Berawal dari pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah bagi kelompok wanita untuk berlatih mengolah ikan dan limbahnya menjadi produk camilan bernilai jual, kelompok wanita di Dusun Kauman memulai bisnisnya.
Dusun Kauman yang tepatnya berlokasi di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, ini memang suatu daerah yang memiliki potensi ekonomi di sektor pertanian yang terfokus pada perikanan dan pertanian hortikultura.
Hampir semua rumah di daerah tersebut memiliki kolam ikan karena sebagian besar mata pencaharian penduduknya berada dalam sektor perikanan. Selain itu, banyak juga sungai-sungai yang masih dimanfaatkan warga untuk kegiatan pekerjaan maupun sebagai hiburan semata, seperti mencari ikan dan memancing.
Dalam wawancara bersama dengan tim KKN Cangkringan dari Universitas Gadjah Mada, kelompok wanita Poklahsar (Kelompok Pengolahan dan Pemasaran) Dusun Kauman mengungkapkan bahwa pemerintah setempat memberikan fasilitas pendanaan berupa alat-alat produksi serta uang tunai yang berasal dari Dana Keistimewaan.
“Kami memutuskan untuk berbisnis menjual produk olahan ikan ini tidak terlepas dari pendanaan yang diberikan oleh pemerintah. Kami berusaha memanfaatkan sumber daya tersebut supaya dananya dapat terkelola,” ujar Rina, Ketua Poklahsar, kelompok wanita tersebut.
Meskipun tidak terdapat masalah pada pengelolaan limbah ikan di daerah tersebut, kelompok wanita ini ingin memberikan inovasi yang jarang diterapkan bagi pengolahan limbah ikan di Dusun Kauman.
Usaha yang baru dimulai pada akhir tahun 2023 ini sudah melahirkan 3 macam inovasi, mulai dari abon ikan lele, tahu bakso dari nila, dan stik tulang nila. Semuanya berbentuk produk camilan kemasan frozen atau siap makan.
Proses produksinya pun masih manual, yaitu dilakukan secara gotong royong oleh seluruh anggota Poklahsar selama satu kali dalam satu minggu di kediaman salah satu anggota.
Melalui kegiatan KKN, tim mahasiswa dari UGM membantu berkontribusi dalam hal pemasaran secara online, pembuatan metode pembayaran non-tunai melalui QRIS, dan pendaftaran sertifikat halal, dan PIRT.
Selain itu, tim KKN UGM juga membantu dalam pembuatan desain kemasan yang lebih modern dan menarik perhatian konsumen.
Program kerja tim KKN UGM ini diharapkan dapat memperluas jangkauan pasar produk olahan ikan dari Poklahsar dengan kemudahan teknologi yang ada.
Meskipun dalam proses pembuatannya menggunakan bahan yang berkualitas, harga produk olahan ikan yang dijual oleh kelompok Poklahsar masih dibandrol dengan harga yang cukup murah dan terjangkau.
“Kami menggunakan keju sebagai campuran stik yang terbuat dari tulang. Ikan lele pun kami pilih yang berkualitas, yang berukuran besar dan banyak dagingnya. Namun harga yang kami kenakan tidak terlalu mahal karena kami masih merintis dan supaya masih bisa dijangkau oleh masyarakat,” sebut Iin, salah satu anggota Poklahsar.
Harga yang dikenakan yaitu mulai dari dua ribu rupiah per satuan produknya. Satu kemasan tahu bakso nila yang berisi 10 pcs dihargai dua puluh ribu dan seperempat stik tulang nila dihargai dua puluh ribu.
Inovasi pada pengolahan pangan seperti ini dapat bermanfaat juga untuk mencegah naiknya angka stunting di Dusun Kauman karena dapat digunakan sebagai alternatif makan-makanan yang menarik dan enak, tetapi tetap memenuhi kebutuhan gizi harian yang baik bagi anak-anak.
Saat ini, seluruh anggota Poklahsar masih berusaha menambah jenis produk olahannya pada inovasi yang berfokus pada olahan ikan.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News