Sekitar pukul empat sore, saya menuju Kampung Sarkanjut yang terletak di Desa Dungusiku, Kecamatan Leuwigoong. Perjalanan ditempuh melalui jalan perkampungan di samping Situ Cangkuang.
Tujuan saya sederhana: ingin melihat kondisi terkini Situ Sarkanjut, danau yang dikenal memiliki cerita unik dan kerap dikaitkan dengan hal-hal yang berhubungan dengan “kejantanan pria” oleh sebagian warga.

Seorang anak yang menunujukan makam embah Sura/Foto : Youtube Agus Kusdinar (Dok. Pribadi)
Sesampainya di lokasi, saya bertemu seorang anak yang sedang bersepeda. Saya langsung bertanya arah menuju tepi danau.
Dengan ramah, anak itu menunjukkan jalan hingga saya bisa berada tepat di pinggir Situ Sarkanjut. Ia juga menunjuk keberadaan makam Embah Sura, yang terletak di bawah pepohonan besar dan memiliki aura sedikit angker.
Nama “Sarkanjut” sendiri kerap disingkat warga menjadi “SKJ”, dan sering disalahartikan. Padahal, Sarkanjut bukan berasal dari istilah alat vital pria. Kata “kanjut” dalam bahasa setempat berarti tempat menyimpan benda pusaka.
Asal-Usul Situ Sarkanjut

Makam Eyang Embah Sura Adipraja/Youtube : Agus Kusdinar (Dok. Pribadi)
Di Kampung Sarkanjut, terdapat kawasan yang kini dikembangkan sebagai Desa Wisata Sarkanjut. Lokasinya tak jauh dari Jalan Raya Leles dan Cagar Budaya Candi Cangkuang.
Pusat daya tariknya adalah sebuah danau luas dengan sebuah makam keramat di sampingnya: makam Eyang Sura Adipraja.
Menurut warga, Eyang atau Embah Sura Adipraja merupakan seorang pejabat setingkat camat di wilayah Cianjur pada masanya. Ia dikenal menolak memberikan upeti kepada Belanda, sehingga memilih hijrah ke Garut dan menetap di kawasan ini.
Dengan kesaktiannya, Mbah Sura kemudian membuat sebuah danau yang kini dikenal sebagai Situ Sarkanjut, dibantu oleh masyarakat setempat. Versi sejarah yang lebih kuat menyebut bahwa danau ini sudah ada sejak sekitar abad ke-17.
Versi Mitos dan Cerita Rakyat
Selain versi sejarah, warga Kampung Sarkanjut juga memiliki kisah yang jauh lebih kental nuansa spiritual. Mereka meyakini bahwa nama Sarkanjut berkaitan dengan ilham atau kesaktian Mbah Sura yang “berhubungan dengan simbol kejantanan pria”. Kesaktian itu diyakini digunakan untuk melindungi warga dari ancaman penjajah.
Situ Sarkanjut juga dipercaya dijaga oleh makhluk-makhluk gaib. Beberapa mitos yang masih dipercayai masyarakat antara lain:
Siluman ular bernama Si Keling, yang diyakini tinggal di tengah situ.
Siluman kerbau bernama Si Dongkol, yang disebut kerap menampakkan diri ketika hujan besar.
Cerita-cerita ini menambah kesan mistis sekaligus memperkaya tradisi lisan masyarakat sekitar.
Peran Situ Sarkanjut Hari Ini

Situ Sarkanjut Leuwigoong-Garut/Foto : Dok. Pribadi (Agus Kusdinar)
Kini, Situ Sarkanjut tidak hanya menjadi tempat memancing bagi warga, tetapi juga berfungsi sebagai lumbung air yang mengairi area persawahan di sekitarnya. Kondisinya terus berkembang seiring meningkatnya perhatian dari warga maupun wisatawan lokal.
Sementara itu, makam Eyang Sura yang berada di bawah pepohonan besar menjadi salah satu titik penting. Makam ini dianggap keramat dan sering diziarahi warga setempat, bahkan oleh peziarah dari luar daerah.
Lokasinya menjadi pengingat bahwa keberadaan Situ Sarkanjut tidak terlepas dari peran seorang tokoh yang mewariskan sejarah, budaya, dan mitos kepada generasi berikutnya.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News