Tahukah Kawan GNFI jika Yogyakarta ternyata memiliki satu jembatan unik yang desain arsitekturnya langka? Ialah Jembatan Kali Progo alias Jembatan Mbeling, sebuah jembatan kereta api peninggalan Belanda yang membentang di atas Sungai Progo, Yogyakarta.
Jembatan ini menghubungkan Kapanewon Sedayu yang ada di Kabupaten Bantul dengan Kapanewon Sentolo di Kabupaten Kulonprogo. Jembatan Kali Progo berada di sebelah utara Jalan Raya Yogyakarta-Wates-Purworejo.
Jembatan Unik yang Arsitekturnya Hanya Ada 2 di Dunia

Jembatan Kali Progo/Jembatan Mbeling di masa lalu | Kassian Cephas/WikimediaCommons
Hal yang membuat Jembatan Kali Progo istimewa adalah desain arsitektur dan konstruksinya yang diklaim hanya ada du di dunia, yakni Belanda dan Indonesia. Kok bisa?
Jembatan ini dibangun oleh Staatsspoorwegen (SS) pada 1886 sebagai jembatan darurat. Kemudian, melansir dari situs resmi Dinas Kebudayaan Provinsi Yogyakarta, pada tahun 1920-an, SS melakukan penggantian dan ingin “menyempurnakan” jembatan ini karena sudah mulai menunjukkan tanda kerusakan, seiring dengan bertambahnya frekuensi kereta api yang melewati jembatan itu.
SS menunjuk arsitek Ir. Paulus Peter Biljaard—yang juga pernah menjadi rektor ke-8 Technische Hoogeschool te Bandung yang sekarang menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB)—untuk membuat desain jembatan pengganti pada 1930.
Arsitek kondang SS itu merancang konstruksi baru dengan tumpuan rol tanpa tiang penyangga tengah yang ada pada bidang gerak miring dengan sudut 45 derajat dan dapat bergeser yang belum pernah ada di Hindia Belanda sebelumnya.
Tumpuan itulah yang membuat Jembatan Kali Progo berbeda dengan jembatan pada umumnya. Bahkan, titik tumpuannya juga bisa digeser, sehingga lebih tahan gempa.
Tak hanya gempa, konstruksinya yang kokoh juga terbukti dapat menahan arus Sungai Progo yang mengalir deras di bawahnya. Lebih lanjut, kerangka jembatan Kali Progo diproduksi oleh pabrik baja Koninklijke Nederlandsche Machinefabriek, Belanda.
Konstruksi langka tersebut dikenal dengan nama Bijlaard Bent, sesuai dengan nama penemunya, Ir. P.P. Biljaard. Di tahun 1933, jembatannya mulai diuji coba dan dioperasikan.
Sebagai informasi, para pejuang Indonesia sempat merobohkan sedikit bagian Jembatan Kali Progo untuk menghambat mobilitas serdadu Belanda saat Agresi Militer II. Namun, pada 17 Juni 1951, jembatan ini kembali diperbaiki oleh Djawatan Kereta Api Republik Indonesia.
Punya Jalur Ganda dan Sudah Jadi Cagar Budaya
Saat ini, pengelolaan jembatan legendaris itu dilakukan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasional VI Yogyakarta. Jembatan tersebut diberi nama Bangunan Hikmat (BH) Nomor 2034.
PT KAI (Persero) kemudian menjadikan jalur kereta api di wilayah tersebut menjadi rel ganda (double track) di tahun 2007. Semenjak saat itu, ada dua jembatan kereta api yang berdiri berdampingan di atas Sungai Progo, yakni sisi utara yang merupakan jembatan lama dan sisi selatan yang menjadi jembatan anyar garapan pemerintah Indonesia.
Hingga saat ini, kondisi Jembatan Kali Progo sisi utara masih bagus dan laik. Jalur itu dioperasikan sebagai jalur tunggal dari arah timur menuju barat.
Kawan GNFI, Jembatan Mbeling sudah ditetapkan sebagai struktur cagar budaya oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. Penetapan ini tercatat dalam SK Nomor 193/KEP/2019 yang ditandatangani pada 8 Agustus 2019. Namun, perlu dicatat jika yang ditetapkan sebagai cagar budaya adalah jembatan di sisi utara, karena jembatan di bagian selatan adalah jembatan baru.
Selain menjadi situs bersejarah di Yogyakarta, Jembatan Mbeling juga sudah mendapatkan status sebagai Cagar Budaya Nasional. Status ini didasarkan pada SK Mendikbudristek 55/M/2023.
Meskipun Jembatan Mbeling menjadi satu dari dua jembatan dengan konstruksi unik di dunia, ternyata jembatan serupa yang ada di Belanda sudah tidak dioperasikan lagi di masa sekarang.
Ada yang sudah pernah lewat jembatan legendaris ini?
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News


