Ada masa ketika sponsorship dianggap sebagai cara paling aman untuk membangun citra perusahaan. Logo terpampang, dana mengalir, acara berjalan, semua senang. Namun hari ini, lanskap itu berubah drastis.
Generasi muda Indonesia terutama Gen Z menjadikan setiap bentuk kolaborasi lebih dari sekadar urusan transaksi. Sponsorship kini diuji oleh sesuatu yang lebih penting: nilai dan integritas.
Fenomena itu terlihat jelas dalam polemik kehadiran PT. Freeport Indonesia sebagai sponsor Pestapora 2025. Sebuah logo di poster acara ternyata memicu diskusi yang jauh lebih besar: tentang etika, keberlanjutan, dan konsistensi nilai.
Sponsorship yang Kini Melibatkan “Pihak Ketiga”: Publik
Dulu, hubungan sponsorship sederhana yaitu antara perusahaan dan penyelenggara event. Kini hadir pemain yang lebih menentukan yaitu audiens.
Merek apa pun yang masuk ke ruang budaya anak muda harus bersiap menghadapi komunitas yang kritis, vokal, dan peka terhadap isu sosial. Mereka bukan hanya penonton, tetapi penjaga nilai bahkan penentu apakah sebuah kolaborasi layak diteruskan atau tidak.
Dalam penelitian kuantitatif yang penulis lakukan kepada para pengikut Instagram @pestapora, terlihat pola yang menarik, yaitu isu lingkungan menjadi faktor paling berpengaruh dalam menentukan diterima atau tidaknya sebuah sponsor. Ketika reputasi lingkungan perusahaan dianggap negatif, efektivitas sponsorship menurun drastis.
Sponsorship kini bekerja bukan dalam “ruang hening”, tetapi dalam ruang tempat opini publik bersuara keras.
Gen Z: Peduli, Kritis, dan Tidak Bisa Dibeli dengan Panggung Besar
Dengan lebih dari 108 juta pengguna Instagram di Indonesia, sebagian besar berusia muda, suara Gen Z membentuk percakapan digital secara cepat dan masif. Mereka tumbuh dengan kesadaran ekologis, terbiasa membaca isu, dan tidak ragu mempertanyakan sumber pendanaan sebuah acara.
Ketika mereka melihat logo Freeport di poster Pestapora, pertanyaan yang muncul sederhana:
Apakah ini selaras?
Dan bagi banyak dari mereka, jawabannya tidak.
Generasi ini ingin hiburan yang tidak mengkhianati nilai yang mereka pegang: keberlanjutan, transparansi, dan etika.
Freeport dan Luka Reputasi yang Belum Pulih
Terlepas dari kontribusi Freeport pada ekonomi negara atau perbaikan yang tengah dilakukan, publik masih menyimpan memori panjang tentang persoalan lingkungan di Papua. Luka reputasi ini tidak mudah hilang hanya karena hadir di festival musik populer.
Sponsorship yang diharapkan memperbaiki citra justru memunculkan kembali diskusi lama. Ini menunjukkan satu hal penting: Citra lingkungan tidak bisa “ditutup” dengan panggung konser ia harus diperbaiki dengan tindakan nyata.
Penyelenggara Event: Ketika Integritas Diutamakan dari Kontrak
Keputusan penyelenggara Pestapora memutus kontrak adalah langkah berani. Di tengah kebutuhan besar akan dana, mereka memilih mendengar suara komunitas. Langkah ini menjadi preseden bahwa event bukan hanya ruang komersial, tetapi juga ruang nilai yang perlu dijaga.
Festival musik hari ini adalah bagian dari identitas anak muda. Ketika sponsor tidak selaras, penyelenggara punya tanggung jawab moral untuk berkata tidak dan Pestapora telah melakukannya.
Ini kabar baik bagi ekosistem event Indonesia sebab integritas mulai menjadi standar baru.
Pelajaran Penting bagi Korporasi
Kasus ini mengajarkan perusahaan beberapa hal penting:
- Reputasi tidak bisa dibeli apalagi disulap lewat publikasi logo.
- Generasi muda lebih menghargai transparansi daripada pencitraan.
- Kolaborasi yang kuat membutuhkan kesesuaian nilai, bukan sekadar kecukupan anggaran.
- Media sosial ibarat amplifier moral sekali dipicu, sulit dihentikan.
Perusahaan perlu melampaui PR tradisional. Yang diperlukan adalah rekonsiliasi publik, komitmen keberlanjutan yang sungguh-sungguh, dan langkah konkret memperbaiki dampak sosial maupun lingkungan.
Menuju Sponsorship yang Lebih Beretika dan Berkelanjutan
Sponsorship bukan konsep yang using ia tetap relevan. Namun masa depannya harus lebih beretika, lebih transparan, dan lebih menghargai aspirasi publik.
Generasi muda Indonesia tidak sedang “menghalangi” perusahaan; mereka justru membuka peluang baru: peluang untuk menjadi lebih bertanggung jawab, lebih adaptif, dan lebih selaras dengan masa depan yang ingin mereka bangun.
Jika perusahaan ingin masuk ke ruang kreatif anak muda, mereka perlu datang dengan nilai yang tepat.
Jika ingin didengar, mereka harus siap mendengarkan.
Jika ingin diterima, mereka harus berani berubah.
Pestapora telah memberi pelajaran yang sangat penting yaitu dalam dunia sponsorship hari ini, publiklah yang memegang panggung utama.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News