Stasiun Tanjung Balai (TNB) adalah sebuah stasiun kelas II yang berada di daerah pesisir Sumatra Utara. Stasiun ini juga merupakan titik paling ujung atau terminus di jalur kereta api pantai timur Sumatra.
Terletak di Teluk Nibung, Kota Tanjung Balai, Sumatra Utara, Stasiun Tanjung Balai dikelola oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) Divisi Regional (Divre) I Sumatra Utara. Stasiun ini sudah berdiri lebih dari satu abad dan masih eksis hingga saat ini untuk mendukung mobilitas masyarakat pesisir Sumatra Utara.
Stasiun ini didirikan pada tahun 1915 oleh Deli Spoorweg Maatschappij (DSM). Dahulu, stasiun ini merupakan simpul penting untuk mengangkut hasil pertanian dan perkebunan unggulan di Sumatra Utara, seperti kelapa sawit dan karet, untuk dikirim dari Pelabuhan Teluk Nibung dan diekspor ke Eropa.
Stasiun Kecil yang Terus Hidup
Meskipun sudah “hidup” dengan usia yang tua, Stasiun Tanjung Balai tetap berperan penting bagi kehidupan masyarakat sekitar. Kereta ini menghubungkan Medan ke Tanjung Balai dan sebaliknya.
Saat ini, hanya ada satu kereta api yang melayani perjalanan melalui stasiun ini, yakni Kereta Api Putri Deli. Dalam sehari, kereta ini melayani tiga kali perjalanan dan menempuh sekitar 175 km dengan estimasi waktu perjalanan empat jam lebih.
Kereta api tersebut merupakan kereta api kelas ekonomi dengan tipe kursi saling berhadapan. Dari segi fasilitas dan isi kereta, kurang lebih sama dengan kereta ekonomi subsidi lainnya.
Harga tiketnya pun sangat terjangkau. Dari Stasiun Tanjung Balai menuju Stasiun Medan, biayanya hanya Rp27.000. Tarif ini juga berlaku untuk perjalanan dari sisi sebaliknya.
Kereta paling awal yang berangkat dari Tanjung Balai adalah pukul 08.15 WIB dan tiba di Medan pukul 12.23 WIB. Sementara itu, jam paling malamnya adalah pukul 19.40 WIB dan tiba pukul 23.55 WIB.
Namun, dari arah Medan ke Tanjung Balai, keberangkatan paling awal keretanya sedikit lebih pagi, yakni pada pukul 07.15 WIB. Di sisi lain, keberangkatan paling malamnya adalah pukul 19.05 dan tiba di Tanjung Balai pada jam 23.07 WIB.
Melansir dari akun Instargram @keretadeli, Stasiun Tanjung Balai dulunya sempat memiliki roundhouse atau los bunder, menara air, dan turntable alias meja putar. Namun, sudah sangat lama sejak prasarana pendukung tersebut terakhir dioperasikan.
Kini, bangunan los bunder dan menara airnya sudah dipisahkan oleh dinding tembok. Area sekitarnya sudah ditimbun dan hanya menyisakan kenangan saja. Meskipun demikian, bekasnya masih terlihat di beberapa titik.
Stasiun Tanjung Balai dilengkapi dengan berbagai fasilitas umum, seperti toilet, ruang tunggu, kios makanan dan minuman, tempat parkir, mesin Check-In Counter (CIC), dan loket.
Merangkum dari rilis PT KAI, jumlah keberangkatan penumpang di Stasiun Tanjung Balai merupakan yang paling besar ketiga di kawasan Sumatra Utara. Tak hanya itu, stasiun ini juga menjadi stasiun ketiga dengan volume kedatangan penumpang tertinggi di Divre I Sumut.
Per Juli hingga September 2025, tercatat KA Putri Deli relasi Medan-Tanjung Balai (PP) sukses mengangkut 326.888 penumpang.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News