mengapa warna kunyit menempel di kulit - News | Good News From Indonesia 2025

Mengapa Warna Kunyit Menempel di Kulit? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Mengapa Warna Kunyit Menempel di Kulit? Ini Penjelasan Ilmiahnya
images info

Mengapa Warna Kunyit Menempel di Kulit? Ini Penjelasan Ilmiahnya


Kawan GNFI mungkin pernah mengalami situasi ketika sedang menyiapkan bumbu dapur, lalu tanpa sadar jari dan telapak tangan berubah menjadi kuning setelah mengupas kunyit. Noda kuning tersebut sering kali sulit hilang meski sudah berkali-kali dicuci dengan sabun.

Fenomena ini bukan hanya dialami satu atau dua orang, tetapi semua orang yang bersentuhan langsung dengan rempah tersebut pasti mengalaminya. Lantas, apa sebenarnya yang membuat warna kunyit begitu kuat menempel di kulit?

Senyawa Curcumin: Pigmen Alami yang Menyebabkan Warna Kuning

Kunyit (Curcuma longa) memiliki kandungan pigmen utama bernama kurkumin (curcumin). Kurkumin adalah senyawa utama dalam kunyit yang bertanggung jawab atas warna kuning khas rimpangnya.

Kurkumin termasuk kelompok polifenol, yaitu komponen bioaktif yang banyak ditemukan pada tanaman dan dikenal karena sifat antioksidan serta antiradangnya. Senyawa ini terdiri atas tiga pigmen, yaitu kurkumin I, II, dan III.

Kunyit umumnya mengandung sekitar 3–4% kurkumin (diferuloilmetana), dengan komposisi kurkumin I sekitar 94%, kurkumin II 6%, dan kurkumin III sekitar 0,3%. Selain itu, melalui proses penyulingan uap rimpang kunyit, dapat diperoleh berbagai turunan kurkumin, seperti demetoksi, bisdemetoksi, dan kurkumenol.

Kurkumin dikenal memiliki berbagai aktivitas biologis, termasuk antioksidan, antikarsinogenik, antiangiogenik, analgesik, antiplatelet, dan antimikroba, sehingga berpotensi digunakan dalam terapi sejumlah kondisi seperti osteoartritis, hepatitis, dislipidemia, diabetes, obesitas, aterosklerosis, dan sindrom metabolik (Lestari et al., 2025).

Secara kimia, kurkumin memiliki banyak ikatan rangkap terkonjugasi, yang membuatnya mampu menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu. Proses penyerapan dan pemantulan cahaya itulah yang menghasilkan warna kuning terang yang tampak oleh mata manusia.

Selain itu, kurkumin memiliki sifat lipofilik atau lebih mudah larut dalam lemak daripada dalam air. Sifat inilah yang membuatnya mudah berpindah dan menempel pada permukaan yang berminyak, termasuk kulit manusia (Ramadon dan Mun’im, 2017).

baca juga

Mengapa Warna Kunyit Bisa Melekat pada Kulit?

Kulit manusia memiliki lapisan paling luar bernama stratum korneum, yang tersusun atas sel-sel kulit mati, protein keratin, dan sejumlah lipid. Permukaan kulit yang mengandung lemak dan sedikit kelembapan (Adianingsih et al., 2022). Hal inilah yang menciptakan kondisi ideal bagi kurkumin untuk menempel pada kulit manusia.

Ketika Kawan GNFI mengupas atau memarut kunyit, pigmen kurkumin langsung tertransfer ke lapisan kulit tersebut. Karena kurkumin tidak mudah larut dalam air, mencuci tangan dengan air saja tidak cukup untuk menghilangkan warnanya. Sementara itu, sabun memang dapat membantu, tetapi proses pengangkatannya tetap berlangsung lambat karena kurkumin sudah terikat pada komponen lipid dan protein di kulit.

Noda kuning tersebut akan memudar secara bertahap seiring proses deskuamasi, yaitu pengelupasan alami sel kulit mati. Oleh karena itu, meski terlihat membandel, warna kuning dari kunyit sebenarnya tidak bersifat permanen.

Perubahan Warna saat Terkena Sabun: Reaksi Kurkumin terhadap pH

Kawan GNFI mungkin pernah memperhatikan bahwa warna noda kunyit berubah sedikit menjadi lebih kemerahan ketika dicuci menggunakan sabun atau deterjen. Perubahan ini bukan sekadar kebetulan. Kurkumin memiliki sifat sebagai indikator pH alami, sehingga warnanya dapat berubah ketika berada dalam lingkungan yang bersifat basa (Mohammad et al., 2007).

Sabun dan deterjen termasuk bahan yang memiliki pH relatif basa. Ketika kurkumin bersentuhan dengan zat tersebut, struktur kimianya mengalami perubahan kecil sehingga warna kuningnya bergeser menjadi oranye atau kemerahan.

Reaksi ini sering dimanfaatkan pada penelitian atau praktik laboratorium untuk mendeteksi perbedaan pH secara sederhana menggunakan kunyit sebagai indikator alami.

Apakah Noda Kunyit Berbahaya bagi Kulit?

Kawan GNFI tidak perlu khawatir. Noda kuning dari kunyit tidak berbahaya dan tidak menimbulkan efek samping pada kulit. Justru, kunyit telah lama digunakan sebagai bahan perawatan tradisional karena kandungan antioksidan, antiradang, dan antimikrobanya. Dalam beberapa resep kecantikan tradisional, kunyit bahkan dijadikan masker wajah atau bahan lulur.

Meskipun demikian, penggunaan kunyit secara berlebihan atau menggosok kulit terlalu keras untuk menghilangkan nodanya dapat menyebabkan iritasi (Shaleha dan Daulay, 2023). Oleh karena itu, penanganannya sebaiknya dilakukan dengan cara yang lebih lembut.

Tips Menghilangkan Noda Kunyit dengan Lebih Efektif

Untuk Kawan GNFI yang ingin menghindari atau mengurangi noda kuning kunyit di tangan, ada beberapa langkah sederhana yang dapat dicoba:

  • Menggunakan sarung tangan saat mengupas atau mengolah kunyit adalah cara paling efektif untuk mencegah noda.
  • Jika noda terlanjur menempel, bersihkan tangan dengan minyak zaitun, minyak kelapa, atau minyak goreng. Mengingat kurkumin larut dalam lemak, minyak dapat membantu melarutkan pigmen sebelum dibersihkan dengan sabun.
  • Baking soda dapat digunakan sebagai agen pengangkat noda dalam jumlah kecil. Namun, tetap gunakan secara hati-hati agar kulit tidak iritasi.
  • Lemon atau jeruk nipis dapat membantu menghilangkan warna karena sifat asamnya, tetapi gunakan seperlunya agar kulit tidak perih.
  • Biarkan noda memudar dengan sendirinya karena dalam 1–2 hari, warna biasanya sudah hilang akibat pergantian sel kulit.

Kesimpulan

Warna kuning kunyit yang menempel pada kulit sebenarnya berasal dari senyawa kurkumin yang bersifat lipofilik dan mudah berikatan dengan lapisan terluar kulit. Noda ini tidak berbahaya dan akan hilang dengan sendirinya seiring proses alami pergantian sel kulit.

Perubahan warna saat terkena sabun terjadi karena reaksi kurkumin terhadap lingkungan basa. Dengan memahami sifat kimianya, Kawan GNFI dapat lebih mudah mengatasi noda kunyit atau justru memanfaatkannya untuk kebutuhan lain.

baca juga

Referensi:

  • Adianingsih, O. R., Puspita, O. E., & Rububiyah, D. R. (2022). Kosmetologi. Universitas Brawijaya Press.
  • Mohammad, R., Ahmad, M., & Daud, J. M. (2007). Potensi kurkumin sebagai penunjuk pH semula jadi untuk pembangunan sensor optik pH. Malaysian Journal of Analytical Sciences, 11(2), 351-360.
  • Shaleha, N., & Daulay, A. S. (2023). Uji Stabilitas Warna Berdasarkan Intensitas dan Kadar Kurkumin Ekstrak Kunyit dan Temulawak. Cross-border, 6(2), 790-803.
  • Ramadon, D., & Mun’im, A. (2017). Pemanfaatan nanoteknologi dalam sistem penghantaran obat baru untuk produk bahan alam. Jurnal ilmu kefarmasian Indonesia14(2), 118-127.
  • Lestari, H. P., Hastiana, Y., Sumah, A. S. W., & Hidayat, S. (2025). Klasifikasi Tanaman Obat. Deepublish.
  • Farah Nabila Sari- Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FN
FS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.