Pernahkah Kawan GNFI merasa sangat menyukai satu makanan atau minuman tertentu dibandingkan yang lain, dan selalu ingin membelinya lagi dan lagi? Apa sebenarnya yang membuat Kawan terus tertarik dengan makanan itu? Di balik semua itu, ada satu faktor penting yang sangat menentukan daya tarik sebuah produk pangan, yaitu flavor.
Dalam dunia pangan, flavor bukan sekadar rasa, melainkan gabungan dari rasa, aroma, dan sensasi di dalam mulut yang bekerja secara bersamaan saat mengonsumsi makanan. Inilah yang membuat setiap produk pangan memiliki ciri khas dan mampu menarik perhatian konsumen. Tanpa flavor yang tepat, sebuah produk pangan bisa terasa hambar dan kurang menarik untuk dinikmati.
Apa Itu Flavor?
Menurut literatur Pardede et al. (2020) dalam Jurnal Teknologi Pertanian, flavor adalah gabungan sensasi atau interaksi yang ditimbulkan oleh indera penciuman, perasa, pendengaran, dan rangsangan lainnya berupa aroma, rasa, tekstur, dan sensasi dari makanan atau minuman.
Rasa manis, asin, asam, pahit, dan umami adalah bagian dari flavor. Selain itu, aroma makanan atau minuman yang dihirup melalui hidung juga memberi peranan penting terhadap flavor.
Selain rasa dan aroma, terdapat juga sensasi lain, seperti pedas dari cabai, dingin dari mentol, atau karbonasi dari minuman bersoda. Semua itu turut membentuk kenikmatan saat mengonsumsi sebuah produk pangan.
Mengapa Flavor Menentukan Daya Tarik Produk Pangan?
Konsumen pada dasarnya lebih mengutamakan rasa yang enak dibandingkan kandungan gizinya saat memilih makanan. Hal inilah yang membuat flavor sangat berperan dalam menentukan ketertarikan konsumen terhadap suatu produk. Dua produk dengan bahan dasar yang sama dapat memiliki tingkat kesukaan yang jauh berbeda hanya karena perbedaan flavor antarproduk.
Dalam industri pangan, flavor menjadi penentu identitas sekaligus daya tarik utama suatu produk. Flavor yang sesuai dengan selera konsumen akan menimbulkan kesan pertama yang baik dan mendorong pembelian ulang. Sebaliknya, meskipun kemasan menarik, produk dengan flavor yang kurang disukai cenderung sulit bertahan di pasaran.
Sumber Flavor pada Produk Pangan
Flavor pada produk pangan dapat berasal dari bahan alami maupun dari bahan sintetis. Flavor alami berasal langsung dari bahan pangan, seperti buah, rempah, sayur, daging, atau hasil proses alami seperti fermentasi. Contohnya, aroma harum pada pandan, jahe, kopi, atau keju.
Sementara itu, flavor sintetis adalah zat penambah cita rasa buatan yang dibuat melalui reaksi kimia tanpa menggunakan bahan dasar alami. Bahan-bahan ini biasanya berasal dari senyawa kimia sederhana hasil olahan minyak bumi, alkohol, asam organik, dan zat kimia pangan lain yang aman digunakan.
Baik flavor alami maupun buatan, keduanya tetap harus memenuhi standar keamanan pangan sebelum digunakan. Dengan penggunaan yang sesuai aturan, keduanya aman untuk dikonsumsi.
Pengaruh Proses Pengolahan terhadap Flavor
Flavor tidak hanya ditentukan oleh bahan baku, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh cara pengolahan. Proses pemanasan, seperti merebus, menggoreng, memanggang, atau menyangrai, dapat menghasilkan flavor baru yang lebih kuat.
Salah satu contohnya adalah aroma harum pada roti panggang, sate, atau daging bakar. Aroma tersebut muncul karena terjadinya reaksi antara gula dan protein saat dipanaskan (Reaksi Maillard). Proses fermentasi juga menghasilkan flavor khas, seperti pada tempe, tapai, yoghurt, dan keju.
Peran Flavor dalam Persaingan Produk di Pasaran
Di tengah persaingan produk pangan yang sangat ketat, flavor menjadi faktor pembeda utama antarproduk. Banyak produk pangan memiliki fungsi dan kandungan gizi yang serupa, tetapi yang paling disukai konsumen biasanya adalah yang memiliki flavor terbaik.
Sebelum sebuah produk pangan dipasarkan, industri biasanya melakukan uji coba rasa terlebih dahulu. Produk akan dicicipi oleh sejumlah orang (panelis) untuk menilai rasa, aroma, dan tingkat kesukaannya. Hasil penilaian inilah yang digunakan sebagai dasar apakah produk sudah siap dipasarkan atau masih perlu disempurnakan.
Munculnya varian baru, seperti rasa matcha, taro, salted caramel, hingga balado merupakan bukti bahwa inovasi flavor sangat digemari dan mampu meningkatkan daya tarik produk di mata konsumen, terutama generasi muda.
Dengan demikian, flavor adalah salah satu kunci utama yang menentukan apakah suatu produk pangan akan disukai atau tidak disukai konsumen. Flavor tidak hanya berkaitan dengan rasa di lidah, tetapi juga melibatkan aroma, sensasi di dalam mulut, serta kesan emosional yang menyertai ketika mengonsumsi makanan atau minuman.
Melalui pemilihan bahan yang tepat, proses pengolahan yang baik, serta penggunaan perisa yang aman, flavor dapat dioptimalkan untuk menciptakan produk yang tidak hanya bergizi, tetapi juga lezat dan menarik.
Jadi, Kawan GNFI, setiap kali kita menikmati makanan favorit, ingatlah bahwa di balik kelezatannya, ada peran besar flavor sebagai kunci daya tarik produk pangan.
Referensi:
- Pardede, D. E., Febrianti, D., dan Putri, R. M. S. 2020. Karakteristik Organoleptik Flavor Alami dari Air Rebusan Kepala Ikan Tongkol (Euthynnus Affinis). Jurnal Teknologi Pertanian. Vol. 9(2): 43-52.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News