cerita mantan penerbang tentang penanganan bencana tsunami aceh pada desember 2004 DXoq8b - News | Good News From Indonesia 2025

Cerita Mantan Penerbang tentang Penanganan Bencana Tsunami Aceh pada Desember 2004

Cerita Mantan Penerbang tentang Penanganan Bencana Tsunami Aceh pada Desember 2004
images info

Aset terbaik bangsa ini bukanlah pesawat baru atau regulasi setebal buku telepon. Aset terbaik kita adalah keberanian mengambil risiko dan keikhlasan bergerak tanpa menunggu tepuk tangan.

Saya harus mengaku: jantung saya berdetak kencang ketika melihat berita bencana di Sumatera pekan ini. Ada jenis ketakutan yang tidak datang dari layar, melainkan dari ingatan. Ingatan yang meloncat tanpa izin, seperti gelombang yang tak lagi mengenal pantai.

Hampir dua dekade lalu, 26 Desember 2004, saya berada di sana—bukan sebagai korban, melainkan sebagai penerbang sipil yang dipanggil negara. Negara yang panik. Negara yang berduka. Negara yang, seperti biasa, baru bergerak setelah segalanya runtuh.

Kami berdesakan di lambung pesawat tua milik TNI AU. Hercules C-130 yang sudah sepuh itu meraung seperti binatang purba yang dipaksa berlari. Kami terbang gila-gilaan, hampir tak mengenal pagi, siang, atau malam. Sering kali lepas landas dari Halim sebelum subuh, ketika kota masih tidur dan doa-doa belum sempat disusun rapi. Tujuan kami satu: Banda Aceh. Sebuah nama yang, sejak hari itu, tak pernah lagi netral.

Pesawat itu—maafkan saya—adalah potret jujur bangsa ini: tua, berisik, kurang terawat, tapi entah bagaimana selalu dipaksa andal. Pekerja keras, kata orang. Padahal, sering kali itu hanya cara lain untuk menyebut ketahanan yang lahir dari keterpaksaan. Di dalam perutnya yang gelap, kami duduk di jaring samping, seperti kargo yang diberi napas. Telinga berdengung oleh raungan Allison T56. Bau kabin adalah campuran yang sulit dilupakan: solar, minyak mesin yang merembes halus, keringat relawan yang tak mandi tiga hari, dan aroma mi instan basi—aroma solidaritas yang tak sempat disaring oleh martabat.

🚫 AdBlock Detected!
Please disable it to support our free content.