Kebudayaan hingga saat ini masih ada dan selalu berdampingan dengan kehidupan masyarakat. Meskipun masyarakat modern cenderung mengesampingkan budaya, beberapa masih menjaga erat keberlangsungannya. Suatu daerah memiliki ciri khas atau kearifan lokal yang berasal dari sebuah kebudayaan.
Jakarta menjadi kota metropolitan terpadat di Indonesia. Di tengah pengaruh globalisasi yang besar di Jakarta, keberadaan suku Betawi masih eksis hingga saat ini. Suku Betawi merupakan penduduk asli yang mendiami Jakarta. Dikenal dengan budaya yang unik, seperti upacara mangkeng, nyorog, palang pintu, dan lenong. Selain itu, Betawi juga memiliki kekayaan kuliner yang unik dan menggugah selera, seperti kerak telor, roti buaya, dan gabus pucung.
Gabus pucung merupakan olahan ikan gabus dengan kuah berwarna hitam yang dihasilkan oleh bumbu pucung atau kluwek. Kuliner ini memang tidak seterkenal kerak telor dan roti buaya. Meski begitu, gabus pucung bergizi bagi tubuh karena mengandung protein, karbohidrat, sampai omega-3.
Selain menjadi lauk sehari-hari, gabus pucung juga menjadi salah satu hidangan dalam upacara mangkeng. Upacara mangkeng merupakan ritual upacara yang dilakukan oleh masyarakat Betawi sebelum melangsungkan suatu perayaan atau acara besar.
Tujuan utama ritual tersebut adalah untuk menjaga kelancaran suatu acara, terutama untuk menangkal hujan selama acara berlangsung. Tak hanya itu, upacara mangkeng juga bertujuan untuk
- menjaga kerukunan antarwarga,
- menahan nafsu makan para tamu undangan yang datang sehingga tidak ada yang serakah terhadap jamuan yang diberikan oleh tuan rumah,
- memperbanyak tamu yang datang dengan kepercayaan bahwa Dewi Sri dan makhluk astral dari saudara tuan rumah akan mengajak manusia untuk hadir ke hajatan, dan
- manifestasi kelancaran acara karena masyarakat setempat berkeyakinan jika tidak melaksanakan tradisi leluhur akan mendapat keburukan.
Ritual mangkeng juga sebagai bentuk penghormatan untuk Dewi Sri atau Dewi Padi. Di sisi lain, mangkeng juga diperuntukkan memberikan makan dan kesenangan untuk makhluk astral yang merupakan saudara dari pemilik hajat dan sarana meneruskan adat leluhur yang diwariskan secara turun menurun.
Pelaksanaan ritual mangkeng dipimpin oleh dukun mangkeng yang akan membaca jampe-jampe. Selama memimpin ritual, dukun mangkeng tidak diperbolehkan mandi karena dipercaya akan mendatangkan hujan dan akan berpuasa selama berada di rumah pemilik hajat.
Selain menjaga kelancaran acara, dukun mangkeng juga sering ditugaskan untuk mengatur hidangan para tamu dan memastikan stok bahan makanan yang akan diolah untuk hajatan. Dukun mangkeng juga menjadi penerima utama bingkisan dari tamu serta mengatur bingkisan yang akan dibawa pulang oleh para tamu. Tradisi tersebut dikenal sebagai mulangin atau balikin.
Biasanya, upacara mangkeng dilakukan sebelum akad nikah dalam budaya Betawi. Salah satu hidangan yang ada selama upacara berlangsung adalah gabus pucung. Filosofi dari gabus pucung dalam konteks pernikahan budaya Betawi adalah harapan agar mempelai lincah dalam mencari rezeki saat berkeluarga nanti, ibarat ikan gabus yang gesit.
Gabus pucung diakui sebagai salah satu di antara 96 warisan budaya Indonesia dan salah satu dari delapan warisan dari Jakarta. Selain menjadi warisan kuliner Betawi, hidangan ini juga memberikan asupan gizi yang baik untuk tubuh.
Melalui ritual mangkeng, solidaritas dan silaturahmi di antara masyarakat Betawi dapat terjaga sehingga kehidupan berjalan damai dan tenteram.
Pengenalan dan pelestarian gabus pucung serta upacara mangkeng perlu dilakukan secara masif, terutama bagi generasi muda sebagai tongkat estafet kekayaan budaya daerah. Selain itu, sebagai upaya menjaga nilai-nilai kebudayaan lokal yang semakin terancam terpinggirkan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News