turun tangan festival 2025 gerakkan ribuan orang muda untuk kolaborasi dan dorong perubahan - News | Good News From Indonesia 2025

Turun Tangan Festival 2025 Gerakkan Ribuan Orang Muda untuk Kolaborasi dan Dorong Perubahan

Turun Tangan Festival 2025 Gerakkan Ribuan Orang Muda untuk Kolaborasi dan Dorong Perubahan
images info

Turun Tangan Festival 2025 Gerakkan Ribuan Orang Muda untuk Kolaborasi dan Dorong Perubahan


Ribuan anak muda dari berbagai daerah memenuhi area Taman Ismail Marzuki sejak pagi untuk menghadiri Turun Tangan Festival (TT Fest) 2025, festival kerelawanan dan kepemimpinan yang digagas Gerakan TurunTangan.

Tahun ini, TT Fest menghadirkan berbagai sesi diskusi, kelas kapasitas, pameran komunitas, hiburan, hingga ruang kolaborasi bagi komunitas akar rumput dari seluruh Indonesia.

Sesi puncak dari acara ini adalah Kelas Kebangsaan yang menghadirkan Anies Baswedan, Founder TurunTangansebagai pembicara. Kelas Kebangsaan menjadi ruang refleksi sekaligus dorongan bagi peserta yang didominasi orang muda untuk terlibat lebih aktif dalam urusan sosial, lingkungan, pendidikan, hingga isu demokrasi di daerah mereka masing-masing.

Dalam forum ini, Anies menyoroti pentingnya keterlibatan warga yang memilih turun tangan, terutama generasi muda, dalam menjaga kualitas demokrasi Indonesia.

“Bangsa ini besar bukan karena kekuatan pemimpinnya, tetapi karena kepedulian warganya. Demokrasi kita akan tumbuh bukan di ruang-ruang kekuasaan, tetapi di tangan anak-anak muda yang setiap hari memilih untuk peduli, memilih untuk terlibat, dan memilih untuk turun tangan. Indonesia itu bukan proyek elite melainkan karya bersama warga yang mau bergerak.”

Membangun infrastruktur kerelawanan

Dalam paparannya, Anies menyoroti pentingnya memberlakukan kerelawanan sebagai infrastruktur kebangsaan bukan hanya sambilan. Ia juga menekankan perlunya kebijakan yang mampu memastikan relawan berkelanjutan, terhubung, dan berdampak nyata pada perubahan sosial maupun kebijakan publik.

“Kerja relawan selama ini sering dianggap ekstra, bukan strategi pembangunan bangsa. Jika kerelawanan diakui sebagai infrastruktur sosial, maka kita harus merancang cara kerja relawan agar berkelanjutan, terhubung, dan memiliki daya ubah yang nyata untuk kebijakan. Negara harus membuka pintu kolaborasi, dan kita merancang cara kerja relawan yang kokoh serta berkesinambungan. Republik ini dibangun melalui semangat gotong royong. Relawan pada hakikatnya adalah warga yang mengurus sesama. Mereka senantiasa menjalankan politik dalam bentuknya yang paling mulia, yaitu mengatur kehidupan bersama,” ujarnya.

Selain Kelas Kebangsaan, TT Fest 2025 menghadirkan Kelas Demokrasi, Indonesia Volunteer Outlook 2026, hingga ruang unik yang mempertemukan peserta dan komunitas lintas daerah dengan korporasi CSR untuk buka peluang kolaborasi nyata.

Dalam Indonesia Volunteer Outlook, para pembicara menegaskan bahwa kerelawanan, terutama yang digerakkan anak muda, memegang peran penting dalam membentuk masa depan Indonesia. Dari perspektif akademisi, aktivitas relawan terbukti membentuk karakter sosial generasi muda. Bahkan dari perspektif , potensi relawan kini semakin besar, bukan hanya dalam penggalangan sumber daya, tetapi juga dalam implementasi program lapangan yang berdampak langsung bagi masyarakat.

Antusias Orang Muda pada Penyelenggaraan TTFest

Suasana festival diwarnai pertukaran gagasan, pertemuan komunitas, serta inisiatif bersama yang lahir secara spontan di area networking. Antusiasme pengunjung menunjukkan tingginya minat anak muda terhadap isu-isu kebangsaan, kepemimpinan, dan gerakan sosial, terutama yang memberikan ruang praktik dan kolaborasi nyata.

Herry Dharmawan, Ketua Gerakan TurunTangan menegaskan bahwa festival ini merupakan bukti nyata semangat kemandirian dan kolaborasi gerakan akar rumput.

“TT Fest adalah ruang di mana anak muda dari seluruh Indonesia datang bukan hanya untuk belajar, tapi untuk terhubung dan bergerak bersama. Energi kolektif ini membuktikan bahwa anak muda tidak apatis. Mereka butuh ruang, bukan sekadar ajakan. Festival ini menunjukkan besarnya energi kolaborasi dari akar rumput,” ujarnya.

Gerakan TurunTangan sendiri telah berkembang sebagai gerakan kepemudaan yang mendorong lahirnya pemimpin masa depan Indonesia. Sejak 2013, ribuan relawan muda di lebih dari 100 kota/kabupaten di Indonesia telah bergerak melalui berbagai aksi sosial, pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat.

Turun Tangan Festival 2025 menonjolkan kolaborasi besar-besaran dari berbagai ekosistem, antara lain melibatkan lebih dari 30 komunitas dan organisasi kerelawanan & kepemudaan, menghadirkan 50 mitra strategis dari koperasi, akademisi, media, dan lembaga sosial, hingga mengajak 111 TurunTangan Daerah dari seluruh Indonesia. Kegiatan ini sekaligus dilakukan dalam rangka merayakan International Volunteer Day bersama ratusan anak muda melalui edukasi, gelar karya, dan aksi serentak.

Salah satu Relawan TurunTangan asal Papua Barat Daya, Kabupaten Maybrat bernama Ismail Fatie menyatakan ingin menyebarkan semangat perubahan yang dibawa TurunTangan ke lingkungannya.

“Datang ke Jakarta, mengikuti TurunTangan Festival membuat saya sadar bahwa semangat anak muda itu sama, meski kami berasal dari tempat yang jauh. Atmosfernya hangat, dan saya merasa bagian dari gerakan ini. Saya pulang ke Maybrat dengan harapan sederhana, mengajak lebih banyak teman untuk ikut TurunTangan. Tidak harus besar, yang penting kami mulai dari hal yang dekat dengan kehidupan kami. Dari proses itu, saya percaya gerakan bisa tumbuh pelan-pelan, dan anak muda di Maybrat punya peran untuk membangun perubahan itu.”

Anies Baswedan menegaskan bahwa TurunTangan harus melampaui penyelenggaraan event kebaikan dan berkembang menjadi “sekolah kader warga” yang melahirkan generasi dengan keberanian moral, kemampuan mengorganisir, serta komitmen bekerja bersama komunitas.

“TurunTangan tidak boleh berhenti jadi penyelenggara event kebaikan, melainkan menjadi sekolah untuk memunculkan kader warga, melahirkan generasi yang memiliki keberanian moral, kemampuan mengorganisir, serta komitmen bekerja bersama komunitas. Festival, kelas, dan aksi sosial adalah pintu masuk untuk membangun gerakan warga yang berdaya dan terhubung dengan ruang-ruang pengambilan keputusan. Inspirasi bergerak, aksi berdampak, jadikan itu janji harian. Perubahan dimulai ketika warga biasa memutuskan untuk turun tangan menjaga republik ini,” tutupnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.