ada ada saja gen z kisah riyang dari sleman yang jual rumput online - News | Good News From Indonesia 2025

Ada-Ada Saja Gen Z: Kisah Riyang dari Sleman yang Jual Rumput Online

Ada-Ada Saja Gen Z: Kisah Riyang dari Sleman yang Jual Rumput Online
images info

Ada-Ada Saja Gen Z: Kisah Riyang dari Sleman yang Jual Rumput Online


Pernah kepikiran beli rumput lewat internet? Atau jualan rumput hasil ngarit di internet? Ide tersebut memang bisa dibilang agak nyeleneh. Akan tetapi, saat ini, semuanya nggak cuma mentok di dalam kepala saja, melainkan sudah bisa jadi kenyataan. Sebab, bagi Gen Z, semuanya bisa jadi peluang.

Riyang Gati (26) warga Sumberagung, Moyudan lah yang ngide menjual rumput hasil ngarit. Ngarit adalah istilah dalam bahasa Jawa yang artinya mencari dan memotong rumput buat pakan ternak, terutama kambing, sapi, atau kerbau. Istilah ini umum dipakai di daerah pedesaan Jawa.

Riyang nggak tiba-tiba terpikir buat jual rumput secara online. Akan tetapi, ia berhasil menganalisis kesempatan.

baca juga

Keluarga Riyang punya sawah, tapi nyaris selalu gagal panen. Nah, ketika masa libur tanam, Riyang dan sang paman memutuskan menanami rumput.

“Awal mulanya pertama karena saya nganggur, yang kedua sawah milik keluarga yang di bulak Kedung Banteng beberapa kali ditanami padi nggak panen,” jelasnya, dikutip dari Kumparan.

Yang ketiga, tambahnya, ia pelihara kambing. Awalnya, Riyang berencana membuat bank pakan. Akan tetapi, gagasan itu dinilai terlalu luas. Kalau pun dijadikan stok kambing pribadi, jumlah rumput kebanyakan, katanya.

baca juga

Lahirlah Bakul Suket

Sebelum jadi penjual rumput, Riyang pernah menjajal berbagai profesi, mulai dari pegawai ekspedisi, dekorasi nikahan, hingga PPS saat Pemilu.

Saat pertama kali mencoba jualan rumput, Riyang memanfaatkan media sosial. Ia memilih pakai nama Bakul Suket supaya gampang diingat warga sekitar. Mengingat, Riyang ini orang Jawa dan yang membutuhkan rumput untuk pakan ternak adalah para orang tua. Sehingga, harapannya penggunaan bahasa Jawa lebih mudah ditemukan oleh target pasar.

“Saya kan di Sleman paling pojok kalau pakai istilah nggak mudeng. Menyesuaikan pasar saja,” ujarnya.

baca juga

Buat online (Instagram, TikTok, Facebook, Website), ia pakai nama lain suketin.id. Akun ini menyasar para anak muda pengguna media sosial. Nah, anak muda diharapkan dapat ngerekomendasiin akun tersebut kepada orang-orang terdekatnya, termasuk orang tuanya.

“Medsos biasanya kaum muda, sasarannya kan misalnya kaum muda orang tuanya ada yang punya ternak. Ini kan bisa ‘ini lho, Pak, ada yang jual pakan’ gitu,” tuturnya.

Rumput dijual Rp25 ribu per karung. Pengantaran gratis kalau dekat, sementara pembeli yang jauh biasanya ngasih tip tambahan.

Pembeli Pertama Bukan Kambing, tapi Marmut

Order online pertamanya datang dari Sedayu, Bantul. Riyang mengira rumput itu buat hewan ternak, kambing atau sapi.

“Ternyata sampai sana cuma buat pakan marmut. Pesannya tetap sekarung,” katanya.

Kejadian ini bukan sekali atau dua kali. Usai Riyang menjual rumputnya di marketplace, order untuk hewan kecil makin banyak. Nah, karena itu lah Riyang punya ide buat bikin kemasan kecil.

“Marketplace lebih murah. Kalau pakai karung besar dikirim mahal ongkirnya.”

baca juga

Pembeli dari Berbagai Daerah, 

Setelah beberapa video yang diunggah di Instagram, Tiktok dan Facebook viral; Riyang coba upload di marketplace. Nggak pake ads, nggak boosting. Eh, sehari kemudian ada yang beli dari Tangerang.

Biar aman saat pengiriman, karungnya di-double pakai trash-bag. Rumput dikeringkan dulu sedikit supaya nggak lembab. Harga online Rp30 ribu per karung.

“Suketku tekan Tangerang. Orangnya nggak komplain berarti aman,” kata Riyang.

Dari situ, daerah lain seperti Magetan, Wonosobo, Cilacap mulai menanyakan kesediaan stok rumput.

baca juga

Untuk memenuhi permintaan yang semakin naik, setiap hari Riyang ngarit dua kali: pagi dan sore. Ia bisa ngumpulin lima–enam karung. Kadang lebih.

Menurutnya, rumput terbaik adalah yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda.

Rumput yang terlalu tua biasanya keras dan seratnya kasar. Kurang enak untuk kambing atau sapi. Sementara, rumput yang terlalu muda gampang layu dan kandungan nutrisinya belum optimal.

Saking larisnya, Riyang berpikir untuk mengembangkan usaha ini. Rencananya, ia akan menyewa lahan untuk ditanami dengan rumput.

“Tetap ekspansi sekitar. Mau tidak mau nyewa,” katanya.

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Aslamatur Rizqiyah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Aslamatur Rizqiyah.

AR
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.