CERITA KOTA | Di antara ratusan buku yang diperkenalkan dalam Taklimat Kebahasaan dan Kesastraan Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Barat, satu judul mencuri perhatian karena kesederhanaan ceritanya yang sarat makna: “Si Itam yang Cantek.” Buku cerita anak ini menjadi salah satu wujud nyata upaya pelestarian bahasa daerah sekaligus penanaman nilai karakter sejak usia dini.
Si Itam yang Cantek mengisahkan seekor ulat bulu yang tumbuh dengan rasa tidak percaya diri. Warna tubuhnya yang gelap dan penampilannya yang dianggap kurang menarik membuat Si Itam merasa berbeda dari lingkungan sekitarnya.
Ia kerap memandang dirinya rendah, tanpa menyadari bahwa terdapat keindahan dalam dirinya yang selama ini terabaikan. Melalui alur cerita yang sederhana dan bahasa yang dekat dengan keseharian anak-anak, pembaca diajak memahami bahwa keindahan tidak selalu hadir dalam rupa yang tampak, serta bahwa setiap makhluk memiliki keunikan dan nilai yang patut dihargai.
Pesan tentang penerimaan diri dan empati disampaikan secara lembut, menjadikan cerita ini relevan untuk pembaca lintas usia. Buku ini disajikan dalam dua bahasa, yakni Bahasa Melayu Pontianak dan Bahasa Indonesia, yang dapat diakses secara daring melalui link https://s.id/PemanfaatanBuku2025.
Penyajian dwibahasa tersebut tidak hanya memperkaya pengalaman membaca, tetapi juga menjadi sarana pembelajaran bahasa ibu yang kontekstual. Anak-anak diperkenalkan pada bahasa daerah melalui cerita yang menyenangkan dan mudah dipahami.
Baca Selengkapnya

