Legenda Putri Tandampalik merupakan salah satu cerita rakyat yang berasal dari Sulawesi Tengah. Bagaimana kisah lengkap dari legenda tersebut?
Simak cerita legenda Putri Tandampalik dalam artikel berikut ini.
Legenda Putri Tandampalik
Dilansir dari buku Marina Asril Reza yang berjudul 108 Cerita Rakyat Terbaik Asli Nusantara: Cerita Kepahlawanan, Mitos, Legenda, Dongeng, & Fabel dari 33 Provinsi, dikisahkan pada zaman dahulu di Sulawesi terdapat sebuah kerajaan yang bernama Negeri Luwu. Negeri ini dipimpin oleh seorang raja yang bernama La Busatana Dato Maongge atau yang sering dipanggil dengan sebutan Datu Luwu.
Datu Luwu memiliki seorang anak gadis yang cantik jelita. Anak dari pemimpin Kerajaan Luwu tersebut bernama Putri Tandampalik.
Putri Tandampalik dikenal dengan kecantikan parasnya. Tidak hanya itu, dirinya juga dikenal memiliki sifat yang baik hati dan sopan.
Pada suatu hari, rombongan tetua dari Kerajaan Bone datang ke Negeri Luwu. Kedatangan mereka ini bertujuan untuk melamar Putri Tandampalik dan akan dinikahkan dengan Pangeran Bone.
Datu Luwu menyambut kedatangan para tetua ini dengan ramah. Namun dia sedikit bimbang dengan tawaran dari kerajaan tetangganya tersebut.
Sebab menurut kebiasaan negerinya, setiap anak gadis yang ada di kerajaan mesti menikah bersama lelaki yang berasal dari suku yang sama. Di sisi lain, Datu Luwu juga ragu untuk menolak tawaran tetua tersebut secara langsung.
Datu Luwu tidak ingin penolakan dari dirinya akan membuat peperangan di antara kedua kerajaan tersebut. Akhirnya Datu Luwu berkata akan memikirkan tawaran tersebut terlebih dahulu dan memberi jawaban di kemudian hari.
Para tetua memahami jawaban yang diberikan oleh Datu Luwu. Mereka kemudian kembali ke Kerajaan Bone untuk menyampaikan pesan kepada sang raja.
Beberapa hari kemudian, Putri Tandampalik tiba-tiba jatuh sakit. Terdapat gelembung air dengan bau anyir yang menyebar di seluruh tubuh Putri Tandampalik.
Para tabib istana berkata bahwa Putri Tandampalik terkena penyakit langka. Datu Luwu tentu khawatir tampilan Putri Tandampalik yang seperti itu akan menyinggung perasaan Pangeran Bone.
Akhirnya Datu Luwu memutuskan untuk mengasingkan Putri Tandampalik ke sebuah pulau. Putri Tandampalik hanya bisa pasrah dan mematuhi perintah ayahnya.
Putri Tandampalik diasingkan ke Pulau Waja. Dirinya kemudian menetap di pulau tersebut bersama para pengawal istana.
Pada suatu hari, Putri Tandampalik tengah mencuci muka di sebuah sungai. Tiba-tiba muncul seekor kerbau bule yang mendekati dirinya.
Kerbau bule tersebut menjilati kulit Putri Tandampalik. Ajaibnya seluruh penyakit yang dia derita menghilang secara tiba-tiba.
Selang beberapa saat, sebuah kapal terlihat terdampar di Pulau Wajou. Ternyata kapal tersebut merupakan rombongan dari Pangeran Bone.
Pangeran Bone bertemu dengan Putri Tandampalik di pulau tersebut. Setelah berkenalan sekian lama, benih cinta mulai muncul di antara mereka berdua.
Akhirnya Pangeran Bone menyatakan niat untuk melamar Putri Tandampalik sebagai istrinya. Putri Tandampalik kemudian mengeluarkan sebuah keris pusaka dan memberikannya ke Pangeran Bone.
Putri Tandampalik berkata jika Pangeran Bone hendak melamarnya, maka dia perlu mengantarkan keris tersebut kepada sang ayah. Jika Datu Luwu menerima keris tersebut, maka dirinya bersedia dipersunting untuk menjadi istri Pangeran Bone.
Perjalanan menuju Kerajaan Luwu pun ditempuh oleh Pangeran Bone. Sesampainya di sana, Pangeran Bone menyerahkan keris pusaka tersebut kepada Datu Luwu dan menyatakan niat hendak mempersunting Putri Tandampalik.
Datu Luwu kagum dengan keseriusan Pangeran Bone. Akhirnya dia bersedia menikahkan Putri Tandampalik dengan Pangeran Bone meskipun tidak berasal dari sukunya.
Pernikahan Pangeran Bone dan Putri Tandampalik akhirnya diselenggarakan dengan megah. Kedua pasangan ini kemudian hidup bahagia hingga akhir hayatnya.
Sumber:
- Reza, Marina Asril. 108 Cerita Rakyat Terbaik Asli Nusantara: Cerita Kepahlawanan, Mitos, Legenda, Dongeng, & Fabel dari 33 Provinsi. Visimedia, 2010.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News