skola lipu jembatan pendidikan dan kearifan lokal bagi masyarakat adat sulawesi tengah - News | Good News From Indonesia 2025

Skola Lipu: Jembatan Pendidikan dan Kearifan Lokal Bagi Masyarakat Adat Sulawesi Tengah

Skola Lipu: Jembatan Pendidikan dan Kearifan Lokal Bagi Masyarakat Adat Sulawesi Tengah
images info

Skola Lipu: Jembatan Pendidikan dan Kearifan Lokal Bagi Masyarakat Adat Sulawesi Tengah


Kawan GNFI, minimnya akses pendidikan di wilayah 3T menyebabkan kemampuan calistung (baca, tulis, hitung) yang merupakan kemampuan dasar, sulit dikuasai untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi masyarakat adat.

Kehadiran sekolah saja, rasanya cukup sulit apalagi para guru yang bersedia mengajar juga jarang ditemukan karena akses pendidikan di wilayah 3T ini masih belum merata.

Bagi masyarakat adat, kehadiran sekolah menjadi hal yang dinantikan karena kita tahu bahwa komunitas adat di Indonesia sejak kemerdekaan sampai sekarang masih minim sekolah formal.

Dunia pendidikan di komunitas terpencil ini, rasanya masih terabaikan. Seperti di dua Kabupaten Sulawesi Tengah, yakni Tajo Una-una dan Morowali dengan komunitas adat yang hidup di kawasan hutan lindung, terasing, jauh dari hiruk pikuk perkotaan.

Fasilitas pendidikan sebagaimana di perkotaan, lazimnya bagi anak pedalaman menjadi hal yang langka untuk mengenyam pendidikan dan meraih mimpinya.

Untungnya, ada inisiatif dari Yayasan Merah Putih Indonesia yang hadir membantu ketertinggalan ini dengan mendirikan sekolah non-formal meskipun fasilitas seadanya, tapi berdampak pada kualitas hidup masyarakat adat di sekitarnya.

Skola Lipu namanya, bagi masyarakat adat Tau Taa Wana di Sulawesi Tengah dan dalam bahasa daerah berarti ‘sekolah kampung’ menjadi pintu bagi masyarakat pedalaman untuk mengenyam pendidikan meski non-formal, seadanya, dan dekat dengan alam.

Sekolah yang hadir ala kadarnya, dinding dari anyaman bambu, kadang berdiri di alam terbuka dan menyatu dengan asrinya alam menjadi fasilitas masyarakat adat dalam menggantungkan cita-cita mereka.

Anak-anak di Sulawesi Tengah ini memang pernah bersekolah umum, tapi jarak dan keterbiasaan mereka jadi kendala untuk benar-benar merasakan dunia pendidikan yang layak.

Untuk bersekolah di sekolah formal rata-rata mereka harus berjalan kaki satu sampai dua hari di mana hanya satu desa dengan jarak 3 km dari kampung pedalaman ini.

Selain itu, dikenal sebagai masyarakat pedalaman, anak masyarakat adat Tau Taa Wana memiliki keterbiasaan dengan membawa bambu dan anak busur yang ditiupkan.

Hal ini menjadikan para guru di sekolah formal perlu menegur mereka karena dianggap melanggar aturan sekolah dengan adanya alat tradisional ini yang mengganggu aktivitas pembelajaran.

Antara jarak, waktu, dan kebiasaan yang sulit ditinggalkan ini menjadikan anak masyarakat adat Tau Taa Wana ini menyerah untuk lanjut bersekolah di sekolah formal hingga akhirnya tak mungkin untuk bersekolah dan bahkan mereka memilih untuk berhenti sekolah.

baca juga

Skola Lipu Hadir jadi Jembatan Pendidikan di Pedalaman Sulawesi Tengah

Proses Pembelajaran di Skola Lipu Pedalaman Sulawesi Tengah | Foto: Instagram/skolalipu
info gambar

Proses Pembelajaran di Skola Lipu Pedalaman Sulawesi Tengah | Foto: Instagram/skolalipu


Berbeda dengan sekolah formal pada umumnya, Skola Lipu tidak terdaftar di pemerintah, tidak memiliki sistem kelas, dan tidak menggunakan seragam.

Skola Lipu hanya mengenal dua kelompok pendidikan, yakni kelompok dasar untuk mengentaskan buta aksara dan kelompok lanjutan untuk pembelajaran dalam pengetahuan umum.

Meski berbeda dari sekolah formal biasa, Skola Lipu mampu meningkatkan semangat belajar anak adat Tau Taa Wana untuk kembali mendapatkan pendidikan di wilayah adat mereka, tanpa harus pergi jauh ke desa lainnya dan disesuaikan dengan kebutuhan di wilayah adatnya.

Sistem belajar di Skola Lipu sangat unik, dalam sepekan, jadwal belajar harus ditentukan bersama. Mereka belajar selama 4 hari dengan durasi 3 sampai 4 jam khusus untuk kelas membaca dan menghitung.

Yayasan Merah Putih menyediakan empat guru yang berasal dari masyarakat pedalaman, dan mereka dipilih serta dibimbing untuk menjadi fasilitator dalam proses belajar anak-anak di pedalaman.

Kehadiran Skola Lipu ini membawa perubahan dalam dimensi pendidikan masyarakat adat di Sulawesi Tengah. Selain membaca dan menulis, mereka juga diajarkan langsung di Navu (kebun) tentang teknik menghitung hingga diperkenalkan metode pemberdayaan dalam pertanian.

Hal ini menjadi sarana praktis dalam proses pembelajaran yang dekat dengan alam dan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Model pendidikan yang fleksibel serta sesuai dengan karakteristik lingkungannya menjadikan Skola Lipu sebagai pendidikan informal alternatif, tanpa gedung khusus, guru lokal, dan murid yang tidak berseragam yang selaras dengan alam lingkungannya.

Skola Lipu tidak sekadar memenuhi kewajiban baca, tulis, dan berhitung, tetapi juga menjadi sekolah dengan pendidikan berbasis komunitas dalam masyarakat adat Tau Taa Wana untuk mengembangkan kemandirian komunitas dengan mengembangkan nilai budaya, kearifan lokal, adat istiadat, dan pelestarian lingkungan.

Kini, hadirnya Skola Lipu membuat masyarakat adat Tau Taa Wana mampu untuk tetap hidup dalam harmoni alam dan didukung dengan kemampuan pendidikan. Setiap ruang di wilayah adat kini menjadi tempat belajar bagi mereka.

baca juga

Dalam kearifan lokalnya pun, masyarakat adat Tau Taa Wana memiliki filosofi yang unik yakni gunung adalah badan atau kehidupan sementara, sungai adalah jiwa. Mereka tidak ingin merusak hutan dan sungai karena berarti akan merusak badan dan jiwa mereka.

Dan dengan adanya Skola Lipu, nilai lokal masyarakat tidak hilang, justru menjadi alternatif pendidikan bagi mereka untuk mandiri, menggali dan memahami nilai kearifan lokal melalui pendidikan keaksaraan sekaligus melestarikan alam.

Inspiratif sekali, ya, Kawan GNFI!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RS
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.