ketika durian menjadi ungkapan terima kasih dari pining gayo lues - News | Good News From Indonesia 2025

Ketika Durian Menjadi Ungkapan "Terima Kasih" dari Pining Gayo Lues

Ketika Durian Menjadi Ungkapan "Terima Kasih" dari Pining Gayo Lues
images info

Ketika Durian Menjadi Ungkapan "Terima Kasih" dari Pining Gayo Lues


Langit di atas Gayo Lues belum sepenuhnya ramah ketika bencana itu datang. Hujan turun berhari-hari tanpa jeda, membuat tanah kehilangan pegangan. Jalan-jalan retak, sebagian amblas, dan jalur penghubung antarwilayah terputus satu per satu. Sudah satu bulan berlalu, pemulihan pasca bencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat terus dilakukan, mulai dari perbaikan infrastruktur, penyaluran bantuan, dan trauma healing untuk anak-anak.

Di tengah kondisi itu, Kecamatan Pining yang menjadi salah satu daerah terpencil yang selama ini hanya bisa dijangkau dengan perjalanan panjang dan medan berat kembali terisolasi sehingga bantuan hanya bisa disalurkan melalui via udara.

Bagi warga Pining, keterasingan bukan hal baru. Namun ketika bencana datang, keterpencilan terasa berlipat ganda. Akses logistik terhenti, komunikasi terbatas, dan kecemasan menyelimuti hari-hari mereka. Dalam situasi seperti itu, bantuan bukan hanya soal kebutuhan pokok, tetapi juga tentang keyakinan bahwa mereka tidak dilupakan.

Harapan itu datang dari udara

Suara baling-baling helikopter TNI memecah sunyi lembah dan perbukitan. Bagi warga Pining, suara itu bukan sekadar deru mesin, melainkan tanda kehidupan. Helikopter mendarat membawa bantuan kemanusiaan mulai dari bahan makanan, kebutuhan darurat, dan uluran tangan dari negara kepada warganya yang sedang diuji.

Para prajurit TNI turun dengan sigap, menyalurkan bantuan satu per satu. Tidak ada sorak sorai berlebihan, hanya wajah-wajah lelah yang menyimpan rasa lega. Bagi warga Pining, kehadiran itu adalah bukti bahwa meski terisolasi, mereka tetap diperhatikan.

Namun kisah yang kemudian menyentuh banyak hati justru terjadi setelah bantuan disalurkan yang baru-baru ini menjadi viral. Warga desa Ekan Kecamatan Pining berkumpul dan menjemput bantuan dari helikopter, mereka sadar, tidak banyak yang bisa diberikan sebagai balasan.

Dalam kondisi bencana, harta bukanlah sesuatu yang mudah disisihkan. Tetapi alam Pining masih menyimpan satu hal yang tumbuh setia di tanah mereka, yaitu durian.

Durian menjadi Bahasa Terima Kasih

Beberapa buah durian dipilih, diangkat dengan penuh kehati-hatian, lalu diserahkan kepada para prajurit TNI yang mengemudikan Helikopter. Tidak ada pidato, tidak ada seremoni. Hanya senyum tulus dan ucapan terima kasih yang mungkin tak sepenuhnya terucap dengan kata-kata.

Bagi masyarakat Aceh, termasuk di Gayo Lues, perbuatan ini bukanlah hal yang asing. Memuliakan tamu adalah bagian dari tradisi dan adab hidup yang dijaga turun-temurun. Siapa pun tamu yang datang, dipandang sebagai orang yang harus dihormati, dijamu dengan sebaik-baiknya, dan diberi apa yang paling layak menurut kemampuan tuan rumah.

Dalam bingkai nilai itulah, durian menjadi simbol "bukan sekadar buah, melainkan ungkapan hormat dan rasa syukur".

Durian Pining

Di Pining, durian bukan komoditas biasa. Ia adalah hasil alam bernilai, buah yang sering dibagi pada momen-momen istimewa, dan dijual ke pusat kota ketika musim berbuah. Memberikannya kepada para prajurit berarti memberikan yang terbaik yang mereka miliki, sebuah laku budaya yang tetap hidup, bahkan di tengah bencana sekalipun

Di dalam helikopter, para prajurit terdiam. Di antara lelahnya tugas dan beratnya medan, pemberian sederhana itu menyentuh sisi kemanusiaan mereka. Beberapa di antaranya mengaku terharu bukan karena duriannya, tetapi karena ketulusan yang menyertainya. Bantuan yang mereka bawa ternyata dibalas dengan rasa terima kasih yang jauh lebih besar nilainya.

Perjalanan kembali helikopter itu membawa lebih dari sekadar muatan buah. Ia membawa cerita. Cerita tentang desa terpencil dari Gayo Lues Kecamatan Pining bernama Desa Ekan, tentang warga yang tetap memelihara adab dan rasa syukur di tengah keterbatasan. Cerita itu menyebar, menjadi viral di media sosial, dan mengundang simpati banyak orang yang mungkin baru pertama kali mendengar nama Gayo Lues, khususnya Pining.

Di tengah dunia yang kerap sibuk dengan angka kerugian dan statistik bencana, kisah ini mengingatkan kita pada sisi lain dari kemanusiaan. Bahwa dalam keterbatasan, manusia masih mampu berbagi.

Bahwa rasa terima kasih tidak selalu hadir dalam bentuk besar, melainkan dalam ketulusan kecil yang datang dari hati. Dari Pining, Gayo Lues, durian menjadi bahasa yang paling jujur. Ia tidak bersuara, tetapi maknanya bergema jauh menembus langit, mengikuti baling-baling helikopter, dan menetap di hati banyak orang.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SA
KG
Tim Editorarrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.