262 spesies baru kupu kupu dunia teridentifikasi satu dari kalimantan - News | Good News From Indonesia 2025

262 Spesies Baru Kupu-Kupu Dunia Teridentifikasi, Satu dari Kalimantan!

262 Spesies Baru Kupu-Kupu Dunia Teridentifikasi, Satu dari Kalimantan!
images info

262 Spesies Baru Kupu-Kupu Dunia Teridentifikasi, Satu dari Kalimantan!


Sebanyak 262 spesies baru kupu-kupu berhasil dideskripsikan sepanjang tahun 2025. Salah satunya adalah Hypochrysopsborneensis, spesies baru kupu-kupu yang berasal dari hutan hujan Kalimantan. 

Penemuan ini tidak hanya menambah daftar kekayaan hayati Indonesia, tetapi juga menyoroti keadaan genting dari keberlangsungan banyak spesies serupa di tengah tekanan lingkungan yang kian meningkat.

Spesies Baru Kupu-Kupu dari Kalimantan

Hypochrysopsborneensis adalah kupu-kupu yang ditemukan aktif terbang tinggi di siang hari, di atas puncak bukit hutan hujan Kalimantan. Kupu-kupu ini merupakan bagian dari genus Hypochrysops, yang sering dijuluki "kupu-kupu permata" (jewels) karena kecantikan warna sayapnya yang kerap metalik dan mencolok. 

H. borneensis sendiri memiliki sayap berwarna oranye dengan garis-garis hitam tebal. Penemuannya merupakan hasil dari penilaian ulang besar-besaran terhadap genus tersebut yang dipimpin oleh John Tennent, rekan ilmiah Natural History Museum (NHM) Inggris. 

Riset ini mengungkap bahwa banyak spesies baru dalam kelompok ini berasal dari kepulauan Asia Tenggara, termasuk Indonesia dan Papua Nugini, menunjukkan wilayah ini sebagai pusat keanekaragaman yang penting.

Terancam Punah

Penemuan spesies baru seperti H. borneensis terjadi di tengah bayang-bayang kepunahan yang menghantui kerabat dekatnya. Kondisi ini diilustrasikan dengan tragis oleh nasib Hypochrysopsrusselli dari Papua Nugini. Spesies ini hanya dikenal dari satu spesimen yang dikumpulkan pada tahun 1969. 

Karena habitat hutannya telah rusak parah selama beberapa dekade, status kelangsungan hidupnya di alam liar saat ini tidak diketahui dan sangat diragukan. Kasus H. russelli bukanlah pengecualian. 

Banyak spesies kupu-kupu permata lainnya hanya terdokumentasi melalui sedikit spesimen museum, seperti Hypochrysops akirai dari Pulau Waigeo, Papua Barat Daya, dan Hypochrysops coelisparsus di barat Garis Wallace.

Keberadaan spesimen-spesimen museum ini menjadi bukti kritis bahwa suatu spesies pernah ada, terutama jika populasi alaminya telah punah. 

Situasi ini menegaskan nilai tak ternilai dari koleksi museum dan penelitian taksonomi, sekaligus menjadi peringatan bahwa penemuan spesies baru sering kali berjalan beriringan dengan risiko kehilangannya yang cepat.

baca juga

Penyebab Menurunnya Populasi Kupu-Kupu

Ancaman terhadap kupu-kupu bersifat global dan sistematis. Prof. Noor Farikhah Haneda, Guru Besar IPB University dari Departemen Silvikultur, menjelaskan bahwa tren penurunan populasi kupu-kupu telah tercatat secara ilmiah. 

Studi di jurnal Science menunjukkan penurunan populasi kupu-kupu sebesar 22 persen dalam dua dekade (2000-2020) di wilayah yang diteliti. Di Indonesia, banyak spesies juga terancam.

Menurut Prof. Noor, penyebab utamanya multifaktor: polusi udara, perubahan iklim, dan yang paling krusial adalah hilang serta terfragmentasinya habitat alami yang menyebabkan berkurangnya ketersediaan tanaman inang (untuk fase ulat) dan tanaman berbunga sumber nektar (untuk fase kupu-kupu). 

"Faktor-faktor seperti penurunan kualitas udara, lingkungan, ketersediaan makanan, dan hilangnya habitat menjadi penyebab utama tren penurunan ini," ujarnya. Setiap spesies memiliki sensitivitas berbeda, ada yang relatif toleran, namun banyak yang sangat rentan terhadap degradasi lingkungan.

Penurunan populasi kupu-kupu bukan hanya soal kehilangan keindahan estetika. Kupu-kupu berperan penting sebagai penyerbuk bagi berbagai tumbuhan. 

Menurunnya jumlah mereka dapat mengganggu regenerasi tanaman, mempengaruhi kesehatan ekosistem, dan pada akhirnya berdampak pada keseimbangan alam secara lebih luas.

Solusi dari Berbagai Tingkatan

Menyikapi tantangan ini, diperlukan pendekatan dari berbagai level. Prof. Noor menawarkan solusi praktis yang dapat segera diimplementasikan. Untuk jangka pendek, penyediaan sumber energi alternatif seperti cairan madu di titik-titik tertentu dapat membantu kupu-kupu bertahan, sebuah metode yang telah diujicobakan di lingkungan Kampus IPB Dramaga. 

Untuk jangka panjang, solusi yang lebih berkelanjutan adalah mendorong penanaman tanaman berbunga asli yang kaya nektar, baik di kawasan hutan, perkotaan, maupun pekarangan rumah. Ini akan menyediakan sumber makanan dan habitat yang stabil.

Di tingkat kebijakan, Indonesia sebenarnya telah memiliki kerangka regulasi yang memadai untuk mendukung pelestarian, terutama melalui penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menetapkan minimal 30% wilayah kota harus berupa RTH, dengan minimal 10% di antaranya berupa hutan kota (sesuai PP No. 63 Tahun 2002). Regulasi turunannya seperti Peraturan Menteri ATR/BPN No. 14 Tahun 2022 menguatkan ketentuan ini.

Namun, Prof. Noor mengingatkan bahwa tantangan terbesar terletak pada implementasi dan pengawasan di lapangan. Pembangunan infrastruktur dan industri seringkali mengabaikan kewajiban RTH. Oleh karena itu, diperlukan pengawasan yang ketat dari pemerintah daerah dan komitmen bersama untuk menegakkan aturan. 

"Perlunya kebijakan yang bijak dan terintegrasi antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan demi menjaga keanekaragaman hayati, termasuk keberlangsungan hidup kupu-kupu," tegasnya.

baca juga

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firdarainy Nuril Izzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firdarainy Nuril Izzah.

FN
Tim Editorarrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.