

Tren Ekspor-Impor Indonesia Juli 2024–Juli 2025: Faktor Penggerak dan Tantangan di Tengah Ketidakpastian Global

Tren Ekspor-Impor Indonesia Juli 2024–Juli 2025: Faktor Penggerak dan Tantangan di Tengah Ketidakpastian Global
images info

Tren Ekspor-Impor Indonesia Juli 2024–Juli 2025: Faktor Penggerak dan Tantangan di Tengah Ketidakpastian Global


Perdagangan luar negeri, melalui ekspor dan impor memiliki peran penting dalam perekonomian terbuka untuk negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Aktivitas perdagangan luar negeri seperti ekspor membantu negara mendapatkan devisa, memperkuat kondisi neraca perdagangan, serta menciptakan pekerjaan dan meningkatkan kemampuan produksi. Sementara itu, impor berperan penting dalam menyediakan bahan baku, mesin, dan teknologi bagi industri dalam negeri, serta memenuhi kebutuhan masyarakat sehari-hari.

Dari periode bulan Juli 2024 sampai Juli 2025, Indonesia menghadapi berbagai perubahan di tingkat global seperti perubahan harga komoditas, perlambatan ekonomi dunia, dan gangguan dalam rantai pasok. Sedangkan di sisi dalam negeri, berbagai faktor seperti kebijakan perdagangan, nilai tukar rupiah, dan permintaan domestik turut mempengaruhi kegiatan ekspor dan impor.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Indonesia pada Juli 2025 tercatat sebesar US$24,75 miliar. Angka ini menunjukkan kenaikan sekitar 9,86% jika dibandingkan dengan realisasi Juli 2024 yang sebesar US$22,21 miliar. Sementara itu, secara kumulatif dari Januari hingga Juli 2025, nilai ekspor Indonesia mencapai US$160,16 miliar, atau tumbuh 8,03% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Di sisi lain, nilai impor pada Juli 2025 tercatat sebesar US$20,57 miliar. Angka ini mengalami penurunan sekitar 5,86% dari nilai impor Juli 2024 yang bernilai sebesar US$21,74 miliar. Namun, secara kumulatif dari Januari sampai Juli 2025, total nilai impor Indonesia masih menunjukkan kenaikan sebesar 3,41% menjadi US$136,51 miliar dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Secara keseluruhan, tren tersebut sejalan dengan kinerja positif Indonesia di sektor perdagangan luar negeri. Sepanjang Januari hingga Juli 2025, neraca perdagangan mencatat surplus sebesar US$23,65 miliar, menandakan bahwa ekspor masih lebih besar daripada impor. Keberhasilan ini terutama ditopang oleh sektor nonmigas yang membukukan surplus hingga US$34,06 miliar, sementara sektor migas masih mengalami defisit sekitar US$10,41 miliar.

Kinerja ekspor Indonesia secara umum terus menunjukkan perbaikan. Nilai ekspor nonmigas pada Juli 2025 tercatat sebesar US$23,81 miliar, tumbuh 12,83 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya permintaan global terhadap komoditas utama Indonesia, seperti bijih logam, nikel, minyak sawit, dan produk hilirnya. Sebagai gambaran, pada Juli 2024, ekspor bijih logam, terak, dan abu sempat melonjak hingga US$691,2 juta hanya dalam satu bulan.

Selain ditopang oleh kuatnya harga komoditas, diversifikasi pasar ekspor serta perbaikan rantai pasok internasional juga berperan penting dalam menjaga daya saing ekspor nonmigas Indonesia. Langkah ini membantu pelaku usaha menembus pasar baru dan memperkuat posisi Indonesia di perdagangan global.

Kemudian meskipun jumlah ekspor secara bulanan menunjukkan peningkatan, secara kumulatif pada periode Januari hingga Juli 2024 masih tercatat turun 1,47% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Ketergantungan Indonesia terhadap komoditas primer (bahan mentah) membuat kinerja ekspor lebih mudah terpengaruh oleh perubahan harga dan permintaan global. Selain itu, hambatan non-tarif seperti regulasi ekspor serta kendala logistik turut memperlambat proses pengiriman dan menurunkan daya saing produk Indonesia di pasar internasional.

Penurunan impor pada Juli 2025 dibandingkan Juli 2024, meskipun secara kumulatif mengalami peningkatan, dapat mencerminkan adanya upaya pengendalian impor atau penyesuaian kebutuhan impor agar lebih efisien. Kenaikan impor bahan baku dan barang modal yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan produksi ekspor maupun industri dalam negeri menjadi salah satu faktor utama peningkatan impor kumulatif.

Turunnya impor bulanan juga bisa menandakan adanya perlambatan aktivitas ekonomi domestik atau gangguan logistik yang memengaruhi pasokan bahan baku dan barang modal. Namun, peningkatan impor pada periode lainnya dapat menimbulkan tekanan terhadap neraca perdagangan serta nilai tukar rupiah, terutama jika pertumbuhan ekspor tidak seimbang dengan kenaikan impor tersebut.

Penguatan sektor ekspor memiliki nilai tambah tinggi, yang berarti bahwa pemerintah harus terus mendorong industri hilir untuk mengurangi ketergantungan mereka pada bahan mentah dan meningkatkan nilai tambah ekspor. Selain itu, implikasi dari penurunan impor akan memberikan kesempatan untuk mengembangkan substitusi dalam negeri atau meningkatkan efisiensi penggunaan impor bahan baku dan juga mesin untuk mendukung ekspor.

Surplus nonmigas sebesar US$ 34,06 miliar menunjukkan kekuatan ekspor produk selain migas. Surplus ini harus dijaga agar kontribusi positif tetap stabil. Pengelolaan defisit migas, yang sebesar US$ 10,41 miliar, juga perlu menjadi perhatian kebijakan energi dan diversifikasi sumber ekspor. Ekspor dan impor sangat memengaruhi kondisi global, maka diperlukan penguatan daya saing dan kesiapan untuk gangguan rantai pasokan atau perubahan kebijakan perdagangan global.

Berdasarkan hasil analisis data di atas menunjukkan bahwa kinerja perdagangan luar negeri Indonesia dalam rentang Juli 2024 hingga Juli 2025 menunjukkan arah positif yaitu ekspor meningkat secara bulanan dan kumulatif. Kemudian untuk impor bulanan mengalami penurunan tetapi impor secara kumulatifnya mengalami peningkatan, sehingga neraca perdagangan mencatat surplus yang signifikan.

Meskipun tantangan struktural seperti ketergantungan pada komoditas, defisit industri migas, dan tekanan global masih ada. Perdagangan internasional harus difokuskan untuk meningkatkan nilai tambah ekspor, efisiensi impor produktif, dan stabilitas eksternal dalam jangka menengah hingga panjang. Hal ini akan sangat penting untuk memungkinkan perdagangan internasional untuk berkontribusi secara optimal pada pertumbuhan ekonomi negara.

Jika impor menurun setiap bulan, kondisi tersebut bisa menunjukkan perlambatan ekonomi domestik atau masalah logistik yang mempengaruhi pasokan bahan baku dan barang modal. Sebaliknya, jika impor meningkat, kondisi tersebut dapat meningkatkan neraca perdagangan dan tekanan terhadap nilai tukar rupiah, terutama jika pertumbuhan ekspor tidak sebanding dengan kenaikan impor.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

HN
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.