Museum MACAN menyuguhkan pameran 'Patricia Piccinini: CARE' yang bisa Kawan GNFI kunjungi dari 23 Mei sampai dengan 6 Oktober 2024. Melalui pameran ini, pengunjung diundang untuk melihat persilangan dari bentuk-bentuk kehidupan imajiner- hampir ambigu, juga menyentuh isu-isu berkelanjutan mengenai spesies yang terancam punah di Indonesia.
Kumpulan karya seninya seperti mengajak audiens untuk mempertanyakan pemahaman kolektif mengenai dunia sekitar. Ini juga dimaknai seakan memperlihatkan hubungan manusia serta makhluk lain, selain makhluk hidup yang kita kenal sekarang, dapat hidup berdampingan di masa depan.
CARE merupakan pameran tunggal dari perupa ternama asal Australia, Patricia Piccinini, yang pertama di Indonesia. Piccinini adalah pematung kontemporer Sierra-Leone yang saat ini tinggal dan bekerja di Australia.
Berkarya sejak 1990, Piccinini ingin menunjukkan bahwa alam dan buatan itu saling berhubungan dan ingin kita berpikir lebih dalam tentang apa artinya menjadi manusia.
Dilansir dari situs web resmi museum MACAN, pameran ini dikurasi oleh Tobias Berger dengan skala besar dan menampilkan lebih dari 40 patung ukuran hidup (life-size), tiga instalasi video berukuran besar, serta Celestial Field (2021), sebuah instalasi spektakuler yang terdiri dari ribuan bunga putih.
Melalui medium berupa patung-patung hyper-realistis, Patricia Piccinini mengeksplorasi bentuk-bentuk baru mengenai kepedulian dan rasa welas asih. Kombinasi penggunaan bahan buatan, seperti silikon dan serat kaca.
Kemudian, dipadukan dengan penggunaan bahan organik seperti rambut manusia, menciptakan rasa tidak nyaman terhadap audiens tentang keterhubungan antara makhluk hidup dan karya seni sintetis.
While She Sleeps (2021) | Dokumen Pribadi: Sofi Aditami
Dalam While She Sleeps (Saat Dia Terlelap), 2021, Piccinini mengeksplorasi batas-batas kehidupan manusia dari evolusi dua makhluk hasil perpaduan genetika, mirip thylacine—harimau Tasmania, menggambarkan kemungkinan kebangkitan spesies yang telah punah.
Namun, upaya ini menimbulkan pertanyaan etis, apakah kita siap menerima konsekuensi dari rekayasa genetika. Apakah ini cara terbaik untuk melestarikan keanekaragaman hayati?
Penggunaan silikon dan lapisan bulu yang tipis memberikan kesan organik meskipun bentuknya surealis. Selain itu, karyanya kerap mengandalkan teknik digital untuk memberikan tambahan makna, seperti penggunaan visual dari video dan audio, yang tidak boleh didokumentasikan pengunjung.
Dengan demikian, penggunaan material Piccinini adalah sarana untuk mengomunikasikan sifat dunia kita yang saling berhubungan dan berubah.
No Fear of Depths (2019) | Dokumen Pribadi: Sofi Aditami
Melalui No Fear of Depths, 2019, tema welas asih ibu dipadukan dengan kepedulian terhadap lingkungan. Karya ini menampilkan hibrida manusia/lumba-lumba punggung bungkuk Australia yang tengah memangku putri sang seniman, Roxy.
Adegan ini menyentuh hati dan menunjukkan betapa pentingnya kasih sayang seorang ibu, bahkan jika ibunya bukan manusia. Selain itu, cerita tersebut juga mengingatkan kita bahwa hewan seperti lumba-lumba punya keluarga yang rumit, mirip seperti kita.
Celestial Field (2021) | Dokumen Pribadi: Sofi Aditami
Karya yang ada di penghujung pameran yaitu Celestial Field (Ladang Surgawi), 2021. Ribuan bunga plastik putih memenuhi ruangan dalam instalasi ini. Dengan bentuk dan ukuran yang beragam, bunga-bunga tersebut menciptakan ilusi sebuah kebun organ yang aneh dan menakjubkan.
Karya ini menghadirkan pengalaman visual yang kuat dengan menghadirkan variasi bentuk dan ukuran yang menyerupai organ tubuh. Menciptakan pengalaman estetika yang kompleks, mengundang penonton untuk merenungkan implikasi dari kemajuan teknologi terhadap tubuh manusia dan alam.
Melalui karya patung hiper-realisnya, Patricia Piccinini menghadirkan kritik sosial terhadap konteks dunia kontemporer, sekaligus memaksa nalar audiens menelusuri kembali batas-batas yang semakin kabur antara artifisial dan natural.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News