Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, menyimpan sejumlah kekayaan alam yang masih belum sepenuhnya terekspos.
Di balik bentang alamnya yang kerap dikaitkan dengan padang savana, terdapat sebuah permata tersembunyi bernama Air Terjun Tanggedu.
Destinasi ini menawarkan pengalaman wisata alam yang autentik, jauh dari keramaian, dan menyuguhkan pesona yang berbeda dari citra Sumba pada umumnya.
Perjalanan Menuju Air Terjun Tanggedu
Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata Kabupaten Sumba Timur, Air Terjun Tanggedu terletak di Desa Tanggedu, Kecamatan Umalulu. Desa ini berada di bagian selatan Pulau Sumba.
Untuk mencapai titik awal perjalanan menuju air terjun, perjalanan biasanya dimulai dari Kota Waingapu, ibu kota Kabupaten Sumba Timur. Dari pusat kota Waingapu, perjalanan darat menuju Desa Tanggedu memakan waktu sekitar dua hingga tiga jam.
Kondisi jalan sebagian sudah beraspal, namun terdapat beberapa bagian yang masih berbatu dan bergelombang, terutama saat memasuki area pedesaan.
Sesampai di area parkir kendaraan di Desa Tanggedu, perjalanan belum berakhir. Untuk sampai ke bibir air terjun, pengunjung harus menuruni anak tangga dan jalan setapak yang curam.
Medan ini cukup menantang dan membutuhkan ketelitian. Bagi pengunjung yang membawa kendaraan pribadi dan tidak ingin berjalan kaki dari area parkir, tersedia ojek lokal. Ojek ini akan mengantarkan pengunjung dari area parkir utama ke titik awal tangga menurun.
Biaya untuk jasa ojek ini umumnya Rp50.000 untuk perjalanan pulang-pergi. Penggunaan jasa ojek ini sangat disarankan untuk menghemat tenaga sebelum memulai pendakian kembali setelah berenang.
Waktu Terbaik untuk Berkunjung
Iklim di Sumba Timur memiliki dua musim utama, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Waktu terbaik untuk mengunjungi Air Terjun Tanggedu adalah pada musim kemarau, yang biasanya berlangsung dari bulan April hingga November.
Pada periode ini, cuaca cerah dan intensitas hujan rendah. Akibatnya, debit air terjun masih cukup deras dan jernih, namun tidak terlalu deras hingga berbahaya untuk berenang. Jalan setapak menuju air terjun juga lebih kering dan tidak licin, sehingga meningkatkan faktor keselamatan selama perjalanan.
Berkunjung pada musim hujan, antara Desember dan Maret, tidak disarankan. Curah hujan yang tinggi dapat membuat debit air terjun sangat deras dan berwarna keruh akibat sedimentasi.
Selain itu, jalur pendakian menjadi sangat licin dan berisiko longsor. Dinas Pariwisata setempat juga biasanya memberikan peringatan untuk tidak berenang di air terjun selama musim hujan karena arus yang kuat dan tidak terduga.
Terpesona Keindahan Air Terjun Tanggedu
Air Terjun Tanggedu memiliki ketinggian sekitar 50 meter. Airnya jatuh bebas membentuk tirai air yang memukau, langsung ke kolam berwarna hijau toska di bawahnya.
Suasananya tenang dan dikelilingi oleh tebing-tebing batu dan vegetasi hutan yang lebat. Kolam di bawah air terjun cukup dalam dan luas, cocok untuk berenang. Pengunjung dapat merasakan semprotan halus air terjun yang menyegarkan.
Salah satu daya tarik unik di lokasi ini adalah keberadaan sebuah warung sederhana. Warung ini dibangun di atas batu besar dengan pemandangan langsung menghadap air terjun. Warung ini milik seorang wanita setempat yang akrab disapa Mama Bola.
Ia biasanya ditemani oleh anak perempuannya yang masih kecil bernama Sarah. Di warung inilah pengunjung dapat menikmati kesegaran buah kelapa muda (degan) langsung dengan pemandangan air terjun yang spektakuler.
Harga untuk satu buah kelapa muda adalah Rp20.000. Sensasi duduk di warung unik ini sambil menikmati kelapa muda dan gemuruh air terjun menciptakan pengalaman wisata yang sangat berkesan dan personal.
Selain berenang dan menikmati kelapa muda, pengunjung dapat menjelajahi area sekitar air terjun. Terdapat beberapa titik yang bagus untuk berfoto dengan latar belakang air terjun yang megah. Suasana yang masih alami dan jauh dari kebisingan kota menjadi nilai tambah utama destinasi ini.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News