karmin pewarna rahasia di balik pesona lipstik merah - News | Good News From Indonesia 2025

Karmin: Pewarna Rahasia di Balik Pesona Lipstik Merah

Karmin: Pewarna Rahasia di Balik Pesona Lipstik Merah
images info

Karmin: Pewarna Rahasia di Balik Pesona Lipstik Merah


Lipstik merah selalu menjadi ikon kecantikan yang tidak lekang oleh waktu. Dari zaman Cleopatra hingga era modern, warna merah di bibir dianggap sebagai simbol keberanian, keanggunan, dan daya tarik yang kuat.

Namun, Kawan GNFI, di balik pesona warnanya yang menawan, siapa sangka terdapat fakta menarik yang jarang diketahui banyak orang?

Warna merah cerah pada sebagian lipstik ternyata tidak hanya berasal dari pewarna sintetis, tetapi juga bisa berasal dari bahan alami yang disebut karmin, yaitu pigmen merah yang dihasilkan dari serangga kecil bernama cochineal.

Apa itu Karmin?

Secara umum, pewarna yang digunakan pada lipstik berfungsi untuk memberikan tampilan warna yang menarik. Pigmen dalam lipstik dapat berasal dari pigmen anorganik maupun senyawa kimia organik sintetis (dye). Menurut Zakia et al. (2023), beberapa jenis pigmen yang sering digunakan antara lain besi oksida, titanium dioksida, komposit mika–TiO₂, bismuth oksiklorida, merah karmin, serta pewarna organik sintetis seperti FD&C atau D&C, yang banyak digunakan dalam berbagai produk kosmetik, termasuk lipstik.

Dilansir dari National Center for Biotechnology Information, karmin merupakan pigmen berwarna merah atau merah keunguan yang berasal dari serangga Coccus cacti L. Pigmen ini digunakan tidak hanya dalam produk kosmetik, tetapi juga dalam makanan, produk farmasi, danproduk perawatan tubuh (toiletries) sebagai bahan pewarna yang aman digunakan.

Menurut Ulum dan Huda (2023), asam karminat atau karmin banyak digunakan pada produk kosmetik seperti lipstik, bedak, pewarna rambut, serta produk perawatan lain seperti sampo dan lotion. Selain itu, karmin juga sering ditambahkan dalam produk pangan olahan dan kemasan untuk mempercantik tampilan, seperti es krim, susu kemasan, yoghurt, dan makanan ringan anak-anak.

Di Indonesia, penggunaan karmin sebagai pewarna makanan dan minuman banyak ditemukan pada produk susu kemasan, yoghurt, permen, jelly, snack, dan berbagai produk pangan lainnya. Hal tersebut tidak terlepas dari fakta bahwa penggunaan pewarna karmin telah memperoleh izin edar dan dinyatakan aman dikonsumsi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Proses Pembuatan Karmin

Senyawa ini diperoleh melalui proses ekstraksi dari serangga betina cochineal yang telah dikeringkan, yang berasal dari wilayah tropis dan subtropis di Amerika, terutama Peru dan Meksiko. Untuk menghasilkan pewarna, serangga cochineal yang dipanen akan disortir, dibersihkan, kemudian dikeringkan secara tradisional. Setelah itu, serangga yang telah kering ditumbuk atau digiling menjadi bubuk halus yang selanjutnya digunakan sebagai zat pewarna alami.

Karmin dianggap lebih unggul dibandingkan banyak pewarna alami lainnya karena memiliki kestabilan yang baik terhadap panas dan menghasilkan warna merah pekat, sehingga lebih efisien untuk produksi skala besar. Keunggulan lain karmin adalah daya tahannya yang tinggi, sehingga warna tidak mudah pudar. Karmin juga dinilai lebih aman dibandingkan sebagian pewarna sintetis yang menimbulkan kekhawatiran terkait dampak kesehatan.

Status Kehalalan Karmin

Dilansir dari LPPOM MUI, meskipun Fatwa MUI telah menetapkan bahwa penggunaan cochineal sebagai pewarna makanan diperbolehkan (halal) selama memberikan manfaat dan tidak menimbulkan bahaya, keberadaan karmin tetap menimbulkan perdebatan. Kontroversi tersebut muncul setelah Lembaga Bahtsul Masail (LBM) NU Jawa Timur merilis pernyataan bahwa pewarna dari karmin adalah najis dan menjijikkan.

Kini, Komisi Fatwa MUI telah menetapkan status halal bagi karmin dan BPJPH resmi menerbitkan sertifikat halalnya. Dari sisi keamanan pangan, produk yang mengandung karmin juga telah mendapatkan izin edar dari BPOM sehingga dinilai aman untuk dikonsumsi masyarakat.

Karmin Tetap Menjadi Pilihan Utama

Karmin sulit tergantikan karena memiliki karakteristik warna yang kuat, pekat, dan tahan lama. Bahkan di era modern, banyak merek kosmetik premium tetap memilih karmin alami untuk menjaga kualitas serta memberikan kesan elegan dan klasik pada produknya. Tidak hanya itu, sejumlah produsen lokal juga memanfaatkannya sebagai bentuk penghargaan terhadap bahan alami tradisional, sekaligus membuktikan bahwa pesona keindahan alami tetap relevan dan diminati hingga sekarang.

Karmin bukan sekadar pewarna yang mempercantik tampilan lipstik, tetapi juga mencerminkan eratnya hubungan manusia dengan alam. Dari tubuh serangga kecil yang hidup di kaktus hingga akhirnya menghiasi produk kosmetik mewah, karmin membawa cerita panjang tentang bagaimana keajaiban alam dapat memberi kontribusi penting bagi kecantikan modern.

Saat mengoleskan lipstik merah dan merasakan percaya diri dari kilau warnanya, ingatlah bahwa karmin lebih dari sekadar pewarna, tetapi representasi dari perpaduan nilai sejarah, unsur alam, dan kreativitas manusia yang menghasilkan warna merah yang memikat.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FA
KG
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.