Jalan Tol Sigli-Banda Aceh alias Tol Sibanceh adalah jalan tol pertama di Provinsi Aceh. Tol ini merupakan salah satu ruas Tol Trans Sumatra yang menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN). Proyek raksasa ini berambisi untuk menyambungkan Pulau Sumatra dari Lampung hingga Aceh.
Dengan panjang kurang lebih 74,2 km, Jalan Tol Sigli-Banda Aceh dibangun di era Presiden Joko Widodo pada akhir tahun 2018. Terdapat enam seksi di tol ini, di mana seksi 1 yang menghubungkan Padang Tiji-Seulimeum menjadi ruas terpanjang—sekitar 24,67 km.
Tol Sigli-Banda Aceh yang Siap Koneksikan Sumatra
Dari seluruh ruas Tol Sigli-Banda Aceh, ruas pertama yang diresmikan adalah di seksi 4 yang menghubungkan Indrapuri-Blang Bintang sepanjang 14 km. Peresmiannya dilakukan pada 25 Agustus 2020.
Setahun setelahnya, giliran seksi 3 dari Jantho-Indrapuri yang diresmikan. Kemudian, seksi 2 dari Seulimeum-Jantho resmi beroperasi pada Maret 2022.
Seksi 5 dan seksi 6 dari Blang Bintang-Baitussalam resmi beroperasi di pertengahan 2023. Kemudian, pada September 2024, Jalan Tol Sibanceh seksi 2, seksi 3, seksi 5, dan seksi 6 akhirnya diresmikan oleh Presiden Joko Widodo.
Pada bulan Agustus 2025, ruas seksi 1 belum dapat dioperasikan karena masih ada lahan yang belum bebas. Namun, ruas itu sempat dibuka secara fungsional saat Natal 2024 dan Idul Fitri 2025 , tetapi hanya untuk kendaraan golongan 1.
Ruas Tol Sigli-Banda Aceh merupakan bagian penting dari Tol Trans Sumatra. Tol ini memperlancar mobilitas barang dan jasa, sehingga membantu pertumbuhan ekonomi daerah.
Kawan GNFI, Tol Sibanceh mampu memangkas waktu tempuh dari Banda Aceh ke Sigli dan sebaliknya. Tanpa jalan bebas hambatan, perjalanannya butuh waktu antara dua hingga tiga jam. Namun, dengan Tol Sibanceh, waktu tempuhnya hanya memakan waktu kurang lebih satu jam saja.
Kementerian Pekerjaan Umum (PU) mencatat, biaya konstruksi untuk pembangunan megaproyek di Provinsi Aceh itu mencapai Rp12,35 triliun dengan biaya konstruksi sebesar Rp8,99 triliun.
Fakta Unik Tol Sibanceh
Proses pembangunan tol pertama di Aceh ini sempat diwarnai kejadian unik. Menyadur dari ANTARA, pada 2021 lalu, pekerja proyek menemukan puluhan batu nisan yang konon merupakan bekas peninggalan Kesultanan Aceh Darussalam.
Situs itu ditemukan di seksi 6 Kuta Baro-Baitussalam. Kondisi makam-makam itu sudah tidak utuh. Ukurannya pun bervariasi, ada yang memiliki batu nisan besar maupun kecil.
Mayoritas batu nisan tersebut sudah tertimbun tanah. Namun, ada juga yang masih berdiri kokoh. Terdapat kemungkinan bahwa batu nisan itu merupakan produksi di era ulama Aceh, Syekh Abdur Rauf as Singkili. Temuan mengejutkan ini sempat membuat pengerjaan proyek terhenti.
Selain penemuan artefak bersejarah, ada juga jalur lintasan khusus satwa yang dibangun di tol ini. Jalur tersebut berupa jembatan yang bagian bawahnya dapat dilintasi oleh hewan liar.
Melansir dari situs resmi PT Hutama Karya selaku pihak yang menggarap Tol Sibanceh, perlintasan satwa liar itu berada di seksi 1. Jalur itu dibagi menjadi tiga bagian untuk tiga jenis hewan, yakni mamalia (seperti gajah sumatra), reptil, dan primata, di mana struktur konstruksinya disesuaikan dengan masing-masing bagian.
Struktur konstruksi jembatan dipakai untuk lintasan gajah. Lalu, lintasan reptil dibuat dengan menggunakan produk beton tulang pracetak berbentuk segi empat. Terakhir, pada lintasan untuk hewan primata, ada jembatan dengan kanopi jaring kabel.
Pembangunan jalur khusus satwa ini dilakukan karena lokasi tol berada di kawasan hutan lindung. Pembuatan lintasan untuk satwa di jalur tol seperti ini juga diterapkan di Tol Pekanbaru-Dumai.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News